Epilogue

3.7K 388 130
                                    

August, 2018

Susah payah Syira menerobos lautan manusia di festival musik tersebut agar bisa sampai ke barisan paling depan tepat waktu.

Tepat saat Enamhari sudah naik ke panggung. Dan tepat saat Jeremy sedang mengarahkan pandangannya ke penonton.

Syira bisa melihat dengan jelas ekspresi lucu Jeremy saat terkejut melihat Syira, jarinya yang seharusnya sibuk memetik senar gitar kesayangannya pun langsung berhenti bergerak, membuat lagu yang sedang dimainkan Enamhari langsung kekurangan melodi.

Syira hanya bisa tertawa dan menjentikkan jarinya untuk menyadarkan Jeremy. Ia tidak bisa terus-terusan melamun dan membiarkan penontonnya bingung dengan kurangnya melodi dalam lagu mereka.

Jeremy pun langsung memberi isyarat pada Syira untuk menemuinya setelah ia selesai, dan Syira langsung mengiyakannya.

---

"Syira!" Jeremy otomatis langsung memeluk Syira erat-erat. Satu tahun sudah mereka tidak bertemu satu sama lain dan rasanya hal ini lebih dari wajar untuk dilakukan.

"Duh, peluknya jangan kenceng-kenceng dong. Sesek. Bau keringet lagi."

"Heh?" Jeremy langsung mundur dan mengendus kemejanya sendiri, "Ih, enggak ya."

Syira langsung tersenyum jahil, "Bercanda kok." Kemudian mulai berjalan, diikuti oleh Jeremy.

"Seneng banget, Syir, ketemu lo lagi. Gue kira kita gak akan ketemu lagi sampai tua."

"Kan gue udah bilang let's meet each other again di email?" Ujar Syira seraya mencubit lengan Jeremy pelan. "Gimana sih?"

"Ah, email cheesy itu... Malu deh ingetnya." Kata Jeremy sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sweet kok. Gak cheesy."

"Hehe thank you. Lama tuh bikinnya." Jeremy tersenyum, sebelum kemudian menanyakan hal yang sejak tahun lalu masih membuatnya penasaran, "Emm, btw, lo gak jadi nikah sama Bayu atau gimana? Why did you say that you decided to walk barefoot?"

Syira hanya tersenyum mendengarnya, ia kemudian memegang tangan Jeremy dan memintanya menemani ke suatu tempat.

Jeremy pun hanya bisa mengiyakan permintaan Syira.

-

Namun ia tidak mengira kalau tujuannya adalah pemakaman.

"Syir, ngapain disini?"

"Jenguk seseorang."

"Jenguk...?"

"Udah ikut aja deh."

Jeremy lagi-lagi hanya bisa menurut dan mengikuti kemana Syira melangkah. Sampai akhirnya mereka berhenti di satu makam yang membuat Jeremy nyaris terkena serangan jantung.

"Bayu..." Ujar Syira pelan sambil berjongkok di samping makam tersebut. "Ini aku udah ajak Jeremy... Eh, Jeremy, sini."

Jeremy yang masih kaget pun hanya bisa ikut berjongkok di samping Syira dengan mata yang masih melebar.

"Bayu meninggal setahun yang lalu, Jae. Tepat hari ini."

"... Hah?" Jeremy masih tidak menyangka dan berharap ini hanya mimpi.

"Dia jatuh waktu mendaki. Dia masih sempet ngobrol sama gue sedikit waktu di rumah sakit, di ruang ICU." Suara Syira mulai bergetar, matanya berkaca-kaca.

"Syira, if it's too hard for you to say then you don't have to say it..."

Tapi Syira tidak peduli, ia terus bercerita, "Dia bilang sama gue, 'Maaf, kayanya pernikahan kita harus batal.'"

"Syira, it's enough... Really. Don't hurt yourself..."

"'Kamu boleh cari pengganti aku untuk hari Sabtu nanti. Jeremy juga gakpapa. Dia orang baik.'"

Jeremy langsung terharu saat mendengar kalimat tersebut. Tapi di saat yang bersamaan hatinya juga sakit. Bayu benar-benar pria yang baik, kenapa hidupnya harus sesingkat itu.

"'Aku tau dia sayang sama kamu seperti aku sayang kamu.'"

Jeremy benar-benar tidak bisa membiarkan Syira terus berbicara seperti ini, ia pun langsung menariknya ke pelukan, dan Syira pun langsung menangis sejadi-jadinya.

"Enough, Syira... Don't hurt yourself." Ujar Jeremy sambil mengusap punggung kecil Syira yang terus bergerak karena isakan hebat. "I'm so sorry for your loss... He's a really good guy..."

"Dia minta aku bilang ini ke kamu secepatnya, tapi aku baru sanggup bilang ke kamu hari ini. It's okay if I am too late and if you've found another one already. I just have to tell you what he told me a year ago..."

"Enggak, Syir. Kamu gak terlambat." Kata Jeremy pelan, "tapi kamu yakin aku bisa gantiin posisi Bayu? Aku sendiri ngerasa gak cukup untuk gantiin dia..."

Syira tidak bisa menjawab apapun, ia hanya mempererat genggamannya ke lengan Jeremy, memohon, seperti saat Bayu memohon padanya untuk mengiyakan permintaannya hari itu.

"Okay, let's see if we can work on it, hmm?"

Syira hanya mengangguk, Jeremy pun tersenyum dan langsung mengambil keranjang bunga yang diletakkan Syira di atas makam Bayu.

"Yuk, doain Bayu dulu, gak boleh nangis lama-lama di pemakaman, kasian Bayu nya."

Syira hanya bisa tersenyum, berterimakasih karena ternyata ia masih diberi kesempatan untuk mencintai seseorang meski ia sempat menyakitinya. Meski ia sempat menyakiti dua orang sekaligus di masa lalunya, namun ia masih mendapatkan kesempatan untuk menebus kesalahannya tersebut. Ia lebih dari berterimakasih.

End.

Around HerWhere stories live. Discover now