A Short Journey

3.5K 454 10
                                    

"What? It's all booked?"

Resepsionis berbadan mungil itu terlihat ciut saat mendengar ungkapan tak percaya dari Bayu, mungkin karena Bayu juga lupa menurunkan volume suaranya sedikit, selain itu wajah letihnya mungkin terlihat sedikit menyeramkan di mata resepsionis yang sepertinya baru itu.

Satu jam perjalanan dari Suvarnabhumi ke penginapan tersebut benar-benar menguras energi mereka, terutama Bayu yang memang tidak sabaran apalagi kalau sudah menyangkut macet. Mendapat kabar bahwa kamar yang mereka inginkan sudah ditempati seluruhnya adalah hal terakhir yang Bayu inginkan.

"Uhh, if you come as two, what about booking the standard room with double beds? We still have plenty of them."

"No, we-" Bayu kembali menoleh ke arah Syira yang kini sudah setengah tertidur di kursi lobby, sebelum akhirnya menghela napas berat dan mengucap maaf dalam hati-maaf kepada orang tua mereka karena mereka harus mengkhianati janji untuk tidak sekamar. "Okay, one, please. It's double as in it has two beds, right?"

"Yes. Two single beds."

"Okay, make it for two nights."

Melihat Bayu yang sudah lebih tenang, resepsionis tadi pun mulai bisa bekerja tanpa bergetar hebat. Bayu semakin yakin kalau resepsionis ini baru bekerja sekitar seminggu lamanya sehingga ia tak terbiasa menghadapi kemarahan atau kekecewaan pelanggan.

"On the name of whom?"

"Bayu."

Sambil menunggu proses administrasi selesai, Bayu sekali lagi menoleh ke arah Syira yang kini kepalanya sudah benar-benar merunduk. Posisi tidurnya benar-benar aneh sampai seorang anak kecil menertawainya-well, sama dengan Bayu, siapa yang nggak tertawa melihat posisi tidur seperti itu? Tapi ketika sadar bahwa posisi aneh itu datang dari kelelahan yang kurang lebih sama sepertinya, Bayu pun menurunkan senyumnya dan segera fokus ke proses administrasi lagi, berharap semua cepat selesai sehingga mereka bisa istirahat.

"Here's your key, sir. We're sorry that you can't get the room you wanted, hope you'll enjoy the room we offered. Have a good day." Ucap resepsionis tadi dengan sangat terprogram, senyumnya pun masih kaku. Bayu yang tadinya ingin memberikan senyum sarkastik pun langsung mengurungkannya karena ia rasa resepsionis tadi sudah cukup menderita akibat bentakannya.

Bayu hanya memberikan senyum tulus sebagai balasan sebelum kemudian berjongkok di depan Syira untuk membangunkan si tukang tidur.

"Ayo, udah dapet kamarnya."

Syira hanya mendengung persis lebah sambil berusaha berdiri tanpa harus terjatuh dan mempermalukan dirinya sendiri untuk kedua kalinya. Bayu otomatis memberikan dukungan dengan memegang tangannya erat sampai Syira benar-benar terbangun.

"Satu kamar berdua jadinya, gakpapa ya?"

Seperti yang sudah diduga, kalimat tersebut berhasil membangunkan Syira dan cukup untuk membulatkan matanya, "Serius??"

"Ya... kamu mau jalan lagi buat cari hotel lain yang ada single room? Aku sih capek."

"Ya... bener juga sih." Ucap Syira yang sudah sepenuhnya sadar bahwa rambutnya terlihat acak-acakan, kini dia sibuk merapihkan rambut sekaligus menaiki tangga. "Tapi deg-degan jadinya, takut ketauan."

"Ya ampun... emangnya orang tua kita nanemin chip di bawah kulit kita gitu apa supaya bisa ngelacak apa yang kita kerjain?"

"Gak gitu juga... jangan kebanyakan nonton Spy Kids deh." Ujar Syira seraya mengambil kunci kamar mereka dari Bayu.

Bayu hanya mengangkat bahu, "Well, Alexa Vega was like the prettiest girl I've ever seen at that time. How to not watch it."

"Yeah, I crushed on her too."

"Tuh kan! Kamu gak suka cowok!"

Syira nggak segan melayangkan pukulan ringan ke lengan Bayu sebelum kemudian mencocokkan angka yang tertera di pintu yang ada di depan mereka dengan nomor yang tertera di kunci.

"Akhirnya..." Tanpa menunggu lama, Syira langsung membuka pintu kamar tersebut dan berlari masuk ke dalam seperti anak kecil yang sudah lama tidak bertemu kamar kesayangannya. "Wahh, nice room with low fare!"

Bayu pun tidak bisa menyembunyikan senyumnya karena merasa puas dan berterimakasih pada supir taksi sabar yang telah mengantar mereka ke tempat ini. Doa terbaik yang bisa Bayu layangkan untuknya hanyalah semoga saja dia nggak menghadapi kemacetan seperti tadi lagi.

"Aku disini!" Syira langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang berada tepat di samping jendela-as always, bahkan di pesawat pun begitu.

"Iya iyaa. Aku ganti baju dulu ya."

"Ya yaa." Syira hanya melambaikan tangannya tanda mengizinkan.

Bayu menyempatkan diri untuk tersenyum sejenak sambil menatapi gadis yang sedang asyik menggosokkan tangan dan kakinya ke permukaan seprai yang dingin. Entah kenapa hal sesederhana itu bisa membuatnya senang, dan Bayu akan membiarkan hal tersebut terjadi jika memang harus terjadi. Toh efeknya baik, hatinya jadi lebih tenang.

Syira sudah tertidur pulas ketika Bayu keluar dari kamar mandi, padahal ia hanya menghabiskan sekitar 15 menit-sekalian cuci muka.

"Capek banget ya." Bayu hanya bermonolog seraya berjalan menghampiri gadis yang lagi-lagi tertidur tanpa peduli sudah ganti baju atau belum.

Posisi tidurnya pun berantakan; Syira hanya tengkurap di atas guling sementara kakinya masih menjulur ke bawah. Bayu langsung mengangkat kaki Syira pelan agar posisi tidurnya bisa jadi lebih normal, kemudian duduk di sebelah si tukang tidur itu dan mengecup pipinya.

"Rest well, you'll need a lot of energy for tonight."

---

"Prinseeeeees, bangun!!!"

"Hah." Mata Syira langsung terbuka lebar ketika suara Bayu menggema ke seluruh ruangan. "Apa?"

"Ayo bangun. Udah malem ini, gak jadi ke Grand Palace?"

"Oh..." Bukannya bangun, Syira malah melamun memperhatikan Bayu yang sedang selonjoran di kasurnya sambil (mencoba) menonton acara TV lokal. Bayu hanya mengenakan kaos putih polos dan celana panjang, sangat normal, tapi kenapa Syira merasa Bayu terlihat begitu menarik?

"Udah kali liatin akunya. Mandi sana kamu, bau kabin pesawat."

"Ih?" Syira reflek mengendus pakaiannya, "Gak ada ya. Masih wangi stroberi."

Bayu hanya tergelak, "Ya udah sana ih, perlu dimandiin?"

"GAK." Syira langsung berlari terbirit-birit ke kamar mandi seperti anak kucing yang berlari dari ancaman siraman air. "Gaaak."

Bayu lagi-lagi hanya bisa tertawa melihat kelakuan gadis berusia 20 tahun itu, "Astaga. Dasar anak SD."

Around HerOù les histoires vivent. Découvrez maintenant