Aku meringis. Entah bagian mana yang sakit. Tubuh serta hati nyeri bersamaan.
---
Letih raga yang dibalut letih hati membuatku terkapar. Tapi, aku memaksakan diri beranjak ke dapur menyiapkan makanan untuk Tiara. Air mata memang tak menetes lagi, tapi sepasang bola mataku masih berkaca-kaca. Entah bagaimana aku harus menghadapi kenyataan pahit ini. Aku harus bertindak, tidak boleh tinggal diam. Meski hingga detik ini aku masih tidak tahu harus berbuat apa. Hal ini membuat kepalaku terasa berat.
Hingga larut malam Daeng Hasan belum pulang. Mungkin memang lebih baik ia jangan pulang dulu. Aku masih belum tahu bagaimana harus bersikap di depannya setelah semua pengkhianatan yang ia lakukan. Aku sama sekali tidak bisa tidur. Perasaanku tak menentu. Aku belum siap melihat Daeng Hasan muncul di depanku, meski di sisi lain aku butuh segera bicara, menyelesaikan masalah yang sangat menyiksa ini.
🍁🍁🍁
Assalamualaikum.
Mohon maaf sebelumnya, di Wattpad bab 11 dan seterusnya hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan nasib Ibu selanjutnya, silakan baca di:
* KBM App
* KaryaKarsaDi semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.
Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.
Aku tunggu di sana.
Makasih.
Salam santun 😊🙏
YOU ARE READING
TIARA (Bukan Anak Pelacur) [SEGERA TERBIT]
General Fiction[Segera Terbit dan akan tersedia di Gramedia seluruh Indonesia] Ridho Allah adalah ridho ibu. Tiara tidak pernah menyangsikan kalimat itu. Hanya saja ... apakah juga berlaku untuk ibunya yang seorang pelacur? Setelah mengetahui masa lalu ibunya, Tia...