Till One Eternity Later

4.9K 578 32
                                    

Syira pusing. Semalam Bayu nggak berhenti mengirim semua screenshot snapchat yang dikirim Erwin, kemudian mengomel selayaknya ibu-ibu yang khawatir anaknya terjebak dalam pergaulan yang salah.
'Gimana kalau Erwin ini anak gak bener?' 'Gimana kalau sebenernya Erwin terobsesi sama kamu karena dia psycho?' 'Gimana kalau Erwin nyulik kamu?' Dan serentetan tuduhan lainnya yang menurut Syira nonsense, orang Syira tahu betul Erwin itu gimana orangnya.

"Duuh, ribet deh." Gerutu Syira sambil berjalan menuju gedung fakultas Erwin, fakultas teknik, hanya untuk mengingatkan Erwin soal sesuatu. "Gimana lagi nyari Erwin di gedung seribet ini."

Seandainya handphone Syira masih hidup atau powerbank nya nggak ketinggalan, dia pasti sudah menemukan Erwin sekarang.

Tapi bukan begitu kenyataannya.

Sekarang Syira harus bertanya pada setiap orang yang ditemuinya, apakah dia kenal Erwin atau lihat Erwin.

"Ooh, Erwin Tan? Terakhir liat lagi makan di kantin, gak tau deh udah pindah apa belum." Ujar seorang mahasiswa yang lagi sibuk sama nintendo nya, membuat Syira mengalami kilas balik ke masa SD dimana dia seringkali main nintendo di pojokan kelas sendirian.

"Oke deh, makasih ya."

Meski jarang ke fakultas ini, paling nggak Syira tahu dimana letak kantinnya, mengingat Syira dulu sering mampir bersama teman-teman demi 'mencuci mata'. Tapi itu dulu. Sekarang di pikiran Syira hanya ada pria posesif yang entah kenapa sulit sekali untuk dibenci. Kalau kata Jauzan, mungkin Bayu pakai pelet.

Sesampainya di kantin, Syira langsung mengelilingi kantin secara teratur agar dapat menemukan target dengan mudah.

Dan, itu dia.

"Erwin!"

Yang dipanggil pun matanya langsung membulat, dan berhenti mengunyah, dan sendoknya jatuh ke lantai.

Benar-benar dramatis.

"Kak Syira...?" Di mata Erwin sekarang ada angin berlebihan yang menerpa rambut Syira sehingga Syira kini terlihat seperti model yang sedang melakukan photoshoot untuk sebuah majalah.

Padahal kenyataannya rambut Syira hari ini benar-benar lepek karena nggak sempat diblow setelah keramas.

"Heh." Syira langsung menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Erwin agar Erwin berhenti melongo dan membuat teman-temannya tertawa. "Sadar, Win."

Erwin langsung mengerjap beberapa kali sampai akhirnya dia sadar apa yang harus dia lakukan. Menanyakan apa tujuan Syira datang.

"Ngapain kak?"

"Gimana ya, Win." Tanpa disuruh, Syira langsung duduk, menopang dagu dan memasang wajah cemberut, "Bayu kayaknya sebel deh."

"Gara-gara?"

"Gara-gara liat snapchat kamu."

Bukannya prihatin atau merasa bersalah, Erwin malah tersenyum lebar. "Akhirnyaaa!"

Syira otomatis mengangkat sebelah alisnya, "Kok akhirnya?"

"Jadi kapan putusnya kak?"

"Ih." Syira nggak segan menjambak rambut Erwin pelan, berharap jalan pikiran Erwin bisa kembali lurus setelah dijambak. "Serius nih!"

"Iya, aku juga serius kok."

Syira hanya bisa menghela napas pasrah, sudah bertahun-tahun, sepertinya perasaan Erwin sudah parah. "Win, kamu kenapa sih, kenapaaaa."

"Aku sayang kak Syira."

Terdengar beberapa ungkapan kaget dari teman-teman Erwin, tapi sayang hal ini bukan lagi kejutan bagi Syira. Erwin sudah sering mengungkapkan hal ini. Sering sekali. Bahkan di snapchat. Termasuk snapchat yang dilihat Bayu kemarin. Itulah alasan kenapa Syira disini. Daripada Bayu yang datang dan Erwin kenapa-napa, Syira berjanji pada Bayu akan menyuruh Erwin 'mengurangi' perasaannya pada Syira. Meski sebenarnya Syira nggak tahu caranya.

Around HerWhere stories live. Discover now