A Sky For Two

3.6K 426 52
                                    

March 30

Sudah dua minggu semenjak insiden tersebut dan Bayu masih belum mendapatkan pengakuan dari Syira mengenai hal tersebut. Tadinya Bayu benar-benar nggak berniat untuk mempermasalahkan hal ini dan bermaksud melupakannya, toh itu hanya drunk kiss yang mungkin pria itupun nggak bakal ingat, dan Bayu juga yakin kalau Syira nggak menyukai ciuman itu.

Tapi saat ia mendapatkan laporan dari Kenzo bahwa Syira dua hari lalu pulang dengan pria yang sama dari tempat yang selama ini menjadi pilihannya untuk mengerjakan skripsi, Bayu mulai merasa bahwa ia harus khawatir soal ini.

"Lo tau cowok itu, Bay?" Tanya Kenzo lagi seraya meletakkan makanannya di meja, hari ini mereka makan siang di gedung kantor yang sama, Kenzo yang meminta karena memang ingin tahu soal ini.

"Dia emang gak cerita apa-apa habis ketemu gitaris favoritnya waktu itu?"

"Oh? Itu orangnya?"

Bayu hanya mengangguk dan mulai melahap gado-gado pesanannya, sejujurnya dia nggak begitu suka makanan ini, tapi karena dokter mulai menganjurkannya untuk menambah konsumsi sayuran... mau apa lagi.

"Gue nggak ngerti sih apa maunya dia ini." Lanjut Kenzo.

"Gue sebenernya lebih mikirin apakah Syira ngasihtau dia kalau Syira udah punya cowok."

Kenzo terdiam sejenak, ia mengerjap sambil menggigit sumpitnya, sibuk mengingat-ingat trivia mengenai adiknya terkait percintaan.

Dan Kenzo baru ingat kalau Syira sangat mudah jatuh cinta pada seorang gitaris, entah apa alasannya, tapi Syira benar-benar pernah bilang kalau dia selalu suka gitaris. Bahkan pernah bergurau, 'Mungkin kalau aku ketemu gitaris gitu terus aku naksir, ntar Bayu aku tinggalin.'

Kenzo langsung bergidik ngeri dan berharap kata-kata adiknya saat itu benar-benar hanya gurauan.

"Bay, gue tau Syira gak bakal suka ini, tapi mending lo batasin deh pergerakan dia sedikit, apalagi sama cowok itu.

"Hhh." Bayu langsung memijit keningnya setelah mendengar saran Kenzo. Semua hal gak pernah terjadi sesuai harapan setiap Bayu mencoba mengekang Syira, semua pasti berujung pada mereka bertengkar dan nggak menghubungi satu sama lain dalam waktu yang lama. "Gak ada saran lain apa, Zo?"

"Ya nggak ada, Bay. Saran lainnya palingan lo cepet-cepet nikahin dia."

"Ya itu lebih parah lagi, bego. Makin kesel aja Syira dipaksa buru-buru, apalagi dia lagi skripsi."

Kenzo hanya bisa mengangkat bahu, "Ya lo putusin sendiri aja deh, Bay. Gue sih pokoknya asal lo tau aja kalau gue ada di pihak lo."

"Ya kalau lo mihak ke cowok itu gue mendingan kabur aja lah ke Afrika, Zo."

Kenzo langsung tertawa seperti biasanya, "Ya nggak lah, gue udah sreg sama lo, Bay. To the point where gue ikhlas dilompatin sama adik gue sendiri selama pasangannya tuh elo. Kalau bukan lo mah gue gak yakin bakal mau."

"Terharu banget lho gue, Zo." Ujar Bayu dengan nada yang dibuat-buat, membuat Kenzo langsung melayangkan pukulan ringan ke lengan Bayu sebelum kemudian menatap temannya selama lima tahun itu.

Sebrengsek apapun Bayu di masa lalunya, rasanya nggak adil jika dia harus mendapatkan balasan atas semua perilakunya dulu di waktu-waktu seperti ini, dimana nggak ada hal lain yang bisa ia pikirkan selain Syira. Bahkan hasil dari semua kerja keras dan lemburnya di kantor pun sebagian besar untuk hidupnya dengan Syira nanti. Kenzo benar-benar nggak bisa membayangkan bagaimana hancurnya Bayu jika gurauan Syira itu ternyata sungguh-sungguh.

Around HerWhere stories live. Discover now