#15

7 0 0
                                    

Sudut bibirku tertarik mendengar ucapan laki-laki dihadapanku. Tatapan ku sedikit menajam kearahnya yang sepertinya tidak merasa terintimidasi. "Saya dengar anda dokter pribadi Thalia." Kataku masih dengan tatapan tajamku.

"Iya." Sahutnya singkat.

"Ada hal yang mengkhawatirkan apa tentang Thalia sampai dokter pribadinya mengantar sampai rumah?"

"Hahaha..." Ken hanya tertawa singkat. "Tidak profesional rasanya bertanya tentang keadaan Thalia disini, datanglah bersama Thalia ke tempat saya praktek. Itu juga bila Thalia mau." Lanjutnya. Mendengar itu membuatku sangat geram.

Belum sempat aku membalas laki-laki dihadapanku Thalia sudah datang dengan membawakan minuman untuk Ken. Setelah memberikan minum pada Ken, Thalia menaruh nampan yang tadi ia pakai untuk membawa gelas lalu ia duduk di sampingku. Aku tersenyum penuh kemenangan ketika melihat Thalia ku memilih denganku ketimbang duduk disamping Ken yang berada di sebrangku.

"Katanya bibi kamu datang daritadi?" Tanya Thalia yang sudah menatapku disamping.

"Hm?" Aku menoleh pada Thalia. Kubawa anak rambut Thalia kebelakang telinganya dengan lembut. "Gak kok baru, bibi lebay tuh" Aku ingin menujukan pada Ken kepemilikanku atas Thalia.

"Oke deh Tha, kayanya aku harus balik sekarang." Selak Thalia yang baru saja ingin menjawabku. Ken sudah beranjak dari duduknya.

"Oh gitu, oke deh Ken. Thank you ya... Maaf gak bisa antar sampai depan."

"Its oke. See u next week." Sahutnya yang kemudian hilang melewati pintu.

"Ada apa minggu depan?" Tanya ku pada Thalia yang terlihat kebingungan.

"hm... gak ada ada apa-apa kok, ehiya Rob tadi aku lihat bibi buat kue, kita ke dapur yuk..." Ajak Thalia menarik tanganku.

aku dan Thalia kini sudah di taman belakang rumah Thalia dengan beberapa potong kue dan 2 gelas minum diatas meja. Kami duduk di gazebo yang tak jauh dari kolam renang. Aku memperhatikan wajah cantik Thalia yang sudah lama rindukan. Aku ingin sekali terus memandangnya sampai akhirnya aku teringat oleh perlakuanku siang tadi padanya. Rasa bersalah langsung berkecamuk dalam hati. Aku harusnya percaya pada wanitaku akan hatinya.

"Thal..." Thalia langsung menoleh padaku. "Tadi siang maaf ya... Aku kelewatan, harusnya aku gak mengacuhkan mu. Kemarin sebelum meeting aku kesini tapi aku lihat kamu baru pulang sama ken sambil melempar senyum padanya, aku gak suka lihatnya..." Thalia tak menjawab, ia masih menungguku untuk menyelesaikan kalimatku selanjutnya. Thalia ku memang pendengar yang baik.

"Aku sayang kamu." Lanjut ku.

Thalia hanya tersenyum mendengar penuturan panjang ku. Ia seperti tidak terusik dengan perlakuanku tadi padanya.

"Iya gapapa kok Rob, yang penting kan sekarang kamu sama aku udah disini sekarang. Next nya kamu bisa tanya langsung ke aku kalau apa yang menurutmu tidak sesuai. Aku pun sama sayangnya sama kamu."

Ya Tuhan, malaikat kah yang ada dihadapanku saat ini. Senyumnya, wajahnya, bahkan hatinya semua engkau ciptakan dengan sangat cantik. Tuhan sungguh teramat baik padaku karena sudah memberikan ia untuk ku. Semoga untuk ku selamanya.

"By the way, minggu depan ada apa sama Ken?" Pertanyaan ku membuat Thalia kembali menegakkan badannya dari sandaranku.

"Yaudah minggu depan kamu ikut aja ya..." Thalia dengan senyumnya.

Tak ku jawab, aku hanya mengangguk lalu ku bawa ia dalam dekapanku. Yang ku pahami saat itu adalah kalau Thalia tidak akan menyembunyikan itu dari ku. Dan minggu depan aku akan tahu semua apa yang terjadi pada Thalia ku. Meskipun semua itu membuat ku risau.

Sore itu kami lalui dengan banyak cerita, terlebih aku yang banyak cerita tentang kegiatan ku selama di kantor kemarin. Sampai lupa waktu yang tersadar ternyata sudah malam. Kemudian aku pamit pada Thalia. Dan langsung pulang kerumah. Hati ku jauh lebih lega setelah tahu kalau Thalia ku tetaplah Thalia ku yang ku kenal.

Setelah aku tiba di rumah, aku langsung bertanya pada bunda dimana ayah berada. Kata bunda ayah sedang di ruang kerjanya. Aku langsung menuju ruang kerja ayah dan masuk kedalam tanpa permisi terlebih dahulu. Kulihat bunda sedikit bingung melihatku yang baru pulang langsung mencari ayah dan masuk keruang kerja ayah.

"Waw... ada angin apa yang membuat Robby Anthony Wijaya masuk ke dalam sini." Sindir ayah, karena memang aku tak pernah sama sekali masuk ke ruang kerja ayah. "Ada Apa?"

"Robby butuh penghasilan yah..." Jawabku yang malah membuat ayah kebingungan.

Dengan sedikit tersenyum ayah menjawab. "Di kantor masih butuh Manager keuangan."

"Berapa penghasilannya?" Tanya ku to the point.

"Besok kamu tanya saja pada HRD kantor. Ayah pun tidak tahu." Jawabnya lagi. "Kalau ayah boleh tahu ada apa ini?"

"Robby butuh banyak uang untuk membeli rumah masa depan." Jawab ku asal. Padahal aku hanya ingin membackup keuanganku bila suatu saat aku dalam posisi yang terjepit. Dan jika nanti kenyataan membawa Thalia pada penyakit yang membahayakan dirinya aku dapat memberikan perlindungan terbaik tanpa harus melibatkan Ken lagi. Aku tak ingin ada benalu dalam hubunganku dan Thalia.

"Ada apa ini?" Tanya bunda yang ternyata sudah ikut masuk ke ruangan kerja ayah. Ia ingin ikut tahu apa gerangan yang membawa anaknya kedalam sini.

"Ini bun, anaknya bunda sudah besar. Dia mau punya rumah masa depannya sendiri katanya. Mau coba cari kerja di kantor."

"Iya kah Rob? Siapa cewek yang bikin anak bunda ini dewasa?" Tanya bunda mengusap lembut pundakku.

"Apa sih bunda nih, emangnya Robby selama ini kekanakan..."

"Ya ndak sih, tapi anaknya bunda ini belum pernah berpikir kearah sana."

"Iya nanti Robby bawa ke rumah." Kataku mengiyakan. "Gimana yah?"

"Ya datang saja dulu, lagi pula kau kan juga belum ambil bonusmu saat gantikan ayah selama hampir sebulan kemarin. Tender yang kau dapat juga ada bonusnya semua."

"Iya yah? asik... kalau gitu besok pagi Robby ke kantor yah..." Aku sangat senang mendengar ayah bicara seperti itu. Setidaknya aku sudah ada beberapa pegangan. "Makasih ya yah, kalau gitu Robby sekarang ke kamar dulu... bye bunda." Lanjutku. Ku kecup senang pipi bunda sebelum keluar dan pergi ke kamar.

YOU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang