{D&B}

8.8K 1.1K 260
                                    

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT

JADILAH READERS JANGAN JADI SIDERS!

Selamat membaca

Tim gercep comment!

Spam comment yuk!

________

[BELLA POV]

     Beberapa menit kemudian, perawat datang guna memeriksa keadaanku. Perawat itu mengatakan bahwa aku masih belum diperbolehkan banyak bergerak dan tidak boleh terlalu banyak berfikir. Aku pun hanya tersenyum sambil mengangguk menanggapi perkataaan perawat itu.

     Setelah perawat itu keluar, aku memandang kosong ke arah depan. Aku berfikir bagaimana tentang keadaan Daniel saat ini. Apakah lelaki itu sudah siuman?

     Lalu terlintas ingatan tentang masa lalu dimana aku menjebak Jack seperti seorang jalang. Aku sungguh menyesal, teringat bagaimana sikap dahulu. Dengan bodohnya aku menggoda Jack seperti jalang kehausan belaian.

     Semua cara kuhalal kan hingga dengan kebodohanku, aku merelakan tubuhku untuk Xander. Sampai kapanpun aku tidak akan memberitahu siapa sebenarnya ayah Kandung Bee sebenarmya. Aku sungguh malu.

     Setitik air mata penyesalan keluar dari ujung mata ku. Aku menunduk meratapi rasa penyesalan yang kembali datang. Mungkin seumur hidup aku tidak akan bisa melupakan kelakuan ku di masa lalu dan sepertinya aku memang tidak akan pernah hidup bahagia.

     Krek

     Aku segera menghapus air mataku kemudian mendongak melihat kearah pintu. Ternyata dokter Ervan telah kembali sambil membawa sebuah tote bag. Mungkin berisi makanan yang dirinya beli.

     Dokter Ervan tersenyum menatap kearah ku. Dia berjalan mendekatiku kemudian meletakan dengan perlahan Bee tepat di samping ku. Sikap Ervan yaang seperti ini, membuatku semakin penasaran padanya. Jika seperti ini kami seperti seorang yang sudah lama kenal.

     "Perawatnya udah datang bu?" entah kenapa aku tidak terlalu suka dipanggil bu, rasanya aku seperti sudah sangat tua.

     Aku mengangguk. "Ehm dokter Ervan, jangan panggil saya bu. Panggil saja Bella, Rasanya saya terlihat sangat tua, hehehe." kata ku sambil tertawa renyah.

     Ervan nampak tertegun melihat ku tersenyum. Entah apa yang terjadi padanya. "B-baiklah B-bella." aku pun mengangguk senang. "Anda juga jangan panggil saya dokter Ervan, cukup panggil Ervan saja." lanjut Ervan.

     Mendengar penuturan Ervan membuatku terhenyak beberapa detik. "Ah, iya E-ervan."

     "Dan juga jangan terlalu formal padaku. Anggap saja aku teman mu." aku mengangguk semangat. Aku bersyukur ada orang sebaik Ervan.

DESTROYEDWhere stories live. Discover now