05; Jurus Sakti

25 2 0
                                    

Setelah berhasil keluar dari kemacetan flyover perempatan antara jalan Pemuda dan Pramuka, bermodalkan pengalaman menyetir Juni selama tiga tahun belakangan, ia berhasil memarkirkan Honda Jazz putihnya di pelataran Gedung Pelatihan Kompetensi yang...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah berhasil keluar dari kemacetan flyover perempatan antara jalan Pemuda dan Pramuka, bermodalkan pengalaman menyetir Juni selama tiga tahun belakangan, ia berhasil memarkirkan Honda Jazz putihnya di pelataran Gedung Pelatihan Kompetensi yang berada di samping gedung SMA 1 BUDI LUHUR.

Entah sejak kapan dan dengan cara apa. Dengan seribu satu akal milik Juni, cowok itu dengan mudahnya bisa memarkirkan mobilnya di pelataran parkir ini dan menghindari Guru BK atas pelanggaran atas dilarangnya membawa kendaraan roda empat ke sekolah.

Money talks harder, kalau kata Rayyan.

"Enam dua delapan. Coy ayo buru! Langsung lari, ye." Juni berseru pada Rayyan yang masih tampak sibuk memasukkan bekal dari Bi Imah ke dalam tasnya.

"Patient, dong. Anjirlah, jangan bikin gue ikutan panik!" protes Rayyan dengan tangan gemetar, membuat retsleting tasnya sejak tadi begitu sulit tertutup.

Tak menghiraukan Rayyan yang masih duduk di jok mobil, dengan tergesa cowok tinggi itu turun dari mobil dan meraih tasnya di jok belakang. Kemudian dilemparkannya kunci mobil pada Rayyan.

"Lama lo! Gue lari duluan, dah," keluh Juni sebelum lari meninggalkan Rayyan yang mencibirnya.

Buru-buru Rayyan keluar dari mobil dengan retsleting yang masih belum tertutup dan buru-buru menekan tombol kunci pada smart key button yang menyantol di besi pipih itu. Dengan langkah besar, Rayyan berlari mengikuti Juni.

Tak hanya mereka berdua yang berlarian, beberapa siswa yang masih berada di pinggir jalan menuju sekolah pun tak ketinggalan untuk mempercepat langkahnya sebelum pagar sekolah tertutup penjaga sekolah dan guru wajib jaga pagar setiap pagi.

"Ah, tai! Kenapa rajin banget sih si Pak Kumis," maki Rayyan saat melihat guru olahraga sekolahnya yang berdiri di samping pagar sambil berkacak pinggang, tak lupa dengan tongkat semapur andalannya yang selalu ia bawa setiap pagi.

Sepasang matanya menangkap Juni yang sudah meluncur dengan mulus melewati Pak Badrun si Bapak-Bapak Berkumis yang Rayyan sebut tadi, membuat Rayyan kembali mendengkus.

"Emang, Juni anjing," gerutunya sembari mencangklong tasnya di bahu, sementara kedua tangannya memasukkan kemeja putihnya ke dalam celana. Menghindari razia wajib yang selalu dilakukan Pak Badrun di pagi hari.

Berusaha secepat kilat berjalan cepat memasuki pagar, Rayyan menghindari pandangannya pada Pak Badrun dan menutupi pinggangnya yang tak mengenakan ikat pinggang.

Senyumannya sontak merekah saat ia berhasil menginjakkan kaki di undakan gedung. Namun tanpa ia duga, tasnya ditarik dengan tongkat semapur Pak Badrun. Membuat cowok blasteran itu hampir terhuyung.

"Hei, kau! Kemana ikat pinggangmu?" Sapaan Pak Badrun mendadak membuat Rayyan mencengir menampilkan deretan gigi rapinya.

Ia terkekeh seraya berjalan mundur mengikuti tarikan guru olahraganya itu.

KKM: Kembara Kembar MicinWhere stories live. Discover now