#3

89 1 0
                                    

Sudah seminggu sejak pertemuanku dengan Thalia di ruangan Rangers, aku belum lagi bertemu atau bahkan bicara dengannya lagi. Kini aku sedang bersama dengan Surya menuju kantin. Karena masih pukul 10 pagi suasana kantin belum begitu ramai, sengaja aku memilih meja disudut kantin yang agak jauh tertutup dan aku memduduki kursi yang membelakangi karamaian.

Aku sudah memesan sandwich chicken dan ice coffee latte, sedangkan Surya memesan nasi goreng special dan teh manis hangat. Sambil menunggu pesanan kami datang, aku dan Surya membicarakan tentang mata kuliah yang baru saja kami lewati. Aku dan Surya memang sama-sama mengambil jurusan manajemen bisnis, Adjie mengambil fakultas tehnik informatika, dan Dewita ekonomi.

"Tha..." Surya melambaikan tangannya pada seseorang yang ada dibelakangku, tak sekitpun aku tertarik untuk menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang yang Surya maksud. Karena saat itu pesanan kami datang, aku pun langsung melahan apa yang tadi aku pesan.

"Hay Sur..." Sapa seseorang yang suaranya sudah aku kenali, tanpa menoleh kearahnya untuk mempersilahkannya duduk si pemilik suara itu sudah duduk begitu saja kursi kosong samping kanan ku. "Hay Rob..." Kini Thalia beralih menyapaku ketika Surya telah membalas sapaannya.

"Hm" Gumamku singkat dengan mulut yang sedang terisi, sekilas aku menoleh padanya. Sepertinya dia tidak terganggu dengan sikap dinginku.

"Berduan aja?" Tanya nya dengan menunjuk ku dan Surya bergantian dengan telunjuk tangan kanannya.

"Iya nih... Lu juga kok sendirian aja?" Surya melontarkan pertanyaan yang sama padanya. Aku masih tidak tertarik dengan obrolan basa-basi kedua orang ini.

"Oh itu si Nurul lagi ke perpus dulu. Eh iya Rob, soal yang minggu lalu itu beneran jadi kan? Soalnya abang gue pas bulan itu ada urusan ke Singapore, makanya gue ngarep banget trip sama lu beneran jadi." Tiba-tiba saja aku tersedak ice coffee latte ketika mendengar Thalia membahas obrolan kami minggu lalu, dengan refleks Thalia menyodorkan sebotol air mineral dan membantu menepuk-nepuk pundak ku. Ku lihat Surya kini hanya melihat aku dan Thalia dengan pandangan yang tak ku ketahui apa maksudnya. Hadeh Thalia ngapain sih ngebahas ini didepan Surya, gue yakin abis ini gue langsung di introgasi layaknya tersangka kasus kriminal pencuri jemuran tetangga. Aku menggerutu dalam hati.

"Lu hutang satu penjelasan sama gue bro..." Benar saja apa yang aku takuti. Sekarang Surya sudah mengingatkan ku ketika Thalia sedang bicara dengan salah satu pelayan kantin. Dengan salah tingkah aku hanya memasang senyum tampanku sambil menggaruk tengkuk ku yang tentunya tidak gatal. Matilah gue, habis ini beneran gue bakal di bullu habis-habisan sama Surya. Ckckck.

Setelah itu Adjie datang dan langsung bergabung disamping Surya, Ia sudah terlibat canda dengan Thalia. Aku dan Surya hanya bisa bertukar pandang kedua orang ini begitu cepat akrab. Thalia dan Adjie pun seperti lupa kalau saat itu aku dan Surya masih disamping mereka, untungnya Deswita cepat datang dan ikut bergabung dengan kami. Jadi sekarang aku dan Surya sudah berbincang dengan Deswita tentang acara ke Papandayan, sesekali Thalia dan Adjie pun ikut serta menyimak dan menimpali.

-------

"Bayar utang gak bro?" Tanya Surya yang saat itu baru saja masuk kelas dan langsung duduk di kursi sampingku, aku yang saat itu sedang membaca buku langsung mendongakan wajahku dan berpikir apakah aku memiliki hutang padanya. Sepertinya aku tidak pernah memiliki hutang pada siapapun, lagi pula yang punya hutang bukannya Surya yah? Beberapa hari yang lalu Surya pernah meminjam uang untuk membali makan dikantin lantaran orang tuanya belum mentransfer uang bulanannya. Surya memang anak kost dan orang tuanya tinggal di Surabaya.

"Hutang cerita kemarin, antara lu dan Thalia minggu lalu?" Tambah Surya menjelaskan maksudnya, ia tahu kalau aku memang binggung dengan pertanyaan pertamanya. "Pelan-pelan aja, gue dengerin kok." Surya menepuk-nepuk bahu ku pelan.

YOU...Where stories live. Discover now