Tulip putih

19 8 3
                                    

Ellery dan Azof terdiam, mereka termenung menatap satu sama lain dengan penuh rasa heran, sekaligus senang. Mata Ellery berbinar, dari sekian lamanya, dia baru mendapat perhatian itu kembali. Dia amat sangat senang, senyumnya 'tak henti hilang, dia menangis bahagia. Ditambah lagi dengan mendekatnya seorang warga bersama buket bunga tulip putih di tangannya. "Ini untukmu Ellery."

"Elery??" ujar Ellery pelan

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

"Elery??" ujar Ellery pelan. Dia tidak percaya bahwa warga saweetie sudah mengingatnya kembali.

"Terimalah ini!" seru-nya seraya tersenyum.

"Terima kasih banyak." Ellery membalas senyuman warga itu, dia kembali tersenyum hingga gigi putihnya terlihat.

"Ellery? Maafkan kami ... kami sangat menyesal telah melakukannya," ucap satu warga mewakili semuanya, "Tolong maafkan kami,"

"Kalian tidak perlu memohon. Aku sudah memaafkan kalian!" Ellery menabur senyum.

Warga Saweetie memastikan, "Benarkah Ellery?"

"Um." Elery menganggukkan kepala.

Di situ Ellery sangat senang, akhirnya warga saweetie menerimanya kembali dan akan mulai menjalani kehidupan yang sama seperti dahulu di kedepannya, hanya ada kegembiraan dan kedamaian, tidak ada perbedaan maupun perkelahian. Namun, di antara kerumunan itu, Ellery merasa malu, dia tidak nyaman dengan warna kulitnya, ingin sekali rasanya memiliki kulit putih seperti dulu, serta rambut lurus ber-glitter cantik menempel. Kepala Ellery terus tertunduk ke bawah, menyembunyikan raut wajahnya sekarang, yang mengekspresikan kemaluan yang amat besar.

"Ellery, apa yang kamu lakukan?" tanya warga saweetie. "Apa kamu tidak ingin melihat kami dan memberi pelukan?"

"Tidak seperti itu," ujar Ellery yang terus malu.

"Namun kenapa?"

"Aku hanya ...." perkataan Ellery terhenti sebentar, "Aku malu dengan kalian," Dia memberi pengakuan

"Kenapa kamu berkata seperti itu?" Warga yang lain ikut bertanya

"Lihatlah aku, sangat berbeda dengan kalian, aku begitu gelap dan kalian begitu terang dan sempurna." Keluhnya.

"Jangan berkata seperti itu, menurutku Ellery sangat anggun menggunakan warna itu, terlihat berkelas juga elegan. Kamu terlihat lebih dari kami!" ucap seorang wanita tua.

"Apa itu benar?" Kepalanya belum terangkat juga.

"Ambillah!" Wanita tua memberi cermin berukuran cukup besar pada Ellery.

Elery mengambil-nya dan berkata, "Apa yang perlu kulihat di sini?"

"Apa yang kamu lihat dalam situ?" tanya balik wanita tua.

"Hanya seorang gadis berkulit hitam dengan gumpalan besar di kepala."

"Hanya itu??" tanya wanita tua 'tuk sekian kalinya.

Ellery tidak menjawab, ekspresinya sedikit berubah. Sepertinya dia telah menyadari sesuatu.

"Sudah menyadarinya?" wanita tua itu bertanya lagi. "Lihatlah dengan baik, kamu sangat cantik dan unik ... tidak semua orang mendapatkannya. Maka dari itu, kamu sangat istimewa. Percaya diri lah!"

Ellery masih terdiam, pikirannya bimbang. Awalnya, Azof tidak ingin ikut campur dalam pembicaraan ini, dia hanya ingin pembicaraan itu terisi oleh Ellery dan warga saweetie saja. Namun, rupanya situasi menariknya untuk bergabung, Azof berjalan mendekat, memegang tangan Ellery yang sedang memegang cermin di depan mukanya sendiri. Lalu Azof semakin mendekat, menempelkan kepalanya pada telinga sebelah kiri telinga Ellery, dia membisikkan sesuatu, "Kata-kata apa yang harus ku ucapkan untuk mengungkapkan seberapa cantikmu? Kamu begitu cantik sehingga kata-kata tak mampu menyusun kalimat. Dan kamu, kamu begitu sempurna sehingga kalimat pun tak mampu menggambarkan-nya." Setelah itu Azof menarik tubuhnya kembali, menjauh dari telinga Ellery dan berdiri tegak.

Mata Ellery langsung menoleh, menatap mata Azof. Azof menanggapi dengan berkata, "Lihatlah cerminnya kembali, apa yang ia katakan?"

Lalu Ellery menatap cerminnya kembali, kali ini dia menatapnya dengan sungguh-sungguh "Aku rasa ini adalah diriku yang sebenarnya, berkulit gelap dengan rambut mengembang tak memiliki glitter ... dan kurasa ini tidak buruk." Ellery menebarkan senyum manis-nya, "Seperti yang kalian bilang, ini adalah unik. Tidak sepantasnya aku merasa malu. Seharusnya aku bangga dan senang karena berbeda!" Keceriaannya kembali. "Terima kasih!!" Membuka lebar tangannya. Mem-persiapkan untuk menerima sebuah pelukan hangat dari saweetie.

Mereka semua berpelukan terasa hangat dan manis, wajah mereka terukir senyum yang lebar lagi ceria. Ketika hal itu terjadi, dengan cepat Azof menepi jauh, dia tidak ingin menjadi penghalang bagi warga saweetie yang hendak berpelukan. Akan tetapi, saat Azof sudah berada di pinggir, seseorang memanggilnya, "Hei! Kemarilah! Ikut bersama kami! Kita adalah sama!" ujar pria paruh baya.

Azof mendekati gerombolan hangat itu, dan secara tulus dia ikut merangkul dan berpelukan bersama. Azof merasa senang, akhirnya dia diterima dengan baik di saweetie.

Setelah berpelukan cukup lama, mereka melepas pelukannya satu persatu, sekarang mereka sedang membahas tentang masalah kepemimpinan baru di pulau ini.

"Sekarang siapa yang akan menjadi pemimpin baru?"

"Apakah Ellery mau menjadi penggantinya?"

"Kamu sudah mencukupi kriteria sebagai seorang pemimpin. Kamu sangat cantik dan usiamu sangat pas!" Sepertinya warga saweeti sangat menginginkan Ellery berada pada posisi pemimpin.

"Tapi ...."

"Apalagi ini adalah hal yang luar biasa. Apa kamu akan menolaknya?" Tanya warga yang lain.

"Maksudku, bagaimana dengan Ratu Helen?" Ellery masih saja mengingat dan memedulikan Ratu Helen, yang jelas-jelas sudah berbuat jahat pada dirinya. Azof tersenyum tipis dari jauh, tanpa sepengetahuan Ellery.

"Wajah cantik dan awet mudanya adalah kepalsuan, dia sudah tidak layak untuk menjadi pemimpin!"

"Aku juga setuju!"

"Perkataanmu sangat benar!"

"Pemimpin haruslah sempurna, jika tidak, itu bukanlah seorang pemimpin!"

"Betul!"

Diantara sekian banyaknya warga, banyak yang tidak menginginkan Ratu Helen sebagai pemimpin pulaunya kembali, yang membela hannyalah segelintir orang saja, jumlahnya masih bisa terhitung dalam hitungan jari.

"Akan tetapi, kalian tidak boleh berkata seperti itu. Sudah banyak yang Ratu Helen lakukan untuk kita semua, hampir dari semua masalah kita terselesaikan olehnya, apa kalian melupakannya begitu saja?" Ellery mencoba membela Ratu Helen

"Sebagai ratu, sikapnya ini sangat-lah tidak pantas! Membohongi seluruh warga!"

"Mungkin dia melakukannya karena hal tertentu?" Ellery masih membela.

"Hal tertentu itu adalah, dia tidak ingin digantikan dari posisinya. Apa seorang ratu bisa melakukannya?"

"Coba kalian pikirkan kembali." Ellery menyuruh semua orang untuk mencoba mengingat masa-masa bersama Ratu Helen.

"Aku mengingatnya, dia adalah pemimpin yang baik dan juga tegas, dia bijaksana!"

"Aku pikir juga begitu, dia juga sangat adil ketika memimpin,"

"Aku juga ingat dia pernah membantuku menyapu halaman, ketika hari bersih-bersih dilaksanakan!" Memori tentang Ratu Helen kini berdatangan.

"Sudah banyak yang ratu lakukan untuk kita, dan tidak seharusnya kita melupakannya begitu saja." Ellery berusaha berlaku bijaksana.

"Sebaiknya kita temui dia," ajak salah satu warga.

"Baiklah." Ellery menanggapi.

EKSOTIS || Pre OrderWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu