NOVELTY 15: Asal Jangan Berhenti

193 28 131
                                    

Like dan komen kalau kalian suka! 💛💙

ⓝⓝⓝ

Arsen

Bandung dini hari, saya terbangun di jam satu malam bukan terbangun sebenarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bandung dini hari, saya terbangun di jam satu malam bukan terbangun sebenarnya. Lebih ke arah tidak bisa tidur, akhir-akhir ini memang saya sering tidak bisa tidur. Tidak tahu apa yang menganggu pikiran saya, yang jelas pikiran saya kacau dari kemarin.

Lalu akhirnya saat memutuskan keluar kamar, saya mendapati Ayah sedang duduk sendiri di ruang tengah, tidak ada kopi, tidak ada koran apalagi TV menyala.

Ayah sendirian di sana.

Ah, saya memang tidur di rumah Ayah dari kemarin, keputusan yang berat memang untuk kembali meninggalkan Esa sendirian di Antapani seorang diri. Namun mau bagaimana lagi? Sebuah kemustahilan untuk mengajak Esa tinggal di sini.

"Belum tidur kamu Arsen?" tanya Ayah saat menyadari keberadaan saya.

"Belum," jawab saya sekenanya.

Tanpa sadar saya duduk di hadapannya, kami berdua sama-sama diam di bawah sorot redup salah satu lampu ruang tengah. Saat Ayah sibuk merenung, saya sibuk memandangi wajahnya.

Ada gurat lelah di sana.

"Bagaimana adik-adikmu?"

Hati saya rasanya seperti dicubit mendengar pertanyaan tadi. Namun yang saya bisa lakukan hanya tersenyum.

"Esa sudah pulih," jawab saya. "Dinan kembali ke Sukabumi kemarin."

"Jaga adik kamu betul-betul," katanya.

Saya kembali tersenyum. "Iya."

Lalu bagaimana dengan saya, Ayah? Kenapa hanya kabar mereka yang Ayah tanya?

Saya juga tidak baik-baik saja selama ini, saya berdarah selama ini, Ayah.

"Karena kamu sudah besar, Ayah percaya kamu baik-baik saja

Saya kembali tersenyum.

"Ayah tidur dulu."

Tidak saya jawab ucapannya, tidak juga saya berikan respon signifikan terhadapnya.

Saya hanya terlalu lelah tidak dipedulikan.

ⓝⓝⓝ

"Pak terkait pengembangan karakter yang Bapak suruh kemarin baiknya digali di mananya ya?" tanya Wini, mahasiswi ekonomi yang kebetulan ikut acara Sukabumi Words Day.

"Dalam pengembangan karakter itu, kamu harus membuat pembaca seolah kenal dengan karakter kamu. Misal dia cacat, jelaskan kenapa dia cacat, apa kesusahannya. Kenapa dia bisa sampai cacat. Sekarang gak lucu 'kan kalau di pertengahan cerita tiba-tiba ada konflik tanpa premis?" jelas saya perlahan.

NOVELTYWhere stories live. Discover now