[1]Duplikat

348 50 12
                                    

KETERANGAN MAP:
1 = Ruang kelas 12 IPA luar asrama
2 = Ruang kelas 12 IPS
20 = Ruang kelas 12 IPA asrama
3 = Perpustakaan
4 = Kantin
5 = Ruang piket guru
6 = Ruang ekstrakurikuler / OSIS
7 = Dapur Asrama
8 = Gerbang belakang
23 = Rumah penjaga sekolah
9 = Laboratorium Kimia
12 = Laboratorium Biologi
10 = Ruang kelas 10 IPS dan IPA luar asrama
11 = Gedung 2 lantai, ruang kelas 10 IPA asrama
13 = Kantin
14 = Ruang kelas 11 IPS
15 = Ruang kelas 11 IPA
19 = Ruang kelas 11 IPA asrama
16 = Ruang BK
17 = Ruang penyimpanan olahraga
18 = Kantin utama
21 = Kamar Mandi Bersama (KBM) Putra / Putri
22 = Rumah pembina asrama

Keterangan Warna :
Biru tua = pendopo (diantara asrama putri dan gedung utama, didepan kelas-kelas)
Biru muda = kolam taman
Hijau = taman mini penghubung antar gedung
Hijau besar = pohon mahoni kembar tepi lapangan

Keterangan lain :
Luas sekolah 4,13 hektar
Terdapat parit mengelilingi lapangan.
Tembok pembatas antara sekolah dengan bangunan sekitar.

Tembok pembatas antara sekolah dengan bangunan sekitar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

==============================

Semua kegiatan berhenti saat bel istirahat berbunyi tiga kali. Suasana hening seketika, tak ada bunyi aneh lagi dan tak ada ledakan lagi. Bulu kuduk mereka bergidik ngeri dengan suasana yang hening seketika ini.

"Ada apa ini?" Lio mengedarkan pandangannya. "Kenapa bel istirahatnya bunyi?"

"Entahlah," jawab Fikri. "Gue cek ke ruang kontrol informasi dulu."

"Gue ikut," sambar Lio.

Lio berusaha berdiri namun lukanya membuatnya meringis kesakitan. "Ndo, bantuin gue," pinta Lio.

Nando tanpa ragu membantu sahabatnya itu untuk berdiri dan berjalan. Zikri kembali ingin menggendong Risa yang masih tak sadarkan diri, namun diambil alih oleh Beni.

"Biar gue aja," ucap Beni.

"Jangan! Di-,"

Beni memotong perkataan Zikri. "Gak pa-pa."

Mereka berenam pergi ke gedung utama, ke ruang kontrol informasi yang bersebelahan dengan ruang kepala sekolah. Banyak mayat yang bertebaran di sepanjang jalan mereka. Hal itu membuat perut Nando bergejolak karena bau yang menyengat.

"Hueeek." Nando berhenti di parit yang mengelilingi lapangan untuk membuang semua isi di perutnya.

Zikri yang tak tahan dengan suara mual dan muntahan Nando, akhirnya ikut muntah juga. Zikri paling benci muntah melebihi apapun itu.

"Gue ngecek duluan," ucap Fikri.

"Gue ikut," sahut Beni sembari memperbaiki posisi Risa di belakangnya.

Fikri menekan knop pintu gedung utama, namun usahanya sia-sia. Lio yang melihat kejadian itu menyarankan agar masuk melalui pintu-pintu ruangan yang ada dibalik gedung.

MAMATRAWhere stories live. Discover now