DIA MULAI MEMBUKA DIRI

21 2 1
                                    


Pelajaran kimia yang aku benci membuatku berakhir diomelin sama Bu Karisma karena sama sekali tidak membuat tugas yang diberikan beliau. Kalau sudah pelajaran Kimia membuat mataku mengantuk. Dan otakku mendadak menjadi beku.

Tadi malam, Kalova sama sekali tidak membantuku. Aku pasrah diceramahi sama Bu Karisma di ruang guru ini. Ditambah lagi ada Kalova disini. Ngapain cewek itu disini?

Aku menunduk. Sekilas aku melirik Kalova yang berdiri di sampingku. Aku begitu kaget dan malu di omelin depan cewek itu. Sedikit kesal juga sebenarnya denga sikap Kalova sama sekali tidak mau membantu aku dalam mengerjakan tugas Kimia. Namun mau gimana lagi, karena kemarin aku tidak belajar dengan baik bersama Kalova dan mungkin membuat cewek itu dongkol terhadapku.

"Lihat Kalova! Dia saya kasih tugas banyak dan semuanya bisa selesai. Kamu hanya lima soal, tapi nggak ada satu pun yang dikerjakan. Mau kamu apa sih, Sadewa?" tanya Bu Karisma gemas.

"Saya mau Ibu kasih kesempatan satu kali lagi," jawabku berusaha menyakinkan Bu Karisma.

"Baik. Kerjakan soal ini." Guru Kimia yang terkenal sabar itu memberi selembar kertas. "Kumpul besok pagi sebelum jam delapan."

Aku mengangguk. "Terima kasih, Bu."

Aku pun pamit pergi ke Kelas. Kalova masih di sana bersama Bu Karisma.

Kakiku melangkah menuju lapangan basket. Hatiku sangat gelisah. Tugas yang diberikan Bu Karisma membuat otakku terus berpikir bagaimana caranya aku mengerjakannya. Apakah aku harus meminta tolong kembali kepada Kalova.

Aku harus berpikir dan mengatur strategi untuk meminta bantuan Kalova kembali. Mungkin dengan bermain Basket beberapa shoot bisa membuat otakku kembali berpikir jernih.

Tiba-tiba dari arah belakang ada yang memanggilku. Aku menoleh ke sumber suara. Dan ternyata teman-teman genk-ku, Sapta, Dodo, Rio, dan Jeremy. Mereka muncul disaat yang tepat saat aku membutuhkannya.

"Darimana aja lo bro?" tegur Sapta.

"Habis dipanggil Bu Karisma gue. Gue nggak buat tugas yang diberikan beliau" jawabku setelah mereka berada disampingku.

"Trus ini mau kemana lo?" tanya Jeremy.

"Ke lapangan basket yok bro, temani gue main basket. Otakku gue buntu banget nih. Siapa tau dengan main basket otak gue kembali jernih" rangkulku di leher Jeremy yang berada tepat di samping kiriku.

"Ah, elo! Sebentar lagi Pak Ilham masuk. guekan izinnya ke toilet tadi." tukas Jeremy.

"Sebentar aja!" tarikku di leher Jeremy yang membuat dia ketarik mengikuti langkahku. Sedangkan Dodo, Sapta dan Rio mengikuti kami dari belakang.

***

Bertepatan dengan bel masuk berbunyi pelajaran ketiga, aku berjalan menuju bangku Kalova. Seisi kelas Kalova mendadak memusatkan perhatiannya ke arahku yang sedang berjalan dan Kalova. Aku harus meminta bantuan Kalova kembali untuk tugas yang diberikan ibu Karisma.

Setelah di depan meja Kalova, aku menatap Kalova sebentar yang sedang kebingungan karena aku berada di Kelasnya sekarang.

"Istirahat kedua temuin gue di perpustakaan," kataku tegas dengan suara yang nggak dikecilkan sama sekali, sehingga seisi kelas dapat mendengarnya.

Beberapa ada yang pura-pura berdeham dan bersiul. Tentu saja itu ulah para cowok. Aku melirik ke para cewek-cewek yang merupakan Fans-ku justru kebalikannya. Aku tahu cewek-cewek di Sekolah membuat Fans klub aku dan genkku. Aku sebenarnya tidak terlalu memperdulikan mereka menjadi fansku atau tidak. Tapi si Dodo pernah berkata bahwa Hidup ini hanya sekali. Makanya nikmati saja bila orang-orang menganggap kami idola mereka. Aku tak tahu kenapa mereka sampai mengidolakan aku dan teman-teman genkku. Apa karena wajah kami yang tampan, badan kami yang terbilang atlhetis kecuali si Dodo, yang lebih gemuk dibandingkan kami ataukah karena orangtua kami yang termasuk donatur terbesar bagi Sekolah ini. Untung saja, status Mama sebagai Ketua Yayasan Sekolah ini dan Kepala Sekolah ini merupakan Oomku tidak diketahui sama sekali oleh siswa-siswi dan seluruh staf sekolah ini. Kalau tidak, aku akan merasa tidak nyaman bersekolah di sini dan semakin dijauhi oleh Kalova.  

Kalova & SadewaWhere stories live. Discover now