#5

87 2 0
                                    

Karena ingin menikmati pemandangan dengan suasana sunyi maka aku sedikit menjauh dari gerombolan yang sudah semakin banyak yang nimbrung. Ku rebakan tubuhku yang sudah mengganti kaos hitam ku dengan kaos biru dengan gambar lambang rolling stone di depannya. Ku pejamkan mataku untuk mendapatkan kesejukan dari udara di Pondok Saladah, inilah bayarannya jika mendaki gunung. Udaranya yang sejuk, pemandangannya yang indah dan selain itu pengalamannya yang tak terlupakan. Semuanya tak hanya tersimpan dalam lensa kamera saja tapi juga akan tersimpan pada ingatan. Jika sekali kalian mendaki gunung, dilain waktu kalian akan ketagihan mencoba mendaki gunung lain untuk kalian taklukan kembali. 

Aku terbangun dan menyadari bahwa posisiku saat ini masih sama seperti tadi, ternayata aku tertidur. Entah sudah berapa lama aku tertidur dan sekarang ku lihat cahaya langit yang mulai menggelap, tanpa ingin menggeser posisi aku pejamkan kembali mataku tapi tidak untuk tidur lagi tapi hanya untuk merasakan anginnya yang sejuk. Aku merasakan ada seseorang yang duduk disampingku dan menatapku tapi aku tak langsung membuka mataku untuk melihat siapa orang itu. Beberapa menit berlalu aku yang masih pura-pura tidur dan orang disamping ku masih diam ditempatnya. Ku intip sedikit orang disampingku ini dan kemudian terpejam lagi. Ternyata Thalia.

"Rob..." Disentuhnya pelan tanganku yang menjadi bantalan kepalaku.

"Hm?" Gumamku.

"Nih ada soup macaroni, mau cobain gak?" Aku langsung membuka mataku dan dengan perlahan aku posisikan tubuhku untuk duduk disamping Thalia. Bisa-bisa wanita ini diatas gunung bikin masakan soup macaroni yang isinya ada macaroni, sosis, bakso, wortel dan buncis. Aroma wanginya sudah menyeruak ke dalam penciuman ku. Thalia seperti sadar akan aku yang sudah mulai kelaparan langsung menyodorkan kotak makanannya ke hadapanku.

"Beneran buat gue nih?" Tanya ku sok jaim.

"Iya, tadi gue buat agak banyak. Tinggal lu yang belum makan, makanya gue sisain."

"Baik banget lu sama gue..." Kata ku seraya menerima kotak makan yang berisi soup macaroni.

"Lu kan juga tadi udah baik sama gue." Thalia terdenger santai.

"Bales budi nih ceritanya?" Aku berusaha jenaka dengannya, sepertinya ada perubahan sikap dengan diriku ini. Kalian sadar tidak? hahaha entahlah.

"Enggak gitu juga lah, negatif aja lu sama gue." Sahutnya masih santai.

"Hm." Ku santap soup yang di berikan Thalia, ternyata rasanya enak. Tanpa sadar aku sangat lahap memakannya. "By the way, lu kok bisa-bisa bikin soup begini?" Tanya ku di sela-sela kunyahan.

"Sengaja, pasti kan dingin dan makan yang anget kaya soup pasti asik. Jadi gue bawa aja bahan-bahannya terus disini gue tinggal rebus aja semuanya." Jawab Thalia tanpa menatapku, tatapannya lurus ke depan dengan penampakan kawah papandayan yang terlihat indah jika sore hari.

Kami pun setelahnya hanya diam. Sampai aku menyelesaikan makan ku Thalia masih hanya diam sambil terus menatap pemandangan di depan. Laangit sudah gelap, hanya ada cahaya dari bulan dan lampu-lampu camp yang sudah mulai menyala satu persatu. Jam delapan nanti aku dan rombongan akan mengadakan acara bersosialisasi malam. Ku tutup kembali kotak makanan yang sudah kosong dan ku telakan disamping tempat aku duduk.

"Lu bawa jaket gak?" Sepertinya aku sudah membuyarkan lamunan Thalia, karena saat aku tanya reaksinya seperti orang kaget.

"Kenapa Rob?" Kini Thalia malah balik tanya, bener tadi dia melamun.

"Jangan banyak ngelamun Tha ditempat kaya gini. Tadi gue tanya lu bawa jaket gak?" Ku ulangi pertanyaanku.

"Sorry, iya gue bawa kok Rob. Kenapa?"

YOU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang