Take The Time

2.3K 380 109
                                    

May 18

"Bener ya, Bay, kamu jangan ngapa-ngapain, jangan kebawa emosi kalo dia gak macem-macem" Ujar Syira di tengah-tengah kekosongan yang muncul setelah beberapa lama berbincang soal sidang skripsi yang akan dijalani Syira hari ini.

"Enggak, Ra. Aku kan bukan maniak yang tiba-tiba mukul orang tanpa sebab." Jawab Bayu seraya memegang tangan Syira, "Kamu gimana mau bilangnya?"

"Hari ini aku gak bilangin dulu. Cuma tunjukin aja kalau kita emang ada hubungan yang lebih dari dating."

"And, how?"

"Kamu salaman aja sama dia, kan kamu pakai cincin. Dia udah tau aku pakai cincin tapi aku yakin dia nganggep itu cincin biasa aja."

"Mmm," Bayu mengangguk. "Oke. Tapi kamu yakin dia bakal ngerti?"

"Ya harusnya sih dia bisa langsung nangkep."

"Harusnya... kalau nggak?"

"Aku udah punya rencana lain."

Bayu lagi-lagi hanya bisa mengangguk percaya pada Syira, entah kapan ia tidak.
Ya, beberapa minggu lalu ia memang sempat tidak percaya pada Syira. Namun setelah Syira bisa membuktikan bahwa ia bisa memenuhi janjinya untuk menjauh dari Jae—atau Jeremy, karena Syira lebih sering memanggilnya dengan nama itu sekarang—kepercayaan Bayu pada Syira pun langsung kembali lagi. Syira benar-benar tidak menghubungi Jeremy apalagi bertemu sejak konflik mereka hari itu hingga kemarin, itupun Syira sudah sempat meminta izin pada Bayu karena ia menghubungi Jeremy juga demi memberitahu Jeremy mengenai pernikahan mereka yang sudah semakin dekat.

-

Waktu akhirnya Jeremy dan Bayu bertemu, jantung Syira rasanya sudah mau copot, tangannya berkeringat saking gugupnya. Namun untungnya ketakutan Syira tidak terjadi, Bayu malah tersenyum pada Jeremy dan menjabat tangan Jeremy dengan hangat—atau mungkin tidak, tapi setidaknya terlihat seperti itu di mata Syira.

"Wah, gue baru tau nama lo sekarang." Aduh, Jeremy. Kenapa nggak bodoh di lain hari saja, sih.

"Oh, Syira nggak pernah kasih tau?" Mendengar suara Bayu yang tiba-tiba jauh dari kata hangat pun membuat perut Syira kembali terasa mulas, ia pun hanya bisa menunduk sampai akhirnya Jeremy mengeluarkan jawaban cerdas.

"Ya... Syira jarang sih cerita hal-hal pribadi. Kalau sama gue profesinya berubah jadi guru bahasa Indonesia dan proofreader."

Ekspresi Bayu pun langsung kembali seperti semula, begitu pula dengan Syira yang langsung mendapatkan keberanian untuk menggandeng Bayu demi meminta izin pergi dengan Jeremy.

"Boleh, tapi jam 5 aku jemput ya." Jawab Bayu sambil menatap Syira seakan meminta Syira berjanji untuk tetap menjaga kepercayaan yang sudah Bayu berikan kembali.

Syira yang paham dengan maksud tatapan itu pun langsung tersenyum hangat sebelum kemudian mengecup pipi Bayu tanda terima kasih. Dengan bantuan Bayu ia melepas selempang yang sempat diprotes Jeremy karena menurutnya itu membuat Syira terlihat sombong—padahal Syira tau pasti Jeremy hanya merasa tertampar karena dia belum juga sidang—sebelum kemudian pergi bersama Jeremy menuju entah kemana.

Dan tepat setelah Bayu tak lagi terlihat dari jangkauan mata mereka, Jeremy pun langsung bertanya, "Cincin lo sama Bayu samaan ya, Syir?"

"Hmm?" Di saat itu pula, entah kenapa niat Syira untuk memberitahu Jeremy segalanya langsung luntur. Dan Syira hanya mampu menjawab, "Iya." Tanpa menjelaskan apapun.

---

June 15

Di hadapan mereka kini ada 10 buah undangan yang baru saja dikirimkan ke rumah Syira untuk dijadikan bahan pertimbangan sebelum mencetak sekitar 1000 undangan lainnya, tapi Bayu langsung kehilangan keinginan untuk mengecek undangan tersebut setelah mendengar pengakuan Syira yang ternyata belum juga memberitahu Jeremy soal pernikahan mereka.

Around HerWhere stories live. Discover now