"If Only"

4.2K 408 156
                                    

a/n: I swear this will be the last bonus, sincerely written for those who miss Bayu.

2017 is coming in a week, and it will be fine.

-

Kaku. Sekujur tubuhnya terasa kaku dan tidak berdaya. Bahkan rasanya seluruh syaraf perasa di tubuhnya sudah 50% tak berfungsi. Risih. Sebagai seseorang yang biasa bergerak lincah. Ia merasa risih dengan keadaannya sekarang. Ditambah lagi berbagai kabel dari peralatan medis sedang melilitnya sekarang.

Dimana orang-orang?

Ia hanya bisa membatin. Tak sedikit suarapun dapat ia keluarkan, membuka matapun rasanya sangat berat.

Siapapun, tolong.

Tepat setelah ia menyelesaikan kalimatnya tersebut, ia mendengar suara pintu didorong, dan langkah kaki mendekat.

Bukan, bukan malaikat pencabut nyawa kan? Tolong jangan sekarang.

Lagipula suara langkah kaki malaikat pencabut nyawa pasti lebih seram dari ini. Dan buat apa dia pakai pintu kalau dia malaikat?

"... Bayu?"

YA TUHAN, INI DIA SUARA YANG GUE TUNGGU.

Mendengar suara tersebut, diikuti dengan sentuhan yang lembut namun penuh dengan rasa takut, membuat Bayu merasa mendapatkan kekuatan lebih untuk membuka mata dan menggerakkan jari-jarinya sedikit demi memberi tanda bahwa ia mendengar.

Jangan nangis, Syir. Jangan nangis, aku denger. Sabar ya, ini matanya berat.

"Bayu, kamu sadar kan? Iya kan? Ya Allah. Ya Allah. Bunda... harus panggil Bunda."

"Mmm." Ya ampun, Syira ngerti nggak ya. Kenapa lidah gue kaku banget sih, nggak bisa ngomong? Syir, jangan panggil Bunda dulu... tunggu.

Bayu bersumpah lidahnya sudah gatal dan ingin sekali berteriak memanggil gadis yang kini berlari linglung ke arah pintu. Sayangnya itu hanya bisa jadi angan dan Syira sudah keburu pergi dari kamarnya, pergi mencari Bunda yang juga ia rindukan sosoknya.

Berapa lama ia tidur? Berapa lama ia tidak sadarkan diri? Berapa lama ia membuat orang-orang di sekitarnya menunggu? Entahlah. Tapi yang jelas itu benar-benar tidur yang melelahkan, baik secara fisik maupun terhadap perasaannya. 

Di dalam tidurnya, kehidupannya seperti berlanjut.

Atau tidak.

Dia mati. Tapi dia tau apa saja yang terjadi setelahnya. Dan itu benar-benar menguras tenaganya secara internal.

Syira... masih sama gue nggak ya?

Sambil memikirkan kemungkinan apakah Syira masih miliknya atau tidak, matanya perlahan terbuka dan langsung terasa nyeri akibat terkena cahaya yang terlalu menyilaukan matanya.

Serius. Berapa minggu, bulan, tahun dia tertidur sampai melihat cahaya lampu 12 watt saja membuat matanya senyeri ini?

"Yang bener, Ra??" Itu suara Bunda. Suara Bunda yang spontan membuat airmatanya jatuh karena rindu yang teramat sangat. Kesal rasanya ia belum bisa melihat dengan jelas dan hanya bisa mengira-ngira dimana posisi Bunda.

"Iya, Bun... Bun, Bayu udah buka mata!!" Syira terdengar girang, namun tetap terisak di tengah-tengah kalimatnya, membuat Bayu benar-benar ingin segera mencabut seluruh peralatan medis dari tubuhnya dan berhambur ke arah kedua wanita yang paling ia cintai ini.

"Bayu... Bayu, nak? Kamu lihat Bunda gak, sayang?"

Bayu hanya bisa mengangguk kecil. Kecil sekali sampai ia ragu Bunda melihat pergerakannya.

Around HerWhere stories live. Discover now