BASKETBALL IS MY FAVORITE SPORT

21 3 1
                                    

Cahaya mentari menerebos masuk melalui jendela yang berada sebelah kiri tempat tidurku dan lupa ku tutup tirainya tadi malam. Aku terbangun dengan mata sembab sisa tadi malam. Perdebatan yang terelakkan antara aku dan papa yang menyisakan tangis pada mama dan penyesalan padaku.

Aku mendudukkan diriku diujung ranjang. Ternyata rasa pusing akibat minuman berakhohol dan tangis tadi malam, masih kurasakan saat ini. Aku melihat jam weker di atas nakas sebelah ranjangku. Ah, aku harus bersiap-siap kesekolah. Aku tak mau menambah masalah lagi karena tidak masuk sekolah hari ini.

Ketukan pintu dari Bi Inah menandakan sarapan pagi sudah siap. Aku pun keluar setelah siap mandi tak lupa gosok gigi dan berpakaian seragam yang telah rapi kupakai.

Aku pun menuruni tangga satu persatu dengan perasaan tak menentu tadi malam menyisakan antara rasa bersalah dan sedih. Aku berhenti sejenak dipertengahan tangga, melihat mama dan papa sudah berada di meja makan beserta sikembar sedang asyik sarapan pagi.

Aku duduk dikursiku. Bi Inah menuangkan jus jeruk ke dalam gelasku. Papa sedang sibuk membaca koran pagi sambil menikmati kopinya. Sedangkan mama sibuk membuat roti oles selai strawberry dan memberikan kepadaku. Aku mengucapkan terima kasih dan memakannya.

Papa melipat koran dan meminum kopinya.

"Sadewa! mulai hari ini kamu kemana-mana diantar sopir baru Mama. Kebetulan pagi ini dia sudah datang untuk berkerja." Perintah papa

Aku menghentikan makan roti olesku dan melihat kearah papa

"Tapi Pah!" protesku

"Tidak ada tapi-tapian! Sampai kamu memperbaiki nilaimu! fasilitas kamu papa tarik dan kamu berada dalam pengawasan!" titah papa tidak dapat ku bantah lagi. Di tambah mama yang  menatapku dengan intens agar menuruti semua perintah Papa

Akupun menunduk pasrah. "Iya Pah"

Menaati peraturan rumah adalah kewajiban aku dan adik-adikku di rumah ini. Aku tak mampu membuat Mama menangis lagi seperti tadi malam di tambah lagi, sebuah kenyataan yang baru ku ketahui yaitu Papa sedang bertahan pada penyakitnya sampai aku siap memimpin perusahaan.

"Habiskan sarapanmu Sadewa!" pinta Mama

Aku pun menghabiskan sarapanku dengan perasaan berkecamuk dalam dada

Ya, aku harus meneruskan perusahaan. Karena semua kemewahan yang aku dan adik-adikku nikmati semua karena usaha Papa dari perusahan Garment yang telah didirikan dan dikelolanya.

Aku menatap jalanan dari kaca jendela mobil. Sopir baru mama ternyata sangat mengetahui seluk beluk kota ini, bahkan jalan tercepat ke sekolah tanpa terjebak macetpun dia tahu. Aku menatap sekilas pria yang berumur sekitar 40 tahunan itu. dan yang kutahu pula, bahwa dia masih saudaraan Pak Rohman, sopir Papa.

Berjalan dikoridor sekolah menuju kelasku diiringi beberapa pasang mata ke arahku merupakan hal biasa yang kurasakan setiap pagi. Aku tahu dengan wajah tampanku, sebagian besar cewek-cewek di sekolahku baik adik kelas, kakak kelas maupun teman satu angkatanku semuanya mengidolakanku. Bahkan pernah ada yang nekat menyatakan cinta kepadaku yaitu Kakak kelas tigaku dan juga merupakan primadona sekolah saat aku masih duduk di bangku kelas X.

Kami hanya berpacaran seumuran jagung. Karena rasa posesif dan cemburu buta si kakak, akhirnya kami putus.

Aku berjalan melewati lapangan basket. Dan melihat ada bola basket terletak ditengah lapangan. Akupun menghampiri bola itu dan mulai memainkannya setelah menaruh tas di bangku ujung lapangan. Perasaanku memang tidak bisa dibohongi. Mendrible dan memasukan bola ke keranjang, membuat hatiku agak ringan dari beban yang menghimpitku sejak semalam.

Masa bodoh dengan pelajaran pagi ini, bagaimanapun juga aku memerlukan moodboster untuk kubawa sepanjang hari ini.

Sekilas aku melihat ada dua orang cewek sedang duduk dibawah pohon ujung lapangan ini. Salah satu cewek itu sibuk dengan buku pelajarannya, sedangkan cewek lain dengan buku novel. Aku mengetahuinya karena dilihat dari ukuran buku yang di pegang oleh masing-masing cewek itu.

Aku tersenyum saja melihat tingkah dan dandanan kedua cewek itu. Mereka sangat berbeda sekali dengan cewek-cewek yang seumuran mereka yang sangat memperhatikan penampilan. Namun, kedua cewek itu terlihat sangat cupu dan berkesan seperti kutubuku.

Apalagi cewek yang memegang buku pelajaran. Walaupun dia terlihat sangat manis dengan rambut panjang hitam yang dikuncir ekor kuda yang diikat asal. Tapi, dia sama sekali bukan tipe-tipe cewek yang akan menjadi inceran cowok-cowok seumuranku disekolah ini.

Eh, kenapa aku memikirkan cewek itu. Dan tanpa ku sadari membuat tarikan disudut bibirku. Aku pun kembali konsentrasi dengan permainan basketku dan mengenyahkan pikiran tentang cewek-cewek cupu yang duduk dibawah itu.

*****

Kalova & SadewaWhere stories live. Discover now