#2

112 4 0
                                    

Tadi pagi saat diparkiran kampus, lagi-lagi aku melihat penampakan seorang wanita yang belakangan ini selalu saja menghantui indera penglihatanku. Kali ini aku sedikit pangling melihatnya mengenakan celana jeans hitam panjang dengan atasan kaos hitam polos dan bagian luar kaosnya dilapisi dengan kemeja kotak-kotak pink, rambut panjangnya sudah ia ikat rapih menyerupai ekor kuda, biasanya dua hari kemarin aku selalu melihat dia mengenakan rok-rok mini pas body dengan berbagai macam corak yang dipadukan dengan blouse tanpa lengan maupun dengan lengan panjang tapi yang tidak berubah adalah sepatu keds adidasnya, meskipun kali ini berwarna berbeda dari kemarin. Penampilannya hari ini sungguh jauh dari kesan anak manja yang selama ini aku berikan padanya.

Ku ekori sosoknya yang kini sudah menghilang di area fakultas Psikologi. Fakultas psikologi memang bersebelahan dengan fakultas Manajemen Bisnis. Kemudian pandanganku beralih apa sosok laki-laki dibalik stir mobil sedan yang tadi ditumpangi oleh Thalia, kini mobil itu sudah melaju menjauh dari area kampus.

Setelah melewati dua mata kuliah hukum bisnis dan etika bisnis aku langsung beranjak pergi menuju ruang Rangers tentunya dengan perjuangan menghindari para wanita yang selalu saja punya alasan untuk menahanku, menahan bukan untuk di bully tapi untuk mereka lancarkan segala rayuan mereka agar aku luluh dan ingin menjadikan salah satu dari mereka menjadi pacarku. Itulah sebabnya jika jam kosong aku lebih suka bersembunyi di ruang Rangers dibanding harus berkeliaran di koridor kampus, taman, atau kantin. Semenjak masuk kampus ini hidupku sudah tidak bisa tenang, tapi dimana pun aku berada pasti akan sama. Untuk sekedar makan di kantin saja aku harus minta temani Adjie, karena hanya Adjie yang bisa meladeni para wanita-wanita itu.

Ruangan Ranger masih sepi, mungkin karena yang lainnya masih ada kelas. Lagipula pertemuan dengan para anggota baru basih satu setengah jam lagi, jadi aku masih punya waktu untuk bersantai disini. Ku baringkan tubuhku di sofa berwarna hitam yang memang sengaja ditaruh untuk kami beristirahat. Belum sempat aku memejamkan mata, ada suara pintu yang di ketuk. Biasanya jika anggota Rangers tidak penah mengetuk pintu tapi mengapa yang satu ini berbeda. Dengan malas aku berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang dengan sopan mengganggu waktu istirahatku. Ketika ku buka pintu itu, mataku sukses membulat saat tahu siapa orang yang dengan sopan menggangguku.

"Ada apaan?" Tanyaku mulai ketus, aku tak tahu kenapa jika bicara dengannya aku malah bersikap ketus seperti ini.

"Hm sorry, gue cuma mau tanya pertemuan dengan anggota barunya jam berapa yah? Bukannya jam setengah satu? Tapi kok belum ada orang ya?" Tanya Thalia sambil melihat sekitar untuk memastikan kebenaran info yang ia dapat.

"Dapet info darimana emang?" Aku malah balik bertanya padanya.

"Surya." Benar saja tebakkan ku kalau ini ulah Surya. Temanku yang satu itu memang jahil, seperti sekarang ini dia sengaja memberikan info lebih awal dari jadwal pada Thalia, karena dia tahu kalau aku akan lebih dulu datang daripada yang lain karena mata kuliahku memang lebih dulu selesai.

"Dia lupa kali info lu lagi kalo pertemuannya mundur jadi jam dua." Sahutku sekenanya.

"Oh gitu yah..." Suaranya kini terdengar kecewa.

"Di dalem ada tv, kalo mau tunggu masuk aja." Kataku sambil membuka pintu ruangan lebih lebar memberikan akses untuknya masuk. "Iya gue sendiri, tapi tenang aja gue gak bakal macem-macem kok." Sambungku ketika menyadari ada sedikit keraguan pada Thalia.

"Iya, thanks." Thalia sudah menerima ajakanku, kini ia pun sudah duduk di sofa yang tadi aku tiduri.

"Sorry cuma ada ini." Aku nyalakan tv diruangan itu dan memposisikan diriku disamping Thalia setelah memberikan segelas air mineral padanya.

"Iya santai aja, lagian gue kan kesini buat nunggu."

"Cewek kaya lu gini pasti punya alesan kenapa pengen gabung sama kegiatan kaya gini kan?" Kataku tanpa mengalihkan pandanganku dari layar televisi. Dari sudut mataku, aku bisa lihat kalau Thalia menatap ketika aku melontarkan pertanyaan itu padanya.

YOU...Where stories live. Discover now