7. Wangi dalam mimpi

40 1 2
                                    

Siapa penasaran sama kelanjutan cerita mereka? Ditunggu vommentnya good readers!

Dimas menangkap tubuh Delia dan menahannya agar tidak membentur lantai.

"Ada apa pak?" kata pelayan itu sambil memberikan tas Delia yang terjatuh di lantai.

"Terimakasih. Saya juga tidak tahu. Mungkin dia kelelahan. Ini uang untuk pesanan kami tadi."

Dimas segera mengangkat tubuh Delia dan membawanya ke mobilnya di depan perpustakaan. Dia menidurkan tubuh gadis itu di kursi penumpang. Dimas tidak tahu harus mengantarkan Delia kemana, jadi ia membawa gadis itu ke rumahnya.

Dimas menidurkan Delia di kamarnya dan memandangi Delia yang tidak bergeming di sisi tempat tidur.

Mungkinkah hari ini terlalu berat untuknya? Apa saja yang sudah dia ingat? Apakah dia sudah tahu hubungan kami dulu?

Dimas mengusapkan tangannya dengan lembut ke rambut dan wajah Delia. Ia terus melakukannya hingga dia mendengar nada dering halus dari tas Delia.

Handphone Delia berbunyi, hati Dimas berat melihatnya karena nama seorang pria terlihat di layar.

Satria calling .....

Dimas beranjak dari kamar dan memutuskan mengangkat telepon itu di luar agar tidak membangunkan Delia.

"Halo Mah, dimana kamu? Aku sudah sampai di perpustakaan tapi Gina bilang kamu sudah keluar. Aku mencarimu di taman jajan tapi kamu juga tidak ada disana."

Dimas agak terkejut mendengar pria itu memanggil Delia dengan sebutan "Mah", apakah aku sudah terlambat? Sesal Dimas.... Namun ia segera tersadar dan melanjutkan pembicaraan mereka.

"Delia sedang di rumahku."

"Huh, siapa kamu? Dimana Delia? Mengapa kamu menjawab teleponnya?"

"Aku Dimas, teman kuliahnya Delia. Saat ini Delia sedang istirahat jadi tidak bisa menjawab teleponnya."

"Apakah Delia baik-baik saja? Dimana alamatmu? Aku akan kesana menjemput Delia."

"Tidak perlu. Biarkan Delia istirahat disini. Aku bukan orang jahat. Nanti aku juga akan mengantarkan Delia pulang."

Satria menghela nafasnya dengan berat.
"Tolong jaga dia baik-baik, nanti aku akan hubungi lagi."

"Oke" ujar Dimas cepat dan menutup teleponnya.

Siapa Satria??

Dimas mengembalikan HP Delia ke dalam tas Delia dan keluar kamar untuk mandi dan berganti pakaian.

~~~~~~

Delia sedang mengerjakan syal rajutan miliknya sambil membaca buku puisi di ruang baca perpustakaan. Tiba-tiba aroma manis cologne bayi yang sangat kuat tercium di ruangan itu dan membuat Delia menoleh ke arah sumber bau itu.

Dimas yang memakai sweater biru mendekatinya dan Delia sangat yakin Dimas adalah sumbernya. Delia tersenyum sangat lebar dan hampir tertawa terbahak-bahak tapi menahan dirinya karena ingat dirinya sedang di ruang baca saat melihat Dimas yang menutup mulutnya dengan jarinya.

"Kamu wangi banget tahu!"

"Kecium banget ya?"

"Iya. Tumben pakai parfum banyak banget. Bau bayi lagi. Kamu pakai parfum keponakanmu?"

"Baru selesai mandiin keponakan, lagi ambil baju malah disiram pakai cologne-nya....."

"Kenapa nggak ganti baju dulu sih?"

"Kan kita udah terlanjur janji ketemuan sama grup presentasi, kalau aku mandi dan ganti baju nggak sempet sampe sini tepat waktu. Buat siapa itu?"

"Ada deh...., Aku lanjutin nanti deh.." Delia tersenyum malu dan segera membungkus syal rajutannya dalam eco-bagnya.

Dimas mengacak rambut Delia dengan gemas, "sejak kapan sih Delia punya rahasia?".

Kehangatan sentuhan tangan itu menghangatkan hati Delia dan membuatnya nyaman. Betapa ingin Delia menyebutkan bahwa laki-laki itu adalah orang yang ia buatkan syal. Ia ingin memberi kehangatan yang sama dengan yang selalu ia terima. Tapi dia mengurungkan niatnya dan menikmati sentuhan dari laki-laki itu....

Delia perlahan membuka matanya dan melihat Dimas sedang mengacak rambutnya sambil tersenyum...

"Syukurlah kamu bangun.... Masih pusing nggak?" Dimas berkata lembut sambil terus mengacak rambut Delia.

"Eeng.... Udah mendingan sih..." Delia mengerjapkan matanya sekali lagi lalu memperhatikan ruangan di sekelilingnya dan baru menyadari bahwa mereka sudah tidak di taman jajan lagi. Delia bangun tiba-tiba dan seketika merasakan dentuman berat di kepalanya dan memicingkan matanya....

"Nah... nah... sakit lagi kan...., bangunnya biasa aja dong, jangan tiba-tiba gitu.... "

"Ini dimana? Jam berapa sekarang?"

"Di rumahku. Sekarang sih udah jam 7 malem. Kamu tidurnya agak lama"

"Maaf sudah merepotkan."

"Nggak apa-apa, aku seneng kamu repotin."

Delia tertegun dengan perkataan Dimas.

Mengapa lelaki ini dengan mudahnya bisa mengucapkan kata-kata seperti itu? Aku masih belum tahu banyak tentangnya. Selain, mungkin aku menyukai lelaki ini dulu. Apakah dia menyukaiku juga?

Delia tersadar dari pemikirannya saat Dimas memegang kedua tangannya dan memberinya segelas air.

"Nih, minum dulu. Lalu kita makan sekalian aku antar kamu. Oh iya, tadi ada telepon dari Satria."

Delia langsung mencari tasnya dan menyalakan hpnya. Ia langsung melihat banyak notifikasi pesan dan telepon dari Satria. Tanpa ragu ia langsung menelepon lelaki itu.

"Halo Papa? Maaf ya tadi mama belom bisa angkat teleponnya"

"Iya, aku tadi cuma kecapekan aja kok."

"Jadwal check-upnya besok kok. Nanti sekalian mama konsultasi juga."

"Iya, boleh. Kan kita selalu pergi bareng...."

"Makasih ya Pa. Maaf udah bikin papa khawatir. Bye..."

Penyebutan "papa" dan "mama" dalam panggilan itu terasa menyesakkan bagi Dimas.

"Siapa dia?"

Nada dingin suara Dimas mengagetkan Delia karena mood lelaki di hadapannya langsung berubah dengan drastis.

"Teman SMA-ku. Kenapa?"

"Nggak, aneh aja kalau temen manggilnya mama papa."

"Biasa aja. Karena dari dulu kita selalu begitu."

"Aneh buatku Delia. Sudah yuk, kita berangkat. Nanti aku dikira culik kamu sama si papa," kata Dimas sambil melenggang pergi.

Delia segera mengikuti Dimas keluar dan memasuki mobil Dimas.

Delia memberitahu Dimas alamat apartemennya dan setelahnya sepanjang perjalanan mereka saling diam. Dimas dan Delia tidak tahu harus memulai percakapan seperti apa.

"Terimakasih. Maaf sudah merepotkan," kata Delia.

Delia hendak turun dari mobil, namun Dimas segera menggenggam tangannya dan membuat jantung Delia berdebar sangat kencang.

"Aku ingin kamu segera ingat, aku tau aku egois, tapi aku sayang kamu Delia..."

Belum sempat Delia terlepas dari keterkejutannya akan kata-kata Dimas, ia langsung merasakan bibir Dimas di bibirnya, menciumnya dengan lembut.... Lalu melepaskannya dan menatap mata Delia dengan teduh sambil menyandarkan tangannya ke bahu Delia.

"Aku cuma ingin kamu tahu kalau kamu seistimewa itu buatku..."

~ups.... Sampai sini dulu okey 🤭
Yg lihat komen dong.... 😊~

Did we met before?Where stories live. Discover now