14. Not Really

413 58 10
                                    

Pagi yang begitu rumit datang di pikiran Jeanne. Ia menatap lirih pintu abu-abu apartment tetangga depannya. Pikirannya tertarik kebelakang pada kejadian semalam. Bagaimana keadaan tetangganya itu? Apa tanpa Jisung ia baik-baik saja?

Namun lagi, ia hanya bisa mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu itu. Jea menghembuskan napasnya berat lalu memilih untuk masuk ke apartemen sehabis membuang sampah.

Jea baru saja berbalik saat pintu apartemen dihadapannya tadi terbuka.

"Ah Jea."

Jea berbalik untuk menemukan sumber suara.

"Ya?"

Kedua mata canggung itu bertemu dan saling terpaut beberapa saat.

"Ah, bagaimana dengan Jisung?" Tanya Johnny ragu. Namun sebelum itu ia sadar akan kelancanganya. "Maksud saya, maaf telah merepotkan-mu. Dan terima kasih."

Jea tak berekspresi lebih ia hanya menjatuhkan pandanganya karena terasa kikuk. Ia memberanikan diri untuk mendongak dan mengatakan yang sesungguhnya.

"Jisung baik-baik saja dan dia tidur dengan tenang semalam."

"Ah maaf jika saya membuatmu kesulitan. Tapi bolehkah..."

"Apa? Menitipkan Jisung lagi? Apa kau pikir adikku tidak punya pekerjaan lain?"

"Abang!"

"Apa?"

"Biar Jea yang urus ini." Jawab Jea menenangkan Kun yang tengah menggendong Jisung.

"Jea..."

"Kakak urus saja urusan kakak saat ini. Jisung masih dalam tanggungjawab saya. Jadi Jisung akan aman bersama saya."

"Dasar." Kun memilih masuk duluan dengan menimang kecil jisung yang masing mengenyot susu pada dotnya.

"Tapi..."

"Sekarang kakak hanya perlu menyelesaikan urusan ini."

"Jea."

"Saya tidak terima ucapan terimakasih atau maaf. Karena dengan kata itu pun waktu saya yang terbuang tidak akan kembali." Jea mantapkan dirinya lalu menatap manik Johnny yang tertunduk.

"Maka dari itu saya minta kakak membayar ini dengan menyelesaikan masalah ini dan kembalikan lagi senyuman anak-anak."

Johnny menegakkan pandanganya untuk menatap Jea karena ucapannya tadi. Senyumnya terpatri kokoh. Menatap Jea lekat.

"Pasti, saya janji." Ucap Johnny tegas lalu melanjutkan langkahnya untuk pergi. Begitu pula dengan Jea yang memilih untuk menekan password pintu apartemen miliknya.

"Jea." Merasa terpanggil Jea menoleh pada sumber suara. Tepatnya pada Johhny yang tersenyum pasti di ujung lorong.

"Akan saya pastikan waktu dan tenagamu terbayar." Johnny berteriak mantap kearah Jea yang sudah kembali menatap pintu.

Tanpa Jea sadari ada seberkas senyum dibibirnya.

"Aku pasti sangat menantikannya kak."

🍃🍃🍃🍃

Suasana tegang mengekang sangat terasa dalam ruang berisikan belasan orang itu. Meja panjang dengan jajaran kursi disampingnya nampak penuh dengan berkas-berkas berbandel. Mimik kelu, bingung, gugup, dan setengah frustasi terpampang jelas di wajah mereka.

"Dapat!!"

Suara teriakan memecah pengang rumit dikepala para bapak-bapak petinggi perusahaan yang sedang berkumpul itu.

Babies Need You | Johnny Seo Ft Nct Dream Ot7Where stories live. Discover now