NOVELTY 03: Pemahaman

301 43 26
                                    

Jangan lupa vote dan komennya bilamana kalian berkenan 💙💛

ⓝⓝⓝ

Arsen

"Sen," kata Pak Johan selaku kepala panitia yang mengikutsertakan anak-anak Bhimaraja dalam acara Sukabumi Words Day

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sen," kata Pak Johan selaku kepala panitia yang mengikutsertakan anak-anak Bhimaraja dalam acara Sukabumi Words Day. "Gimana perkembangan anak-anak?"

"Sejauh ini tinggal revisi doang, sih Pak. Saya usahakan dua bulan lagi kita siap tampil di sana." Saya menjelaskan ramah. "Cuma paling saya agak khawatir saya tim penulis puisi."

Beliau berhenti menulis laporan. Matanya yang semula jatuh pada kertas yang dijepit oleh papan dada kini menatap saya khawatir. "Kenapa?"

"Ratna," ucap saya hati-hati. "Dia tiba-tiba mengundurkan diri."

Air muka Pak Johan sontak berubah di detik yang sama. "Kamu serius Sen? Ratna itu juara bertahan kita loh, kenapa bisa?"

"Bentrok sama jadwal sidang dia, Pak. Apalagi katanya dia lagi kurang sehat." Saya menjabarkan alasannya. Setidaknya itu alasan yang saya terima. "Tapi saya punya penggantinya."

"Siapa?" Jelas saja kalau Pak Johan terdengar antusias. Karena se-antero kampus ini tahu kalau Ratna itu adalah juara umum sastra dari SMA. Katanya dia juga pernah berkolaborasi dengan penyair terkenal, saya lupa namanya.

"Ellen, Pak."

Sukses, ucapan saya sukses membuat pulpen di tangan Pak Johan jatuh ke atas meja. "Kamu gak lagi bercanda 'kan Arsen? Bukannya saya gak percaya, cuma bagaimana ya? Kamu tahu sendiri kan kelakuan mahasiswi kamu yang satu itu? Hobinya datang telat, SKS dia bolong, absen dia juga kurang meyakinkan. Saya heran kenapa dia mau aja masuk fakultas kedokteran kalau attitude-nya kayak gitu."

Pak Johan benar. Karena saya pribadi pun kurang percaya pada Ellen.

Kesan pertama itu adalah yang terpenting bukan? Nah, masalahnya di sini, Ellen sama sekali tidak memberikan saya kesan yang baik dari hari pertama kita masuk.

Sudah datang terlambat, mengumpulkan tugas seenak hati, di kelas pasif, saat presentasi mengantuk.

Apa yang bisa diharapkan dari mahasiswi kedokteran yang menganggap kampus seperti rumah neneknya?

Apa kalian pernah menemukan seorang gadis tidur di depan pintu toilet? Saya pernah.

Apa kalian pernah menemukan seorang gadis lupa nama latin tulang manusia di saat seharusnya dia bisa menyebutkan semua nama itu dengan satu tarikan napas?

Saya kadang tidak mengerti apa motivasi dia masuk ke Bhimaraja khususnya fakultas kedokteran di saat dia lebih cocok menjadi penjaga warung.

"Abdan? Gimana Abdan? Bulan lalu dia baru meluncurkan bukunya. Keren loh, saya udah baca." Pak Johan mengajukan alternatif lain dengan mengajak siswa berprestasi yang lain.

NOVELTYWhere stories live. Discover now