06; Hanya Pagi Lain di Kelas 12 IPS 2

25 2 0
                                    

KRIIIIING KRIIIIING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KRIIIIING KRIIIIING

Terdengar bel berdering dua kali menandakan waktu mata pelajaran pertama akan dimulai. Namun, seperti biasa. Meski bel telah berbunyi, belasan siswa di dalam kelas 12 IPS 2 tak menghiraukan dan tetap asyik berjalan ke sana ke mari di dalam ruangan kelas.

"Guys, piket hari ini panggil Bu Retno, dong." Suara Adrian meninggi di antara riuh obrolan teman sekelasnya.

Tak ada yang menanggapi.

Cowok berkacamata itu lantas berdiri dan mengedarkan pandangannya. Berniat untuk memanggil Saptaji yang baru saja berdiri untuk mengambil pulpennya yang terlempar ke depan kelas.

"Ji, pangꟷaduh!"

Adrian tiba-tiba mengaduh saat kepalanya menerima sebuah pukulan dengan buku tulis. Membuatnya langsung menoleh dan memandang kesal pemilik pukulan itu.

"Apaan pukul-pukul gue, Bocah Kocak!" makinya pada cowok itu yang beranjak duduk di kursi yang berada di depannya, tepat di samping Juni.

"Lo juga, ya. Emang tai lo berdua. Gue hampir dibotakin Pak Kumis!" sosor Rayyan selepas mendaratkan pukulan lain di kepala Juni yang sibuk menyalin tugas di mejanya.

"Mana kesetia kawananmu, Sobs! Gue tandain ye lo berdua. Dilarang ngebetak rokok gue," lanjutnya kesal kemudian meletakkan tas di atas meja. Jemarinya mengendurkan ikat pinggang dan mengeluarkan kemejanya ke luar celana.

Adrian mendecih, kemudian melengos keluar kelas menuju meja piket. Sementara Juni hanya mengusap kepalanya tanpa suara, ia sibuk menyalin tugas milik Adrian ke bukunya.

"Tugas gue belum kelar. Jadi buru-buru. Maaf, ya." Juni tiba-tiba bersuara tanpa menoleh. Membuat Rayyan berdeham seraya mengeluarkan roti lapis yang tadi belum habis ia makan dan mulai memakannya.

Melupakan permulesan yang ia rasakan di mobil di tengah kemacetan tadi, Rayyan sibuk mengunyah roti lapis itu seraya tangan kanan menggenggam ponsel. Agenda rutin yang ia lakukan setelah ini dan itu, mengirim pesan pada Mommy-nya walau hanya sekadar pamer dan menawarkan apa yang ia makan atau beli.

Di tengah kesibukan dua orang itu, Adrian kembali dari meja piket dengan helaan napas kasar. Ia masuk serays menenteng sebuah buku paket di tangannya, kemudian berdiri di depan kelas. Memandangi tingkah laku anak-anak kelasnya yang tidak ada habisnya untuk membuat-sebagai ketua kelas-menghela napas seraya mengucapkan 'hadeh' tiada henti.

"Guys, Bu Retno nggak masuk kelas. Disuruh nyatet. Sekretaris bantu tulis di papan tulis, dong. Nyatetnya nggak dari buku paket kita," serunya membuat beberapa anak yang duduk di kursi depan menoleh padanya.

Namun, tak ada tanggapan dari anak-anak lain yang sibuk mengobrol bahkan bermain ludo di bagian belakang kelas.

"WOY!" Teriakan keras yang hampir saja Adrian keluarkan, didahului orang lain yang berdiri dari meja. Sontak membuat seisi kelas terdiam dan menoleh ke anak itu.

KKM: Kembara Kembar MicinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang