Cincin Yang Dijual

686 100 5
                                    

Jika mencermati bagaimana bekunya tubuh Arion kala menatap perempuan itu, Sasi bisa menyimpulkan jika ia punya pengaruh yang besar pada hidup Arion. Untuk ukuran orang yang membenci seisi dunia, perempuan itu semacam pengecualian. Arion bahkan tak menggeser posisi berdirinya di detik yang sama matanya menangkap tubuh mulus si perempuan.

Lelaki itu terus memandanginya.

Sasi jadi punya pikiran orang yang melihat mereka sekarang akan mengira lelaki di sebelahnya kerasukan setan. Untuk itu dia menepuk lengan Arion. Menyadarkan lelaki itu dari lamunannya yang tak berkesudahan.

"Apa yang mau kau lakukan!?" Sasi berdecit, heran melihat Arion yang malah maju menghampiri perempuan yang saat itu memakai gaun selutut.

Arion tak menjawab. Kakinya terus melangkah dengan pandangan kosong. Sasi terpaksa mengikuti. Saat mereka begitu dekat dengan mobil sedan hitam yang perempuan itu tumpangi, si perempuan yang sadar langsung melepaskan kacamata hitamnya dan memandang Arion tak percaya. Begitu pula lelaki berpakaian necis di depannya.

"Dik, Sukma. Sedang apa kau di sini?" Arion bertanya seolah dia adalah kekasih lama yang sudah hitungan bulan tak bersua.

"Kau!?" Perempuan itu malah menanyainya balik. Tapi dengan nada tak senang.

Sasi mengamati interaksi antar keduanya.

"Siapa laki-laki ini!?" Arion maju menghadang lelaki di sebelah perempuan itu. Yang dihadang memasang muka kebingungan sekaligus angkuh.

Kontan si perempuan memekik dengan hebohnya. Lantas memposisikan diri di antara tubuh dua laki-laki itu. Dengan satu hentakan pasti, ia mendorong bahu Arion. "Jauhkan tubuhmu darinya!"

"Bilang padaku siapa keparat itu!" Mendadak wajah Arion memerah. Entah ia merasa terpecundangi tatkala perempuan itu menyorongnya, entah ia merasa lelaki itu sedang mencari lawan.

"Dia adalah pacarku!" Bentak si perempuan sambil memasang muka tegas. Serta merta Arion menoleh padanya, semacam ingin bilang kalau perempuan itu hanya sedang berdusta.

Di sisi lain, Sasi tak banyak melakukan apa-apa. Kepalanya hanya berpindah dari satu wajah ke wajah yang lain. Berusaha mengerti ada apa di antara mereka.

"Dia adalah pacarku! Kau dengar itu? Pacarku!" Perempuan yang disinyalir bernama Sukma Puji tersebut mengulanginya kembali. Mungkin saja telinga Arion tak berfungsi saat ia mengatakan kalimat sebelumnya. Dan jika Sasi boleh berspekulasi, bukan hanya telinga Arion saja yang tidak berfungsi. Seluruh anggota tubuhnya juga. Saraf malunya apalagi.

"Tapi... tapi kita punya hubungan," rengek Arion yang terang saja membuat Sasi melongo melihatnya. Ia tak percaya lelaki itu melakukan ini. Sementara Sukma Puji hanya berdecih memandangi lelaki itu.

"Itu semua hanya terjadi di dalam mimpimu!" Hardik si perempuan sambil mengarahkan telunjuknya ke kepala Arion yang langsung diraih oleh lelaki itu. Sontak Sukma Puji menjerit. Lelaki yang bersamanya langsung menarik tangan Arion, berusaha melepaskan gadisnya. Sedangkan Sasi beringsut menarik bahu lelaki bodoh yang ingin langsung ia seret dari sana.

"Lepaskan! Argh!" Sukma Puji berang.

"Kau hanya sedang berbohong! Dia bukan pacarmu! Itu hanya akal-akalanmu saja agar aku tak mengejarmu! Terakhir kali kulihat kau bersama lelaki, bukan dia orangnya!" Arion meracau. Sasi menyerukan ia untuk sadar, tapi tak digubris lelaki itu.

"Lepaskan dia atau kubunuh kau!" Lelaki tinggi yang sedari tadi tak bersuara di samping Sukma Puji tiba-tiba mencengkram kerah kaus Arion penuh tenaga. Tubuh yang sama besar membuat yang dicengkram refleks melepaskan cekalannya pada Sukma Puji. Sasi bisa lihat perempuan itu langsung mengibas-ngibaskan tangannya yang baru saja dipegang.

LuruhWhere stories live. Discover now