15 : Tidak mengerti

471K 31.4K 6.7K
                                    

FANO mengendarai mobilnya, sembari mempererat genggamannya pada stir. Rasanya ia marah, benci, emosi bercampur menjadi satu.

Kenapa menyakitkan?

Sial, Fano terus mengendarai mobilnya sampai di rumah. Hampir 3 jam ia mengendarai mobilnya hanya untuk mencari Asya. Menelponnya hampir 11 kali dan nyatanya ponselnya ada di rumah.

Hal itu juga sudah membuat Fano khawatir takutnya ada hal yang tidak di inginkan terjadi pada Asya. Fano takut...asya diculik. Atau yang lebih parahnya, dia kembali melakukan percobaan bunuh diri.

Membayangkan itu Fano benar benar frustasi. Ia terus mencari dan mencari sampai pada saatnya ia melihat seorang perempuan berada di toko buku dan lebih parahnya dia bersama seorang lelaki. Fano tidak tahu siapa orang yang sedang bersama perempuan itu. Melihat raut perempuan itu yang cukup bahagia membuat Fano mengurungkan niatnya untuk menghampiri.

Apalagi senyum Syasya terus tercetak saat berbicara pada orang itu.

Sial, sampai di rumah Fano langsung duduk di sofa sembari memejamkan matanya menahan amarahnya yang sudah dipuncak.

Buru buru Fano membuka ponselnya dan langsung menghubungi Tasya.

"Halo Fan? Kok tumben nelfon duluan? Ada apa?"

Fano terdiam sejenak lalu ia bersuara,

"Gue liat Asya berduaan sama cowok lain." Ujar Fano pelan tentunya tanpa ekspresi.

"Loh Fan? Serius loh?! Terus lo nggak nyamperin dia?"

"Enggak." Singkatnya.

"Tapi bagus juga sih."

Alis Fano terangkat, "kok bagus?"

"Sekarang lo test aja, kalo dia jujur ya berarti dia orang baik." Ucapan Tasya membuat fano terenyuh. Benar juga yang di katakan Tasya.

"Makasih ya Sya." Ucap fano.

"Kayak sama siapa aja si lo Fan...kalo lo butuh gue lo bisa kok hubungin gue."

Mendengar suara mobil Fano langsung bangkit dari duduknya, saat melihat jendela, sebuah mobil putih Audi R 9 yang di perkirakan sama dengan mobilnya hanya saja mobilnya berwarna hitam.

"Udah dulu ya Sya. Gue ada urusan." Ucap Fano, belum sempat Tasya menyelesaikan ucapannya, Fano sudah mematikan sambungan.

..

Asya POV

"Tuh kan kak...Fano udah pulang." Ucap aku takut. Lalu Aldi menatapku bingung.

"Lo takut sama dia? Biar gue yang ngom-"

"Nggak! Nggak usah kak. Kakak pergi aja, biar aku aja yang jelasin." Potongku cepat cepat lalu aku menuruni mobil, sebelum itu aku pamit terlebih dahulu pada kak aldi.

Saat Aldi sudah memastikan tidak apa apa, Aldi menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumahnya.

Dengan hati hati aku membuka pintu rumah, tidak ada siapa siapa. Sedikit lega karna sepertinya Fano tidak melihat kehadiran mobil kak aldi. Bisa jadi dia akan berpikir yang macam macam.

Aku melangkahkan kakiku sampai di kamar atas, sudah ada Fano yang tengah memainkan ponselnya.

Dengan takut aku berucap, "a-asalamualaikum kak." Fano mendongak,

"Walaikumsalam." Balas Fano dingin.

Sudah dipastikan aku harus menjelaskan pada Fano. Pasti Fano marah besar deh.

"Fano..aku.."

"Abis dari mana aja lo?" Potong fano tanpa ekspresi. Aku buru buru mendekat lalu duduk di samping Fano.

"Aku dari rumah aku kak. Aku ketemu sama nenek aku."

Kenapa dia tidak jujur?!

Mata Fano terus menatap mataku, entah apa yang ia katakan lewat tatap mata ini. Aku menunduk lesu.

"Nenek kangen sama aku makanya aku-"

"Ternyata yang di katakan Alex bener." Ucapan tiba tiba dari Fano membuatku terdiam. Apa maksud Fano?

"Gue kira lo polos, tapi nyatanya lo nggak sepolos yang gue kira." Aku semakin bingung.

"Maksud Fano.."

Tiba tiba Fano membuka ponselnya dan langsung menghubungi Tasya.

"Eh Fan ada ap-"

"Mulai sekarang lo pacar gue Tas." Seketika aku tersentak mendengar penuturan Fano.

"Fan..lo kenapa?"

Nit.

"Mulai besok gue pacaran sama Tasya." Ucap Fano dengan tatapan dingin.

Aku melebarkan mataku, menatap Fano tidak percaya. Apa..maksudnya? Kenapa tiba tiba..

Fano bangkit dari sofa dan menatapku datar, "Seharusnya lo nyadar diri, bagaimana bisa lo berada disini."

Pasukan oksigenku rasanya menipis, kenapa sangat menyakitkan ya tuhan? Ini lebih menyakitkan dari kata kata yang dikeluarkan alex..

"Memangnya aku salah apa sama kamu Fan? Kenapa tiba tiba-"

"Lo urus hidup lo sendiri. Gue urus hidup gue sendiri." Finalnya tanpa menjawab pertanyaanku lalu Fano keluar dari kamar meninggalkan aku seorang diri.

Kenapa...

Kenapa aku harus mendengar pernyataan menyakitkan yang di keluarkan orang yang kucintai..

Aku mengusap sudut mataku yang sudah tergenang dan akhirnya tumpah. Aku menangis.

Selalu seperti ini. Tanpa sebab yang jelas selalu kudapati. Pernyataan pahit sampai mematikan saraf ku selalu terjadi pada diriku. Asya..

...

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, Aku tidak tidur bisa tidak sama sekali. Kata kata menyakitkan yang Fano keluarkan begitu sangat menusukku.

Dengan segera aku keluar kamar, Fano pasti tidur di kamar satunya lagi. Saat membuka pintu, tidak ada seorang pun di sana.

Aku melangkahkan kakiku menuruni tangga, dan di rua g tamu aku melihat fano sedang bercakap dengan seseorang dan dia Tasya. Untuk apa tasya datang pagi pagi seperti ini.

Sampai dibawah, keduanya mulai menyadari kehadiranku.

"Kak tasya? Kok bisa ada disini?" Pertanyaan itu keluar dengan sendirinya. Tasya buru buru berdiri.

"gue di telfon Fano suruh kesini."

Fano menghembuskan nafasnya, lalu menarik Tasya. "Ayo keluar."

Buru buru aku menahan Fano,"fan aku mau ngomong-"

"Gue mau lari pagi." Balasnya singkat lalu menarik Tasya keluar rumah.

Aku menjatuhkan tubuhku di sofa lalu menutup wajahku rapat rapat dengan kedua tanganku.

"Setidaknya berilah aku penjelasan..." gumamku lalu terisak.

"Tuhan...sakit sekali...kenapa kau terus memberikan luka ini padaku? Kukira ini akan menjadi akhir yang bahagia untukku..."

Aku menangis sendiri. Tidak ada yang mengerti bagaimana perasaan ini.

Tidak ada yang peduli bagaimana perasaan ini.

Semua orang selalu ingin menyakitinya...

Always hurt me.

When god? When i'm happy?

...

Dikit ya? Tar aku update lagi kok. Lgi seneng ni, btw agak nyesek sih nulisnya.

Aku jadi sebal sama authornya, jahat.

5k komen lnjut

Asya Story (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang