16. Ego Diri Sendiri.

7.2K 736 2.3K
                                    


"Penghianatan terhebat, dilakukan orang terdekat."

***

Hari berlalu begitu cepat. Suasana kota yang begitu padat membuat udara segar berubah penuh polusi. Kendaraan berlalu lalang kesana kemari. Seolah tak ada henti, satu persatu dari mereka mulai pergi.

Suara gaduh keluar begitu saja saat gadis itu membuka jendela kamarnya. Harusnya, udara terasa sejuk, matahari bersinar terang di atas gedung-gendung menjulang.

Mulutnya terbuka lebar untuk menguap. Matanya masih mengantuk, tapi melihat begitu berantakan kamarnya membuat gadis itu beranjak memunguti satu persatu sampah yang berserakan. Matanya melirik sekilas ke arah jam yang menggantung di atas dinding kamarnya. Menghela nafas panjang. Waktunya ia pergi untuk kembali beraktifitas. Tapi, rasanya enggan untuk bergerak.

"Cling.."

Bunyi notif suara dari ponselnya menyadarkan gadis itu. Tangannya bergerak untuk meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja nakas. Sudut bibirnya ditarik ke atas, dengan mata yang perlahan menatap lurus kedepan.

"Oke, kita mulai permainannya."

***

"Hallo, lo nggak ada niatan nemenin gue di Rumah Sakit? Kaki gue habis di ganti perban. Hari ini, gue ada terapi kecil sama Dokter. Mama gue lagi arisan, gue nggak ada temen." Seorang pria yang duduk di atas ranjang Rumah Sakitnya itu sibuk menjelaskan dengan suara yang menggebu-nggebu pada temannya yang ada di sebrang sana.

"Hallooooo, Banana! Lo masih di sana, kan?" Tanya Gara lagi setelah tidak mendapatkan respon apapun dari Alena.

"Hari ini, ya?"

"Iya, ngapain sih lo? Kayaknya sibuk banget.."

"Lagi nyeduh kopi, Gar. Gue lagi nuang air panas. Plisss sabar dulu.." jawab Alena dengan suara yang mengecil.

Gara terkekeh sendiri, membayangkan gadis yang saat ini terikat sambungan telepon dengannya tengah sibuk di dapur menuangkan air panas ke dalam cangkir.

"Iyeee iyee, gue kan nanya. Lo nemenin gue, kan? Hari ini?"

"Lihat nanti, ya. Gue nggak tau ada urusan apa enggak. Kalau enggak, gue cuss ke Rumah Sakit.."

"Dih, sok sibuk lo! Ngapain sih? Urusan-urusan apa?"

Terdengar kekehan dari sebrang sana membuat Gara mengerutkan kedua alisnya bingung.

"Lo kerja sambilan lagi kah, Len?"

"Enggak, gue mau ketemu Papa.."

"Whaatt? Papa? Papa lo? Kenapa? Tumben amat?"

"Nggak tau, setelah kepergian kakak gue, Papa jadi sakit-sakitan."

"Tunggu, Kakak lo? Kakak kandung lo? Siapa namanya? Gue lupa, lo pernah cerita dulu. Kenapa? Ada apa sama Kakak lo?"

Suara Alena berubah pelan dengan helaan nafas yang berat. Mendengar hal itu membuat prasangka besar muncul dalam benar Gara. Sepertinya, kabar buruk terjadi pada keluarga Alena.

"Kenapa, Len?"

"Beberapa hari yang lalu, sekitar satu mingguan, Kakak gue ditemukan meninggal di salah satu kamar mandi Hotel. Keluarga gue masih nyelidikin kasus ini. Papa mungkin masih Syok dengan berita itu.."

"Haah? Kakak lo meninggal? Kok lo nggak ngabarin, sih Len? Turut berduka cita ya, lo pasti sedih banget. Gue nggak bisa nemenin lo. Maafin gue,"

"Nggak papa, Gar. Thanks ya, gue tutup dulu telfonnya. Gue mau siap-siap. Lo bisa telfon Luna kalau butuh temen."

ALENA (Here With Me) Место, где живут истории. Откройте их для себя