#11

15 0 0
                                    

Setelah dari kebun apel kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pulau Bali lewat jalur laut dengan kapal ferry dari pelabuhan ketapang ke pelabuhan gilimanuk. Dikapal ferry angkutan kendaran terpakir di bagian bawah kapal sedangkan kami para penumpang di minta untuk ke atas kapal agar bisa lebih santai dalam perjalanan. Aku mengajak Thalia untuk duduk santai dekat pembatas kapal sambil menikmati pemandangan yang ada. Bisa ku lihat dari raut wajah Thalia yang lelah, aku membiarkannya menyandarkan tubuhnya padaku agar ia bisa sedikit beristirahat. Perjalanan menuju pelabuhan gilimanuk kurang lebih hanya sekitar 45 menit.

Ketika ferry sudah hampir sempurna terpakir di pelabuhan gilimanuk aku melihat kearah Thalia yang masih nyaman tidur di sampingku. "Thal..." ku sentuh wajahnya yang masih terpejam, alih-alih Thalia bangun aku malah merasa ada yang aneh padanya. Suhu tubuh Thalia agak panas, ku sentuh keningnya untuk kembali memastikan dan benar Thalia demam. Aku tidak lagi mencoba membangunkannya, aku langsung menggendong Thalia dan membawanya ke mobil.

Satu per satu kendaraan dalam ferry mulai keluar dan aku tak sabar menunggu giliranku untuk keluar, aku ingin cepat-cepat membawa Thalia ke klinik atau rumah sakit terdekat. Tapi sialnya aku tidak bisa langsung menemukan rumah sakit atau klinik di sekitar pelabuhan, melainkan aku harus berkendara selama 3 jam dulu untuk bisa ke kota denpasar.

Ditengah perjalanan yang ku laju dengan kecepatan tinggi, Thalia bangun dan memposisikan dirinya untuk duduk tegap selagi ia mengerjap dimana ia sekarang, melihat Thalia yang sudah sadar (ya tadi itu ternyata Thalia pingsan bukannya tidur) aku langsung menepikan mobil dengan perlahan. Setelah mobil berhenti dengan sempurna aku langsung membuka seatbelt ku dan menangkup wajah Thalia agar dapat ku lihat. "Are you oke?" tanyaku dengan khawatir.

"hm?" Thalia seperti masih berusaha menyadarkan dirinya. "emang aku kenapa? ini kita dimana?" lanjutnya. Ku bawa ia dalam pelukku.

"on the way Denpasar, tadi ku pikir kau tidur tapi dibangunin kok gak bangun-bangun, badan kamu panas, kamu pingsan. Aku mau bawa kamu ke rumah sakit." Sahutku masih memeluk Thalia.

"oh... aku gak apa kok Rob, mungkin hanya lelah." Jawabnya, berusaha agar aku tak mengkhawatirkannya.

"Kamu kalo capek tuh ya ngomong dong, jangan maksain gini." Aku seraya melonggarkan pelukanku. "Aku takut, Thal... aku takut kamu kenapa-kenapa." ku sandarkan tubuhku pada badan kursi yang ku duduki sambil meremas rambut dengan frustasi.

"sorry Rob..." Thalia terdengar lirih. "I promise, gak akan kaya gini lagi."

"bukan soal gak gini lagi atau gak Thal, kamu tuh kalo ada apa-apa ya ngomong dong. Kalo capek ya bilang. Kita kan jalan cuma berdua, jangan maksain diri begini. Harusnya dari sakit di Jakarta kemarin aku undur aja perjalanan kita sampai kamu bener-bener pul..."

"nooooo..." selak Thalia sebelum ucapanku selesai. "aku oke Rob, aku gak apa-apa. Perjalanan ini tuh udah yang aku tunggu-tunggu banget, aku seneng bisa jalan bareng kamu Rob," Thalia memaksaku untuk melihat kearahnya. Menampilkan wajahnya yang sedikit pucat yang sedang berlinang air mata. "Tapi maaf Rob, maaf kalau ternyata aku sempat drop tadi. Sorry..."

Aku tak sanggup melihat wanita menangis, apalagi sekarang Thalia yang menangis, ku sapu air matanya dengan kedua tanganku. Aku kembali memeluknya, membelai lembut rambut dan punggungnya dan mencium kepalanya sebelum ku lepaskan kembali.

"Yaudah, kita lanjut jalan lagi. Tapi sebelumnya kita mampir ke rumah sakit dulu!"

"Gak perlu Rob, aku sudah gak apa-apa"

Sedikit kesal aku kembali berbalik menatapnya tajam. "Ini mau kita lanjutin jalan atau kita puter balik arah pulang aja jadinya?!" Thalia diam dengan mulut yang sedikit terbuka mendengar kalimatku yang penuh penekanan, nada ku sudah meninggi menahan kesal karena Thalia tidak lagi menurutiku.

YOU...Where stories live. Discover now