Apel hitam

52 29 28
                                    

Penyihir memutar tubuh, tampak sebuah senyum sinis dari bibirnya, seperti mengetahui sesuatu.

Mereka bertiga duduk bersama, duduk dalam gua dingin beralaskan daun besar. Selain dingin, gua itu juga sangat pengap dan berbau 'tak sedap. Mengambil napas itu sangat susah, dada terasa sekak serta napas ikut terhambat. Berbahaya. Terlihat hati Azof yang terus redup dan bersinar secara cepat, tidak beraturan.

"AZOF!!" teriak Ellery histeris. Sementara penyihir, ia hanya berekspresi datar. Tidak berkata-kata maupun bertindak.

Selang beberapa waktu, penyihir mulai bersuara, ia bertanya pada Ellery dan Azof. "Kalian datang padaku? Harapan apa yang kalian ingin coba dapatkan??"

"Aku memiliki banyak permohonan!" ujar Ellery dengan harapan tertulis di dahinya.

"Aku tidak akan mengabulkan semuanya, hanya tiga,"

"Tiga?" tanya Ellery sedikit kecewa.

"Yaaaa, tiga permohonan." Suara penyihir terdengar sangat menggoda. "Apa yang akan kalian minta?"

"Sebuah kupu-kupu datang ke tempat kami ...," ujar Azof yang dibalas senyuman aneh dari Sang Penyihir, terlihat menakutkan.

"Kami sangat sengsara saat ini, kerusuhan terjadi di mana-mana, beberapa tempat hancur dan tinggal menyisakan puing-puing," Azof melanjutkan perkataannya. "Bisa kah Nona menolong kami?" Suaranya seperti tercekik, susah bernapas.

Untuk sekarang, Ellery tidak dapat berbuat apa-apa, dia hanya menggenggam erat tangan Azof, mencoba menguatkan. "Aku harap Nona dapat menolong kami, kami menaruh harapan besar."

Sunyi sejenak, lalu penyihir menjawab, "Akan kubuat-kan ramuan khusus, ramuan yang dapat mengusir kupu-kupu besar dari tempat kalian. Dan sementara itu, kalian bisa bermalam di sini."

Ellery dan Azof bingung, menatap satu sama lain.

"Hari sudah petang," ujar Sang Penyihir.

Setelah menyadari bahwa matahari sudah tenggelam, mereka memutuskan untuk meng-inap. "Baiklah kami akan meng-inap di sini, terima kasih dan maaf merepotkan," ucap Azof.

"Kalian bisa tidur di ruang belakang sana,"

"Terima kasih!"

"Bagaimana dengan dua permohonan lainnya?" sambung Ellery.

"Kita lanjut besok." Suara khas penyihir.

"Tapi ...." Perkataan Ellery terpotong, saat tangan Azof tiba-tiba memegang pinggul-nya, mengisyaratkan untuk berhenti. Ellery langsung menurut, perkataannya terhenti saat itu juga.

Ellery dan Azof pergi untuk tidur dalam ruang yang telah disediakan. Mereka bermalam di sana, di dalam gua pengap lagi dingin. Sesekali hati Azof bercahaya, nafasnya terengah-engah, membuat Ellery khawatir dan terus ke-pikiran.

***

Di tengah malam yang hampir fajar, Azof beranjak bangun meninggalkan ruangan, tanpa membangunkan Ellery. Dia berusaha menetralkan napas-nya. Namun, tidak semuanya membaik, hanya sedikit lebih baik.
Di tengah malam yang hampir fajar, Azof bangun dan keluar dari ruang tersebut. Dia pergi keluar ‘tuk mencari udara segar. Azof keluar dalam keadaan tenang dan berusaha tidak mengeluarkan suara. Walaupun begitu, Ellery tetap saja terbangun, dia mengikuti langkah Azof dari belakang, berdiri mematung. Ellery ingin membantu, tetapi apa yang bisa dia buat, hanya menemui Sang Penyihir dan membuat permohonan kedua.

***

Tok tok tok

"Permisi!" Tangan  Ellery menggedor pintu.

EKSOTIS || Pre OrderWhere stories live. Discover now