22 : Cerewet?

455K 26.8K 1.3K
                                    

"Gue izin ya, mau ke rumah temen." Ucap Fano. Lalu Asya mengangguk tanpa mempertanyakan siapa teman Fano yang akan di datangkan rumahnya?

"Yaudah. Tar malem palingan gue baliknya, hati hati ya dirumah." Ucap Fano lagi.

Asya menggeleng, "Seharusnya kamu yang hati hati di jalan." Balas Asya.

Fano merasa seperti selingkuh. Ok! Intinya dia ingin menemani Tasya, temannya. Bukan perselingkuhan kan? Iya bukan. Fano tersenyum tipis lalu meninggalkan Asya tanpa menjawab.

...

Ketika sudah beberapa kali mencoba untuk memejamkan matanya, Fano tetap saja tidak bisa tertidur. Fano baru kembali dari rumah Tasya sekitar jam 8 malam, ok Tasya merengek memintanya untuk menginap, alhasil ia bisa terlepas dari rengekkan tasya walaupun begitu banyak rintangannya.

Entah pikiran apa yang membuatnya sulit untuk tidur. Sontak ia menoleh, dan gadis di sampingnya sudah terlelap dengan nafas teratur.

Fano juga tidak tahu, sejak kapan ia dan Asya tidur dalam satu ranjang. Seingatnya dulu Asya lebih memilih untuk tidur di sofa daripada tidur bersamanya.

Asya tidak tergubris sama sekali dengan pergerakan Fano yang mengubah posisinya menjadi menyamping berhadapan dengan Asya.

Bulu mata lentik, hidung sedikit mancung, bibir pink yang sedikit pucat, di tambah terpaan nafasnya membuat jantung Fano berdetak tidak karuan.

Entah efek apa yang dimiliki Asya membuat Fano merasa aneh pada dirinya sendiri. Seperti ingin terus bersama mungkin?

Jarum pendek sudah menunjuk ke angka 12 malam. Fano masih belum memejamkam matanya. Ia masih terus menatap gadis itu yang tidurnya tidak ada pergerakan sama sekali.

Tangan Fano terangkat untuk mengelus pipi Asya. Setelah tangannya benar benar menempel, barulah Fano menggerakannya. Asya tidak terganggu sama sekali, nafasnya masih teratur menandakan bahwa gadis itu masih berada dalam alam bawah sadarnya.

Memori ketika Asya di dorong oleh ibunya kembali hinggap di pikiran Fano saat melihat gadis itu itu tersungkur di lantai dengan derai air matanya. Begitu naasnya dia, Fano juga tidak tahu bahwa dirinya lah yang akan bertanggung jawab setelahnya. Takdir tuhan memang kadang sulit di tebak, atau bahkan terjadi begitu saja tanpa kita sadari.

Seperti saat ini. Untuk membayangkan gadis ini bersamanya saja ia tidak pernah. Apalagi menikah. Gila!

Fano tidak mau bermain main lagi dengan takdir. Takdir memang tidak bisa di ajak bercanda.

Asya melenguh, membuat fano refleks melepaskan tangannya dari pipi asya. Namun yang membuatnya terkejut adalah karna Asya tiba tiba meraih tangannya, memeluknya tepat di dadanya.

Mata Fano membulat.

Setelahnya, Asya kembali tertidur.

Woy gue cowok, gue juga punya nafsu. Sialan Asya! Batin Fano kesal. Entah mengapa jantungnya jedag jedug seperti ingin lepas dari dirinya dan akhirnya mati. Ok, terlalu lebay, intinya Fano salah tingkah.

Dengan perlahan ia mencoba melepaskannya, namun Asya semakin erat memeluknya.

"Bukan apa apa, Sya. Takutnya lo malah abis sama gue." Bisik Fano lalu menariknya. Akhirnya nafasnya pun mulai teratur setelah sedari tadi menahannya.

***

"Aduhhh makin cerah aja ya muka kamu sya." Ucap Erika sembari memeluk Asya sayang. Asya pun membalas pelukan Erika tak kalah erat.

"Masa sih ma? Asya kangen." Balas Asya.

Fano melangkahkan kakinya santai melewati Erika membuat Erika menatap Fano.

Asya Story (SELESAI)Where stories live. Discover now