2. Midnight

1.2K 130 27
                                    


Mendengar cerita dari banyak para mahasiswa mereka mengisahkan bahwa skripsi adalah musuh sebenarnya dan harus ditaklukan. Sama seperti Jeanne yang sedari tadi menatap Jam dinding bergantung diam di atas TV. Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi namun sesi revisi belum dapat ia tutup.

Ini sudah hari ke tiga Jeanne pindah di apartemen barunya dan selama itu pula ia bergadang untuk menyelesaikan revisinya.

Mata berkantungnya menatap kosong dengan lingkaran hitam yang sudah sangat parah. Ia bingung karena sedari tadi suara bayi menangis dari ruang sebrang yang tak kunjung berhenti. Oh sungguh ia sangat ingin fokus dan menyelesaikan tugasnya supaya ia bisa tidur.

"Si Adek kenapa kok dari tadi nangis ya?" Mata kosongnya berganti dengan tatapan bingung.

Dengan segenap energi yang tersisa dan modal keberanian yang ia kumpulkan selama berjalan ia pun mengetuk pintu tetangganya tersebut.

"Permisi." Tak ada jawaban.

"Iya" namun tak lama pintu terbuka menampakkan sang pemilik dengan bayi kecil digendonganya.

"Apa adiknya baik-baik saja?" Jea segera mengalihkan pandangannya kearah sang bayi.

"Ah, maaf saya minta maaf pasti tangisan Jisung mengganggumu." Pria bernama Johnny itu menundukkan kepalanya singkat tanda meminta maaf.

"Ah tidak-tidak, maksud saya kalau adiknya tidak baik-baik saja mungkin ada hal yang bisa saya bantu." Jea mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi sang bayi. Dan benar dugaannya sang bayi memang haus.

"Ah iya saya sedang merebus air untuk membuatkan susu Jisung." Jawab ayah sang bayi saat melihat respon anaknya.

Namun saat hendak menutup pintu sang bayi kembali menangis kencang. Ditambah sang anak bayi lainnya menangis sambil berjalan mencari sang ayah.

"Ah boleh saya bantu?"

"Apa tidak masalah?"

"Sini baby sama kakak." Jea menggendong Chenle yang sedang menarik-narik celana tidur sang ayah. "Chaa... Baby, why you are crying too, hmm?"

"You want some milk? Let's me make it for you too." Jea berjalan mendahului sang pemilik rumah dan menuju suara rebusan air yang berisik lalu mematikan apinya.

Dengan telaten Jea membuatkan dua botol susu untuk kedua bayi yang sedang ditenangkan oleh sang Daddy.

Jea memberikan dua botol tersebut pada masing-masing bayi. Duduk disofa Johnny sangat telaten memberikan susu formula tersebut pada baby Ji. Jea yang duduk di karpet dan bersandar di sofa tengah asik mengusap kepala bayi yang sedang meminum susu sambil tidur dipangkuannya. Mata Chenle terlihat mulai memberat dan itu pertanda baik.

"Maaf ya kalau tangisan anak-anak saya mengganggu tidur kamu." Itu suara Johnny yang tiba-tiba memecahkan suasana hening.

"Ah tidak apa Pak, saya paham pasti sulit merawat anak apalagi masih kecil." Jea mendongak melihat Johnny.

"Maaf, tapi apa bapak merawat adik-adik ini sendiri? Maaf jika saya lancang." Ia kembali menunduk.

"Iya, benar. Tak apa, semua yang tinggal apartemen ini tahu kalau saya single parent." Johnny melihat wajah mengantuk Jea semakin serius.

"Apa kamu bergadang sepanjang malam? Ah apa ini karena baby Ji yang rewel?"

"Ah bukan Pak. Ini karena saya harus menyelesaikan skripsi saya sesuai target jadi saya bergadang. Bukan karena baby Ji or baby Le." Jawab Jea cepat tak ingin ada salah paham.

"Ah syukurlah. By the way the babies sleep already. Tunggu sebentar biar saya baringkan baby dulu." Tak lama John keluar dari kamarnya dan mengambil Chenle dari gendongan Jea.

Babies Need You | Johnny Seo Ft Nct Dream Ot7Where stories live. Discover now