Dia memanggilnya Dik Sukma

473 90 2
                                    

Anggapan memulai hidup baru kerap dicanangkan oleh orang yang merasa kehidupan lamanya tak menarik, tak memberinya apa-apa atau bahkan terlalu banyak memberinya duka. Setiap manusia berhak atas kesempatan tersebut. Tapi bukan berarti mereka mati lalu dilahirkan kembali sebagai bayi yang bersih. Itu hanya perumpamaan untuk mengganti kebiasaan dan apa yang mereka lakukan selama ini.

Di umurnya yang nyaris mencapai kepala tiga, Arion tak pernah terbersit melakukan semacam ritual hidup baru seperti yang dilakukannya sekarang. Ia tak pernah membayangkan dirinya keluar dari kota yang ia tinggali demi mencari kehidupan yang lebih baik. Dan ia semakin tak menyangka jika apa yang dilakukannya saat ini sedikit banyak karena wejangan seorang gadis.

Sebelum semua ini, Arion merasa jika dia hanya perlu bertahan lebih lama atas hidupnya yang begitu-begitu saja. Lelaki itu semacam memegang teguh satu pepatah, tetaplah hidup meski tak berguna. Dan ia mengamalkan itu sembari menunggu Tuhan bosan mendengar rengekannya. Tapi kini, semua itu tampak seperti cerita lama. Arion tak lagi peduli pada harapan-harapannya yang belum terjawab. Ia memutuskan untuk mencari jawaban itu sendiri dengan tangannya.

Siapa lagi kalau bukan gadis itu pengaruhnya.

Kini dua orang itu tengah berjalan kekenyangan setelah beberapa saat lalu mengisi perut dengan pangsit ayam. Arion sebenarnya tak peduli jika ia menjadi pemakan pangsit sejak bersama Sasi. Baginya makan itu perkara kenyang atau tak kenyang. Bukan enak atau tak enak. Satu prinsip yang setidaknya positif untuk lelaki menyebalkan semacam Arion.

"Kira-kira bagaimana reaksi Marni Dewi saat tak menemukan kita di rumahmu?" tanya Sasi penuh rasa geli. Ia jadi terpikir raut murka perempuan tua itu saat sadar mereka telah melangkahinya lebih dulu.

"Mungkin akan seperti ini," tiba-tiba Arion mencontohkan ekspresi perpaduan orang bingung sekaligus marah yang justru berakhir lucu. Membuat Sasi terbahak karenanya. Entah refleks atau apa, tangan Sasi terangkat untuk menoyor wajah lelaki itu. Bermaksud untuk menyuruhnya berhenti. Tanpa sadar, Arion merasakan perasaan aneh saat tangan Sasi menyentuh wajahnya.

Perasaan apa ini.

Ia bertanya-tanya.

Selanjutnya, mereka terus berjalan. Mencari kawasan-kawasan ramai yang berisi deretan pertokoan. Sebab itu berarti kemungkinan bagus. Mereka bisa mendapat pekerjaan di salah satunya. Tapi hari itu seolah ditakdirkan Tuhan sebagai waktu mereka mengenal tempat itu dulu. Ya, mereka tak mendapatkan apa pun bahkan sampai matahari sudah berlalu. Di samping itu persendian kaki mereka sudah kaku. Dan punggung mereka bersorak minta rehat.

Arion dan Sasi sepakat untuk istirahat di sebuah tempat ibadah. Penampilan mereka yang sedikit berantakan membuat penjaga tempat ibadah sempat menaruh prasangka jika mereka orang jahat. Tapi prasangka itu hanya berupa prasangka. Mereka tetap dibolehkan ada di sana sebab keinisiatifan Sasi meminta izin diterima.

Keesokan hari, mereka memulai pertempuran di kota itu lagi. Berbekal roti yang dibeli di warung pinggir jalan, mereka menyusuri kota itu dengan rasa yakin. Lalu pada sebuah toko barang harian mereka berhenti. Arion sempat bertanya pada seseorang yang tampak seperti pekerja mengenai pemilik toko itu. Seseorang tersebut menunjuk laki-laki berambut putih di dekat kasir.

Dilihatnya lelaki itu tengah menghitung sesuatu pakai alat hitung. Arion lantas mendekat.

"Apa tempat ini masih butuh pekerja?"

Lelaki yang ditanya menaikkan kacamatanya yang melorot di hidung. Kemudian meneliti Arion dari atas sampai bawah. Tanpa pikir panjang ia langsung mengangguk-angguk. "Ya, cepat bereskan barang-barang yang baru masuk."

Arion yang setengah tak percaya bertanya lagi. Apa iya semudah ini lelaki itu menerimanya?
"Saya langsung bisa bekerja?"

"Pakai tanya. Iya langsung bekerja. Saya tidak punya waktu untuk menanya-nanyaimu. Wahyudi sering kerepotan mensortir barang. Lekas bantu dia." tandas lelaki itu sebelum kembali berkutat dengan hitungannya.

LuruhWhere stories live. Discover now