10

4.6K 218 11
                                    

Kejadian dengan Syabil kemarin membuat Kanna terluka. Terluka fisik, pergelangan tangannya membiru dan sakit akibat genggaman tangan Syabil yang terlalu kencang. Dan terluka batinnya, merasa takut dengan Syabil ditambah dengan rasa bersalahnya kepada Ryo. Gara-gara dia, wajah ganteng Ryo jadi hancur. Pelipisnya lecet lumayan dalam, hidungnya nyaris patah, dan beberapa memar di pipi. Tangan, kaki dan badannya pun nggak luput dari luka. Nggak parah, tapi lumayan bikin nyeri dan malas ngapa-ngapain. Yah seenggaknya buat Ryo bisa punya alasan bolos dari kerjaannya tanpa diomeli Papa.

Kanna datang ke rumah Ryo di siang hari. Membawa buah dan kue kering titipan Bunda. Melihat Kanna datang, Mama Ryo pun menyambutnya dengan hangat.

"Kanna, duh udah lama nggak ketemu. Maaf ya Tante belum sempet mampir ke butik lagi," sambut Mama lalu mencium kedua pipinya dan memeluk Kanna.

"Nggak apa Tante. Ini ada kue dari Bunda," sahut Kanna setelah melepas pelukan. Diberikannya sekotak kue dan buah yang dibawanya.

"Wah repot-repot segala. Makasih ya," kata Mama menerima pemberian Kanna. "Kamu mau ketemu Ryo kan? Dia ada tuh di belakang," tambah Mama menunjuk pintu yang menghubungkan ruang makan dan halaman belakang. Mama nggak berkomentar tentang kejadian yang menimpa Ryo. Enggan ikut campur urusan anak muda.

"Kanna ke sana dulu ya Tante," pamit Kanna.

"Iya sana samperin. Ajakin makan sekalian ya. Dari tadi belum makan tuh," perintah Mama.

Mama udah tau cerita lengkap antara Ryo dan Kanna. Semalam saat Ryo pulang diantar Ibra, Mama panik luar biasa. Gimana nggak panik, anak satu-satunya tadi pagi berangkat masih ganteng mulus kinclong bagai porselen cina malem-malem pulang mukanya udah ancur berdarah-darah. Setelah membersihkan luka Ryo, Mama memaksa Ryo bercerita. Ryo yang memang terbiasa menceritakan masalahnya kepada Mamanya pun mau bercerita sambil menahan rasa nyeri. Ryo meletakkan kepalanya di pangkuan Mama. Dengan lembut Mama mengobati luka-luka di wajah Ryo sambil mendengarkan cerita Ryo, lengkap dari masalah taruhan sampai Syabil muncul.

"Anak Mama bisa jatuh cinta juga ternyata ya," komentar Mama setelah Ryo selesai bercerita.

"Nggak enak ternyata jatuh cinta," kata Ryo sambil memejamkan mata.

"Biar enak ditambah garam sama gula. Plus micin biar sedep, tapi jangan kebanyakan bisa keracunan nanti," celetuk Mama asal membuat Ryo manyun. "Kalo emang kamu cinta, perjuangin sampai dia bener-bener bilang dengan jelas dia nggak suka sama kamu. Selama belum ada penolakan wajib lah dikejar. Anak Mama bukan cowok lemah kan?"

"Nggak lah. Masa udah babak belur gini masih dibilang lemah sih," protes Ryo. Usapan lembut di kepalanya membuatnya tertidur.

Kanna berjalan ke halaman belakang. Dilihatnya Ryo sedang berbaring di kursi panjang di pinggir kolam renang, mengenakan kaos putih tanpa lengan dan celana pendek warna hitam. Membuat luka-lukanya terlihat jelas. Kanna merasa sedih melihatnya.

"Ryo," panggil Kanna sambil berjalan mendekat.

Merasa mendengar suara Kanna, Ryo langsung membuka mata. Dicarinya sumber suara. Senyum terkembang dari bibirnya saat melihat Kanna sedang mendekat. Ryo bangkit dari tidurnya, duduk di kursi. Kepalanya sedikit pusing.

"Hai, barusan dateng?" tanya Ryo yang senang Kanna ada di hadapannya sekarang. Ryo memamerkan senyum, berusaha menutupi sakit kepalanya.

"Iya barusan," jawab Kanna lalu duduk di samping Ryo. "Udah mendingan kan?" tanya Kanna khawatir.

"Ah gini doang mah enteng. Cowok kalo nggak lecet kurang macho tau nggak," sahut Ryo sambil tersenyum lebar, memamerkan gigi putihnya yang rapi. "Tapi mukaku bonyok gini, kamu masih sayang nggak?" tanya Ryo sambil masang tampang sedih. Mulutnya manyun.

When You Love Me (Completed)Where stories live. Discover now