Saat Para Perempuan Bermasalah

1.7K 254 13
                                    

Entah sudah berapa lama Arion mengawasi gadis itu tidur. Kini ia malah tampak seperti sedang menjaganya. Persis seorang ibu yang sigap kala nyamuk hinggap di kulit anaknya yang sedang lelap.

Ia tak kunjung menggeledah saku-saku jaket milik Sasi. Yang dilakukannya masih sama seperti menit pertama ia bersimpuh di hadapan gadis itu. Hanya diam, dan memenung.

Kemudian dirogohnya sesuatu dari sakunya sendiri. Sebuah cincin berlian yang entah sejak kapan jadi miliknya. Ia sengaja menukar itu dengan rumah kontrakan jelek yang menaungi kepalanya saat ini. Dan rasa-rasanya, berlian itu belum cukup. Ia ingin berlian lain yang barangkali dipunyai gadis itu.

Sebab dia ingin lari. Bersama barang-barang lain yang mungkin masih Sasi simpan di saku jaket, atau rok, atau bajunya. Oleh karenanya, dia menjadikan rumahnya sebagai pancingan. Peduli setan ia dengan masalah Sasi yang sedang dicari orang. Jika gadis itu memang akan menjadikan rumahnya sebagai tempat sembunyi, ya terserah. Toh ia juga akan pergi menghilang.

Yang pasti setelah membawa sesuatu yang berharga selain cincin.

Arion merangkak mendekat. Dimasukkannya cincin itu kembali ke sakunya. Ia perlahan menyingkap lengan Sasi yang menimpa jaket. Lalu mulai merogoh. Mencari apa saja yang ada di sana.

Kosong.

Dia beringsut ke sisi yang lain. Sisi jaket yang tertindih tubuh Sasi. Sembari mengawasi kelopak mata gadis itu, tangannya terulur menarik sisi jaket yang belum dijarahnya.

Arion menahan napas. Berusaha mati-matian menjaga tidur Sasi agar tak terusik. Tak jarang ia menarik tangannya kembali tiap gadis itu menggeliat merubah posisi.

"Sialan!" umpatnya dengan berbisik.

Ia mencoba lagi. Kali ini dengan taktik mengelus punggung Sasi agar gadis itu berbalik badan. Namun tindakan itu tak cukup mampu. Sasi sama sekali tak terganggu.

Arion terduduk. Sedikit kesal, lelah, namun masih penasaran. Ia berpikir. Barangkali memang Sasi menyimpan sesuatu di saku yang satunya. Maka dari itu dia menjaganya mati-matian.

Saat berpikir begitu, rupa-rupanya tubuh Sasi berbalik membelakangi Arion. Dan saku yang ditengarai menyimpan sesuatu, kini terbebas dari himpitan badan Sasi.

Lelaki itu tersenyum miring. Merasa keberuntungan berpihak padanya. Tanpa pikir panjang ia menjulurkan tangan, tapi seribu sial, tangannya dicekal gadis itu.

"Ada apa?" Sasi bertanya dengan nada setengah sadar. Matanya bahkan masih terpejam.

Arion meneguk ludah. Tak menyangka Sasi akan memergokinya. Tapi setelah ia jeli memerhatikan, Sasi terlihat seperti di bawah ambang batas sadar.

Apa gadis itu ngelindur?

Namun mengapa cengkraman pada tangannya kencang sekali?

"Tidak ada apa-apa, kembalilah tidur!" Arion iseng menjawab. Berharap jika gadis itu memang sedang bermimpi atau semacamnya.

Tanpa ia duga, Sasi justru menggeliat. Lalu perlahan membuka mata hingga keduanya berakhir saling bertatapan.

"Kenapa aku memegang tanganmu?" tanya Sasi, kebingungan.

Arion meresponnya dengan kerut yang ada di kening. "Hah?"

LuruhDär berättelser lever. Upptäck nu