#00. Ancaman

43.8K 777 121
                                    

Tampan adalah cobaan.

Ah, serasa sering sekali aku mendengar ungkapan itu. Menurutku, hal tersebut tidaklah salah, tetapi tidak sepenuhnya pula benar. Karena aku adalah satu dari sekian banyak orang yang mendapatkan anugerah tersebut.

Pagi hari, saat masuk sekolah, sambutan hangat dari para cewek memenuhi indra pendengaranku. Mereka berucap selamat pagi dengan nada centil, berusaha untuk membuat kesan cantik dan manis di hadapanku. Apalagi saat aku menunjukkan skill olahragaku. Basket? Sepak bola? Voli? Sangat mudah bagiku yang bertalenta ini. Para cewek akan bersorak kyaaa~ atau kereeen~ atau makan aku~, bahkan berebut memberikan sebotol air minum kepadaku sehabis berolahraga.

Kalian iri? Belum selesai.

Debut akademikku pun sangat gemilang. Selalu peringkat satu di dalam kelas. Dan terus menduduki salah satu dari tiga besar juara paralel sekolah. Perlombaan cerdas cermat juga lumayan sering aku ikuti, dan tentunya menangi. Namun untuk berkecimpung di bidang OSIS, aku tidak melakukannya. Karena aku malas jika terlalu sibuk di masa SMA.

Kalian iri? Belum selesai.

Entah sudah berapa kali aku berpacaran dengan cewek cantik. Cabe? Sudah pernah. Putri sekolah? Ah, tak terhitung berapa jumlahnya. Dan sekarang, aku berstatus sebagai jomblo. Menjadi heartbreaker berkali-kali tidaklah menyurutkan persepsi dari para cewek di sekitarku untuk tetap mencintai diriku. Oleh sebab itulah aku dijuluki....

Prince of Love.

Ah! Amazing! Para cowok pun akan terkesima dengan kharismaku! Makanya aku tidak memiliki musuh sampai sekarang!

Seperti namaku, Bintang Prasetyo! Aku akan selalu bersinar layaknya bintang di angkasa!

Dunia remaja telah aku kuasai!

Nyahahahaahah--

Ha, akan aku lanjutkan tertawanya setelah ancaman ini berakhir.

Ya. Sebuah ancaman.

Kalian penasaran tentang ancamannya? Kepo?

Semua berawal di saat jam pelajaran olahraga baru saja usai. Aku telah berganti pakaian dan menuju ke kelasku, XI IPS 2. Di sana sepi. Hanya ada satu orang pemuda yang entah datang dari mana. Dan orang tersebut tidak aku kenal sama sekali. Kala itu, aku berpikir kalau dia adalah penggemar rahasiaku yang susah payah memberanikan diri untuk mengobrol denganku.

Tapi ... aku salah besar.

Saat kami berbincang, dia selalu saja tersenyum licik, membuatku sangat risih, bahkan sempat meneteskan keringat dingin di saat menghadapi kata demi kata yang ia lontarkan. Apalagi ketika ia memperlihatkan sebuah video pada layar ponselnya. Sebuah video yang membuat jantungku mendadak berpacu.

Video dengan rentetan aksi yang sangat memalukan.

Entah bagaimana, dia bisa memilikinya.

"Aku tidak akan menyebarkan video ini, tetapi dengan satu syarat."

Dia menahan ucapannya. Tentu aku sempat protes, bahkan merebut ponsel itu sebelumnya. Namun kemampuan atletik dan hindarannya seolah-olah berada jauh di atasku.

Tidak! Aku tidak mau jika sampai ada orang lain yang melihat video itu! Bisa hancur kehidupan masa mudaku!

"Kau harus berpacaran dengan Erina, lalu ber-ikeh-ikeh dengannya. Tenang, tidak perlu di video. Cukup berfoto selfie dengannya saat kalian mengumbar kemesraan, dan perlihatkan padaku. Aku beri jangka waktu tiga bulan. Jika tidak berhasil, akan aku sebarkan video ini."

Dia tersenyum iblis. Sedangkan aku, hanya bisa tertegun sembari menelan ludah sekuat-kuatnya. Aku bertanya, bagaimana aku bisa mempercayai ucapannya? Bisa jadi, dia hanya mempermainkanku. Semacam jaminan?

Ikeh Ikeh KimochiWhere stories live. Discover now