13 : sedikit jauh

501K 35.4K 2.7K
                                    

ASYA POV

WAKTU sudah menunjukkan pukul 9 malam. Fano sudah selesai dengan belajarnya, lalu ia masuk ke dalam kamar.

Aku yang baru saja meminum vitamin, langsung naik ke atas kasur.

Fano menatapku lurus, lalu ia mengikutiku dengan ikut naik ke atas kasur. Tanpa bicara tentunya.

Aku terdiam, rasanya begitu sesak. Apakah Fano masih marah padaku?

Aku mendengus pelan lalu menyibakkan selimut untuk masuk ke dalamnya. Sedangkan Fano tengah sibuk memainkan ponselnya.

Cukup lama hening membuatku sedikit jengah, "Fa-fano.."

Fano menoleh, "hm?"

"Be-besok...ujian terakhir kamu ya?" Mungkin terdengar basi, Fano pasti mengumpatku dalam hati karna bertanya sesuatu hal yang pastinya sudah ku ketahui.

"Iya." Setelah mengucapkan itu, Fano kembali berkutat pada ponselnya.

Aku tersenyum tipis, Fano tentunya masih marah padaku.

Ya, rasanya lebih baik aku mati sekalian daripada harus didiamkan seperti ini. Aku memilih diam dan melirik Fano yang ternyata masih fokus.

Aku diacuhkan. Ya benar benar tidak di pedulikan.

Aku membalikkan tubuhku, berbaring membelakangi Fano. Tiba tiba aku mendengar Fano berbicara pada seseorang dari sambungan telfon.

"Mau cerita apa?" Suara Fano begitu lembut. Astaga, pada siapa sebenarnya Fano tengah bicara?

"..."

"Lo..dipojokin?"

"..."

Aku masih menajamkan telingaku.

"Nggak usah sedih. Diemin aja."

Shit..apakah yang di telfonnya itu adalah Tasya? Sial. Kenapa air mataku mengalir,dan...kenapa harus mengalir?

Apakah aku sakit karna ini? Jelas Fano tidak mungkin mencintaiku. Dia..dia punya hatinya untuk orang lain, bukan diberikan untuknya melainkan untuk pilihan hatinya.

Aku mengusap sudut air mataku. Bahaya jika Fano menyadarinya.

"Yaudah besok gue yang jemput lo." Balas Fano pada seseorang di sana.

"..."

Fano mematikan sambungannya, lalu menaruh ponselnya di atas nakas. Mendengar Fano sudah selesai, aku lebih baik berpura pura memejamkan mataku.

Fano menoleh ke arah diriku yang terbaring tanpa pergerakan sedikit pun.

Lalu membaringkan tubuhnya dan ikut tidur di samping bersamaku. Mataku memang terpejam, namun aku belum tertidur. Aku sadar betul, kini aku merasakan tangan Fano mengelus puncak kepalaku.

Sepertinya aku sudah gila, Fano mencium keningku.

Rasanya benar benar sesak luar biasa. Ingin rasanya aku memeluk Fano dan menyalurkan keluh kesahku padanya. Berkata bahwa aku ingin mati...

...

AUTHOR POV

Syasya tersenyum tipis melihat mobil Erika dan Devan sudah melesat meninggalkan rumah. Ya, mereka harus berangkat pagi untuk sampai di bandara. Sedangkan sekarang masih jam 4 pagi.

Syasya memang sudah biasa bangun pagi, rasanya ia perlu untuk mengerjakan sesuatu. Sudah kebiasaannya sedari dulu bangun lebih dulu dari orang orang.

Mata Syasya menangkap seorang lelaki tengah membereskan kasur, siapa lagi kalau bukan Fano.

"Hm..kamu udah bangun Fan? Ini masih pagi loh? Nggak mau di lanjut tidurnya? Nanti aku bangunin-"

Asya Story (SELESAI)Where stories live. Discover now