23 - 30 Menit Menuju Kehilangan

5 0 0
                                    

Perasaan yang kupunya tumbuh secara alami, kemudian merumpun dan menjadi indah dengan sendirinya. Meski tak pernah mendapatkan siraman cahaya yang cukup.

---

Watampone-Sengkang, tahun 2001

Entah berapa kali purnama berlaga di langit sejak Dahlan tiba-tiba muncul di depan pintu hanya untuk mengantarkan sebuah puisi. Kertas itu masih kusimpan rapi, serapi perasaan yang tumbuh subur di hati dan untuk kunikmati sendiri. Menikmati dengan cara yang tak biasa, sesekali membuatku merasa bodoh. Sepertinya akan ada sesuatu yang sia-sia. Kami memang semakin dekat. Di setiap jatah liburnya ia selalu mengajak aku dan Tiara jalan-jalan mengelilingi Kota Bone. Menikmati aneka kuliner, atau sekadar mengunjungi tempat-tempat menarik. Tapi, sepertinya bagi Dahlan semua itu tak lebih dari kebersamaan antar teman. Aku yang terlalu berharap sejak awal. Tak sekali pun ia benar-benar menunjukkan memiliki rasa serupa yang kupendam, meski setiap gerakannya kuartikan sebagai perhatian. Aku harus membunuh perasaan ini pelan-pelan, kembali menghadapkan diri ke cermin. Aku hanya janda beranak satu, mana mungkin lelaki yang memiliki pandangan jauh ke depan seperti Dahlan menyukaiku?

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, di Wattpad bab 11 dan seterusnya hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan nasib Ibu selanjutnya, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

TIARA (Bukan Anak Pelacur) [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang