NOVELTY 22: Baginya, dirinya

133 19 142
                                    

Ellen

Kalau orang lain bertanya, kenapa bisa seorang Ellen Navida begitu lama menyelesaikan kuliahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau orang lain bertanya, kenapa bisa seorang Ellen Navida begitu lama menyelesaikan kuliahnya. Gue hanya punya satu jawaban.

Biar mereka tau.

Iya, itu doang. Karena gimana ya, ketika ucapan dan perbuatan gue udah gak bisa menyadarkan ketidaksukaan gue terhadap sesuatu pada semua orang, yang bisa gue lakukan hanya diam.

Biar mereka tahu kalau gue udah jengah sama semua tuntutan yang acap kali jatuh di atas kepala gue. Entah itu pertanyaan kapan lulus, mau magang di mana, IPK semester kemarin berapa atau malah yang lebih parah mereka dengan seenaknya nyuruh gue ngambil S2 setelah lulus S1 nanti.

Insane.

Pengen deh rasanya gue tarik kuping orang-orang itu, dan gue bisikin ke kuping mereka.

"Kenapa gak lo aja yang kuliah bangsat?"

Tapi gue gak cukup berani untuk melakukannya karena anjir, salah satu dari mereka itu nyokap gue. Bisa mendadak jadi candi gue kalau beneran ngelakuin itu ke nyokap gue sendiri.

Dan ujung-ujungnya gue selalu malu dan bingung ketika ada dosen atau orang lain bertanya apa motivasi gue masuk kedokteran. Mungkin hampir semua teman-teman seangkatan gue bakal menjawab dengan bangga kalau masuk FKD adalah mimpi, passion, cita-cita mereka.

Mereka enggak akan kehabisan kata ketika ditanya tentang itu. Mereka bakal menjawab semuanya tanpa koma, tanpa jeda, tanpa banyak berpikir.

Dan gue kebalikannya, gue malah gak tahu harus menjawab apa ketika orang-orang nanya apa motivasi gue masuk FKD. Gue seolah menjadi orang bisu nan bodoh, pikiran gue seketika buntu gue gak bisa berpikir barang sedikit pun.

Karena selama gue hidup, gue gak pernah benar-benar hidup atas keinginan gue sendiri.

Gue hidup atas keinginan orangtua gue.

Jangan kalian pikir tekanannya hanya itu aja. Masih banyak cuy.

Saking tertekannya gue, kadang gue suka ketawa lalu gak lama nangis di kamar mandi kalau rumah lagi sepi. Gue bisa tertawa sampai keluar air mata dan ketawa sampai habis napas.

Gak tau kenapa.

Gue kira tekanan itu akan berakhir ketika gue mengalah untuk mengikuti saran Mamah untuk masuk FKD di Bhimaraja, gue kira gue akan dibebaskan dari semua tuntutan yang selama ini menggelayut santai di kedua pundak gue dari SD.

Lucunya dugaan gue salah, ketika hari pertama masuk kuliah gue sudah dibanjiri berbagai pertanyaan yang bahkan gak mau gue jawab.

'Ellen, gimana kuliahnya?'

'Kamu udah belajar apa aja?'

'Dosen nanya apa aja ke kamu?'

Gak ada pertanyaan apakah gue capek atau enggak.

NOVELTYWhere stories live. Discover now