Lil Azof

69 35 15
                                    

Perlahan, mata sang pria mulai terbuka. Ia beranjak duduk dibantu Ellery. Ellery tahu bahwa tubuh pria itu masih basah kedinginan, dan tidak mungkin akan cepat kering jika hanya mengandalkan cahaya matahari. Secara sigap dia mengumpulkan beberapa ranting, untuk dijadikan api unggun.

Ellery menumpuk rantingnya menjadi satu, kemudian mencoba membakarnya menggunakan batu yang di gosok-gosok-an. Akan tetapi api sulit keluar, alhasil Ellery menghabiskan banyak waktu karenanya, hampir 10 menit lamanya. Hal tersebut membuat sang lelaki tertawa. Ia menghampiri Ellery dan mengulurkan tangan untuk membantu.

"Biarkan aku." Meminta batu yang dipegang Ellery.

"Aa! Kamu membuat ku kaget!"

Pria itu mengambil alih, membuat api dari batu keras. Sama-sama mereka menghangatkan diri dan mencoba memanggang sesuatu di atas-nya; air, sayur, dan ikan.

"Ku rasa ikan-nya sudah matang!" ucap Ellery bersemangat.

"Untuk kamu," Menyodorkan ikan pada Ellery.

"Ini hanya satu, kamu akan kelaparan!"

"Ini, tanganku sakit,"

"Tapi," Ellery menanggapi ikan di atas daun pisang itu. "Kurasa ikan ini terlalu besar untukku!"

"Itu cukup."

"Umm ...."

Ellery merasa tidak tega bila hanya dia saja yang makan, dengan segenap hati dia membagi ikannya, menyuap ikan tersebut pada mulut sang pria.

"A-" ucapan sang pria terpotong oleh tangan Ellery yang tiba-tiba menyuapinya.

"Enak kan?"

Ellery membagi ikanya dan makan bersama hingga habis. Sementara itu, matahari terus bekerja, tidak terasa sudah berada di atas. Mereka berdua pun pergi berteduh di bawah pohon besar.

"Apa kamu dari mataya?" tanya sang pria.

"Mataya?"

"Ya."

"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu?"

"Warna kulit kita sama,"

Ellery mengambil nafas panjang dan berkata, "Ya, kita berwarna sawo matang."

"Kenapa sedih?"

"Tidak."

"Cerita? Aku akan selalu mendengarkan mu," menepuk pundak Ellery.

Ellery termenung sejenak, dia berpikir ini adalah kesempatan baginya untuk bercerita, juga mengurangi beban batinnya. Perlahan Ellery menceritakan semuanya. Sang pria juga selalu mendengarkan, dan memberi beberapa argumen penyemangat untuk Ellery.

"Malu?" tanya sang pria.

"Ya."

"Kenapa? Kulitmu itu sangat indah ... dan tentang rambutmu, itu cantik, seperti mode yang unik, gaya baru." Memberikan senyum pada Ellery.

"Maksudmu ini?" Menunjuk pada rambutnya. "Jangan bercanda, masa gumpalan besar ini disebut sebagai mode?" Ellery tertawa.

"Mungkin kamu menganggap ku sebagai pembohong besar, karena tak mempercayai omonganku. Kamu masih memandangnya dengan sudut pandang yang berbeda dariku ... ubahlah sudut pandangmu, dan percaya padaku."

"Haha," Ellery tertawa kecil. "Sudah jangan bahas itu, bahas yang lain aja."

Keheningan sejenak.

"Oh iya, namamu siapa? dari tadi kita bicara tetapi kita belum saling mengenal," Ellery mengulurkan tangan dan menyebutkan nama. "Ellery!"

Sang pria membalas dengan mengulurkan tangan juga, "Azof, Lil Azof!"

Lil Azof, dia memiliki tubuh yang sangat tinggi nan gagah. Dia mempunyai kulit berwarna sawo matang, juga rambut keriting kecil bergelombang. Dia terlihat sangat tampan dengan wajah panjangnya, dia juga terlihat sangat indah. Selain itu, Azof memiliki sikap yang sangat hangat dan perhatian.

"Sejak kapan kamu di situ, dalam air?" tanya Ellery penasaran.

"Semenjak kejadian buruk menimpa tempat tinggal ku,"

"Kejadian buruk?"

"Ya, waktu itu seekor kupu-kupu besar datang, memakan segalanya ... membuat kesengsaraan di mana-mana."

***

Sebenarnya, Pulau Mataya adalah sebuah pulau ramah penghuni, terletak cukup jauh dari saweetie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebenarnya, Pulau Mataya adalah sebuah pulau ramah penghuni, terletak cukup jauh dari saweetie. Penduduknya hidup tenang dan nyaman, sampai pada suatu masa musibah datang menghampiri. Seekor kupu-kupu raksasa datang secara tiba-tiba, membuat kekacauan di mana-mana. Kupu-kupu itu memakan segalanya dan membuat kekacauan di seluruh penjuru mataya. Kekacauan itu terjadi selama beberapa hari, mengakibatkan mataya hancur berantakan. Semua penduduknya pergi berkelana mencari tempat baru, untuk memulai kehidupan baru yang lebih aman. Selama mencari tempat baru, mereka selalu bergerombol, tidak boleh terpisah apa lagi tertinggal. Namun, saat di perjalanan banyak yang tidak bertahan dan mati kelaparan, warga mataya menjadi amat sangat bingung.

Lalu mereka menyadari, bahwa solusi dari masalah ini bukanlah kabur menjauh, tetapi harus dihadapi. Akhirnya mereka memutuskan kembali ke mataya, membunuh kupu-kupu raksasa. Tapi, mereka tidak bisa membawa anak mereka, takut gagal ketika melawan kupu-kupu, dan akhirnya mati bersama.

Para orang dewasa berpikir, bagaimana cara menyembunyikan anak mereka, agar selamat dan tetap hidup. Salah satu warga pun mempunyai ide, bahwa mereka harus menyembunyikan masing-masing anak mereka di tempat yang berbeda. Mereka berpencar mencari persembunyian paling aman. Alasan berpencar adalah untuk menghindar dari predator, mereka yakini dengan cara itu akan lebih aman dan lebih mudah untuk bersembunyi.

Mereka berpencar lebar, memilih tepat terbaik juga ter-aman. Mereka memilih gua, batu besar, pohon tinggi, kelopak bunga, dan cangkang kerang. Orang tua Azof memilih sungai, sebagai persembunyian anaknya. Mereka mengira sungai adalah tempat yang sangat aman bagi putranya itu. Mereka memberi cahaya pada hati Azof, agar tetap hidup tanpa bernapas dalam air. Awalnya, orangtua Azof menaruh tubuh putra kecilnya di atas daun besar dalam air. Namun, seiring berjalannya waktu, guncangan air membuat tubuh Azof berpindah, berpindah jauh dan tersangkut pada tanaman jalar. Kebetulan tanaman itu dekat dengan saweetie.

Kaki Azof terbelit, hampir bertahun-tahun lamanya. Namun, semesta sepertinya ingin menolak dengan hal yang lebih buruk nantinya, dan langsung mengirimkan Ellery untuk membantu Azof, seperti takdir. Kedatangan Ellery memberi kehidupan baru bagi Azof.


---------

Note: Untuk visual Azof ada di hati kalian, Azof terlalu indah untuk digambarkan^^

EKSOTIS || Pre OrderWhere stories live. Discover now