08 : Posting

607K 34.8K 5.2K
                                    

PAGI - pagi Fano sudah berangkat ke sekolahnya. Tentunya tanpa pamit terlebih dahulu pada Syasya.

Semenjak kejadian semalam, Fano seperti menghindar.

Tiba tiba Erika datang dengan membawa segelas susu ke dalam kamarnya membuat Syasya terkejut.

"Mama?"

"Hallo sayang. Gimana keadaan kamu? Baik kan? Mama tungguin di bawah nggak dateng dateng kamunya." Ucap Erika sembari meletakkan gelas susunya di atas nakas.

Syasya menunduk bersalah, "maafin Syasya Ma. Seharusnya syasya turun tadi. Jadi mama nggak perlu repot repot naik ke atas untuk mengantarkan segelas susu-"

Tiba tiba Erika datang pada Syasya dan langsung memeluknya. Begitu erat sampai membuat syasya bingung dibuatnya. Ada apa dengan ibu Fano? Kenapa terdengar isakan?

"Ma?...mama nggak papa kan?" Pertanyaan Syasya di abaikan.

Erika masih setia memeluk Syasya.

"Maafin Fano ya sayang...mama benar benar merasa bersalah karna gagal mendidik Fano. Seharusnya kamu hiks...tidak disini. Seharusnya...hhh..kamu sekarang tengah menghadapi ujian sekolah seperti teman temanmu...tapi..malah.." Erika menghentikan ucapannya ketika Syasya melepas pelukannya begitu saja.

"Ma? Kenapa mama bilang begitu? Nggak apa apa ma. Fano...fano..nggak salah." Syasya menatap Erika meyakinkan

"Yang salah aku." Lanjut syasya lirih. Air matanya sudah meleleh sedari tadi.

Erika langsung mengusap air matanya.

"maafin mama sayang karna sudah bahas ini. Maaf,, mama khilaf." Ucap Erika tersadar karna membicarakan hal yang seharusnya sudah dilupakan dan dibuang.

Seharusnya aku yang minta maaf...fano sebenarnya tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan kehamilan ini...

"Sya?"

Syasya tersadar, dan langsung mengangguk.

"Nggak papa ma. Nggak papa kok, jangan minta maaf kumohon. Aku tidak bisa melihat seseorang meminta maaf padaku." Jawab Syasya seadanya.

Erika tersenyum bahagia, "kamu memang perempuan yang baik sya. Fano beruntung bisa dapetin kamu."

Syasya terdiam. Justru seharusnya ia yang bersyukur karna bisa hadir dikehidupan Fano. Bukannya Fano yang beruntung.

"Oh ya, mari kita lupakan ya sayang? Kamu minum dulu susunya." Ucap Erika kini berganti topik dan mengambil segelas susu itu dan langsung menyodorkannya pada Syasya.

Dengan segera Syasya mengambil alihnya.

"Makasih ya ma." Ucap Syasya tulus lalu segera meminumnya.

"Minggu kamu harus check up ya? Fano akan mengantarmu. Lagi pula ujian Fano sudah selesai bukan?"

Syasya mengangguk kecil lalu menaruh gelas kosongnya di atas nakas.

Erika duduk dipinggir kasur di ikuti Syasya.

"Syasya mau tau sesuatu nggak?" Pertanyaan Erika membuat Syasya mengangguk kecil.

"Mama sayang banget loh sama kamu. Rasanya mama tuh kayak udah kenal lama sama kamu. Mama benar benar nggak mau kehilangan kamu Sya." Ucapan erika membuat Syasya tersentuh.

"Makasih Ma. Bahkan orang tua Syasya nggak pernah bilang begitu ke syasya." Jawab Syasya kecil sembari tersenyum getir.

"Mama nggak mau kamu sedih lagi. Mama harap, selama kamu menjauh dari rumah itu, kamu nggak boleh lagi mengenal yang namanya tersakiti. Cukup dulu aja, sekarang enggak boleh. Ngerti?" Dengan polos Syasya mengangguk.

Asya Story (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang