PRIVAT PERDANA

18 2 1
                                    


Hari ini merupakan hari perdanaku untuk memulai belajar private bersama Kalova. Dan sesuai yang dibicarakan oleh Kalova ditelepon. Dia akan datang ke rumahku sendirian tanpa perlu dijemput. Emangnya cewek itu bisa kemana-mana sendirian? Tapi kita lihat saja ketangguhan cewek itu. Aku menyeringai di depan jendela kamarku sambil mengawasi apakah Kalova sudah terlihat disekitaran komplek rumah dengan teropongku.

"Hallo pak Satpam, apakah sudah ada cewek berambut Panjang datang ke Pos pak?"

"belum Nden. Masih sepi-sepi aja. Yang ada tukang siomay dan tukang bakso yang lewat" jawab Pak satpam dari seberang telepon. Akupun mematikan telepon genggamku.

Ini adalah ke sepuluh kalinya aku menanyakan kedatangan Kalova sejak dua jam yang lalu setelah aku menanyakan kepada Kalova apakah dia sudah berangkat menuju rumahku.

Tak berapa lama, tiba-tiba teleponku berdering

"Iya Pak satpam?"

"Nden, kayaknya diujung jalan ada ojol mau kesini deh. Dan seperti sedang bonceng cewek" ucap Pak Satpam dari seberang telepon.

Seketika itu juga, aku mengangkat teropongku mengarahkan ke arah pak Satpam maksudkan. Dan benar kata Pak Satpam, bahwa ada Ojol yang sedang membonceng seorang Cewek.

"Terimakasih Pak."ujarku sambal menutup telepon.

Aku terus memperhatikan Ojol itu dan akhirnya berhenti di Pos Satpam. Aku mengenal perempuan yang turun dari motor Ojol. Dia Kalova. Cewek yang sedang ku tunggu kedatangannya.

Aku segera keluar dari kamarku menuju Pos Satpam. Jangan sampai Kalova menunggu lama dan berubah pikiran menjadi guru Privatku. Aku berlari melewati Mama yang sedang berjalan ke arah dapur. Si Kembar memanggilku untuk makan goreng pisang buatan mamapun aku tak acuhkan. Aku terus berlari menuju pos Satpam.

Jarak tak begitu jauh dari pos. aku memperlambat langkahku sambal mengatur nafasku yang tersengal-sengal karena berlari. Aku menghampiri Kalova dari arah belakang. Aku melihat Kalova sedang celingak-celinguk kebingungan mencocokan alamat yang sudah kuberikan padanya.

"Sudah nunggu lama?"

Dia tampak terkejut dan mengelus dada. "Lama-lama gue mati jantungan nih."

Aku tertawa. "Padahal gue nggak ngagetin. Lo nya aja yang gampang kagetan. Kebanyakan melamun sih!"

Dia sungguh menggemaskan. Dan itu selalu membuatku tertawa.

"Enggak juga. Lo datang tiba-tiba dan tanpa suara. Kayak makhluk halus aja." gerutunya.

"Enak aja. Ayo jalan!" aku sedikit cemberut, tapi sebenarnya aku tak bisa marah kepada cewek berkuncir kuda itu.

"Jalan ke mana? Bukannya kita mau belajar?" tanyanya polos.

"Gue pikir lo pinter beneran," sindirku. "Ya ke rumah gue, lah. Memang mau ke mana?"

Aku tertawa dalam hati melihat dia langsung tertunduk malu. Dia sungguh menggemaskan. Bolehkah aku mencubit pipinya yang bersemu merah itu Tuhan?

Aku dan Kalova berjalan menuju rumahnya. Rumahku tidak terlalu jauh. Hanya berjarak dua rumah dari pos satpam. Dua rumah itu adalah rumah pak Satpam dan Bi Inah berserta suami dan keluarganya. Papa sengaja membuat seperti komplek perumahan yang berada dalam satu lahan. Di lahan itu aja ada 5 rumah. Satu rumah utama yaitu rumah kami, satu rumah Bi inah dan keluarganya, satu rumah istirahat Satpam rumah, satu rumah untuk istirahat para pembantu yang tidak tinggal Bersama kami dan satu rumah lagi untuk tamu yang ingin menginap, tapi kadang kupakai untuk latihan Band atau latihan Taekwondoku.

Kalova & SadewaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu