[1]Duplikat(2)

286 41 11
                                    

18:23:11 menuju 00:00:00

Verga memegang erat pletokan yang ada ditangannya. Berjalan ke sana kemari tak tentu arah, tersesat di sekolah yang luas ini. Tepat di depan kelas yang masih berdiri kokoh, ia langsung masuk ke dalam dan melihat Indah duduk tepat di tengah-tengah kelas dengan kaku dan tatapan kosongnya.

"I-i-indah?" Verga mengacungkan pletokannya lurus ke Indah, waswas.

Indah diam, tak menjawab.

"Syu-syukurlah lo ada disini," Verga berjalan mendekati Indah dengan gemetaran.

Indah menggerakkan tangannya, mengacungkan pletokannya ke Verga dengan cepat.

"Pluk."

"Aaaaahhh..-aawwh!" Verga berteriak sekeras mungkin, khas suara cemprengnya. "Lo niat bunuh gue yaa?!"

Hilang.

Tak ada Indah yang duduk di tengah-tengah kelas itu.

"Indah?" Amarah yang tadinya memuncak kembali berubah menjadi takut.

Verga memegang dagunya yang terasa seperti disentil tadi. Disentil oleh biji besi runcing yang dingin. Itu adalah anakan pletokan.

"Apa-apaan ini?" gumam Verga takut.

"Ada apa? Lo kenapa?" tanya Indah berada di ambang pintu.

"Jangan ngerjain gue, sialan!" Verga kembali marah melihat Indah yang ada di pintu.

"Apa? Ngerjain apa?"

"Apa-apaan lo! Disaat-saat seperti ini sempat-sempatnya lo becanda! Lo beneran mau bunuh gue?"

"Gak,-"

Brak!

Verga membanting meja yang ada di dekatnya.

"Lo kata lucu nembak gue pake ini benda? Lo ada dendam apa sama gue? Lo benci sama gue?" Verga mengacungkan anakan yang sebelumnya ia pungut di lantai.

"Gak ada anjing! Gue datang kesini gara-gara denger lo teriak! Apa-apaan lo nuduh-nuduh gue kek gini?"

Indah membalas Verga dengan menendang meja. Keributan itu semakin menjadi sampai akhirnya Dian dan Daren datang memisahkan mereka yang sudah kacau.

"Terserah lo anj! Jangan pernah sapa gue lagi," muak Indah dan pergi dari kelas itu.

"Gue gak butuh pengecut kayak lo!"

"Persetan kau tak punya otak!" balas Indah dengan logat medannya.

Gubrak!

Brak!

Suara gaduh datang dari dua kelas dari tempat Verga berdiri. Indah langsung berbelok arah dan berlari menuju sumber suara.

"Lagi?" Daren menautkan alisnya, menatap Dian dan memberi isyarat untuk pergi.

"Lo ikut?" tawar Dian padaVerga.

"Hmm."

"Woiwoiwoi, santai!" sorak Indah, ia membanting pintu dan menutupnya erat.

Gubrak!

"Siapa di dalam?" Daren berdiri di sebelah Indah.

"Gak tau, gue datang dia langsung lemparin gue."

Daren hendak memegang ganggang pintu, hanya saja ia keduluan, pintu terbuka dari dalam lebih dulu. Frada disana dengan wajah merah padamnya.

"Kesini lo anjing!" marahnya.

MAMATRAWhere stories live. Discover now