1. Pertemuan

179 6 0
                                    

Hai all readers! Bagian pertama dari buku ini sempat terhapus, setting sekolah dalam buku ini adalah sekolah inklusi. Dimana anak2 yang memiliki kebutuhan khusus bisa bersekolah bersama dengan siswa reguler. Tokoh utama cerita ini adalah seorang guru pendamping bagi siswa berkebutuhan khusus itu. Well, enjoy!

Delia menatap dengan cemas ke arah gerbang sekolah. Ia sedang menunggu anak didiknya yang baru akan masuk kembali ke sekolah.

Sambil menunggu Delia mengecek kembali pesan di HP-nya.

Mama Kresna: Hari ini Kresna diantar sama Om-nya ya Miss. Obatnya juga saya titipkan pada Om-nya.

Ms. Delia: Baik bunda. Akan saya tunggu terimakasih informasinya.

Delia mengalihkan pandangan dari HP-nya. Saat merasa ada tubuh kecil yang menubruknya sambil memeluk kakinya.

"Ms. Delia", ucap anak itu.

"Halo Kresna... Hari ini datang sama siapa?" tanya Delia.

"Ada Om", jawabnya singkat.

"Maaf Bu, kami agak terlambat, ini ada obatnya Kresna juga".

Dalam pikiran Delia ia merasa familiar dengan suara itu tapi tak bisa mengingat wajahnya. Ia melihat seorang lelaki yang tampak asing dan membuat kepalanya berdenyut pusing.

"Terimakasih, pak.... Maaf siapa nama Anda? Saya pikir saya belum mendengarnya tadi" ujar Delia sambil menatap lelaki itu.

Dimas, tertegun sejenak karena wajah familiar di hadapannya menanyakan namanya dan ia yakin tidak salah mendengarnya.

"Kamu Delia  dari universitas Harapan kan? Ini aku Dimas!" Lelaki itu menaikkan suaranya seolah tidak percaya dengan perkataan Delia.

"Om marah, tidak boleh. Om marah, tidak boleh!" kata Kresna berulang-ulang sambil mendorong-dorong kaki pamannya itu.

"Tidak apa-apa Kresna, om cuma kaget," jelas Delia sambil tersenyum dan mengusap tangan kecil Kresna.

"Maaf Pak Dimas, tapi saya benar-benar tidak tahu siapa Anda dan saya punya alasannya," jelas Delia.

Dimas tertegun dengan kata-kata Delia dan menatap wanita itu dengan penuh tanda tanya.

~Kriiiiiiiiiiiiiing!~

Bel masuk yang berbunyi dengan tiba-tiba, membuat Delia ingat kalau dia tak punya waktu. Ia pun dengan segera mengambil obat dan tas Kresna dari tangan paman anak didiknya itu.

"Saya dan Kresna harus masuk sekarang. Sekali lagi terimakasih sudah mengantarkan Kresna. Kalau ada sesuatu yang ingin Anda tanyakan, saya yakin Anda bisa mendapatkan nomor kontak saya dari Mama Kresna", Delia bergegas masuk dalam sekolah dan meninggalkan Dimas yang keheranan.

Hal apa yang yang membuat Delia melupakannya? Pertanyaan itu terus menghantui Dimas sepanjang  perjalanannya ke kantor.

Berusaha menyelamatkan ingatanku tentang bab 1. Ditunggu vommentnya!

Did we met before?Where stories live. Discover now