cuplikan ending

1.9K 53 3
                                    

#SUAMIMU_CANDU_UNTUKKU

Cuplikan Ending

Aku membuka mata saat merasakan kepalaku berdenyut nyeri. "Aduh!" Aku bergumam sambil berusaha memegang kepala. Aku tertegun saat terlihat di tanganku terpasang jarum infus. Segera kubuka mata lebar-lebar dan melihat sekeliling ruangan.

"Aku di rumah sakit? Hah? Mas Aldi? Ya Allah, tadi kami kecelakaan? Bagaimana kondisi Mas Aldi?" Panik, aku langsung berusaha duduk. Melepas jarum infus dan selang oksigen yang terpasang di hidung.

Badanku terasa sakit semua, tetapi aku tak peduli. Aku harus mencari tahu kondisi Aldi. Bagaimana kondisinya saat ini?

"Ibu sudah siuman?" Aku menoleh saat mendengar suara perempuan bertanya padaku. Ternyata seorang perawat.

"Iya, Mbak. Bagaimana kondisi suami saya, Mbak?" tanyaku langsung.

"Saya akan hubungi keluarga Ibu dulu, ya! Ibu istirahat dulu!" titahnya.

"Suami saya enggak di sini?" kejarku.

"Sebentar, ya, Bu! Saya hubungi dulu."

Aku menurut untuk tetap duduk. Apalagi ada beberapa luka di tubuhku. Membuatku tak leluasa bergerak.

Tak berselang lama, kulihat Ibu masuk bersama dokter dan beberapa perawat. Wajah Ibu terlihat kusut dan matanya bengkak. Ah, Ibu selalu berlebihan mengkhawatirkanku.

"Dona, kamu sudah siuman, Nak?" tanya Ibu sambil berlari kemudian menghambur memelukku. Lama. Ibu terisak. Bahkan sesenggukan dalam pelukanku.

"Dona enggak kenapa-kenapa, Bu. Ibu enggak usah nangis gini!" pintaku sambil berusaha mengurai pelukan kami. Namun, Ibu justru semakin mengeratkan pelukan dan terus menangis. Akhirnya aku pasrah saja.

"Bu, maaf, kami periksa Ibu Vanesa dulu ya!" pinta dokter.

Ibu akhirnya mengurai pelukan kami. Dokter memeriksa kondisiku. Dan ajaibnya tak ada luka serius bahkan aku diizinkan untuk pulang.

"Mas Aldi mana, Bu?" tanyaku setelah dokter dan para perawat pergi.

"Di rumah," jawab Ibu dengan suara sengau karena masih saja menangis.

"Alhamdulillah, Mas Aldi enggak kenapa-kenapa," gumamku. "Sudah, dong, Bu! Jangan nangis terus. Dona baik-baik aja!"

Ibu hanya mengangguk dan mengusap air matanya yang terus mengalir. Kami pulang di jemput sepupu Aldi. Setelah ia mengurus administrasi dan sebagainya, kami pulang. Dalam perjalanan Ibu menyuruhku tidur. Aku menurut saja karena aku juga ngantuk dan badanku terasa sakit semua.

"Don, kita sudah sampai." Aku mengerjap saat mendengar suara Ibu. Kusipitkan mata karena silau.

"Kok, parkir di sini, Om?" tanyaku pada Ibram, sepupu Aldi. Aku memanggilnya Om, panggilan dari Alisa sebenarnya.

"Iya, Mba."

Aku tertegun saat melihat banyak orang berdatangan ke rumah melalui sepion. Penasaran aku melihat ke belakang. Jantungku berhenti berdetak saat melihat bendera putih di samping pagar rumah.

Bendera putih?

Tuhan, benarkah itu bendera putih di depan rumahku?

Tidak! Tidak! Pasti salah. Tidak! Tidak! Tidak!

Tanpa bantuan Ibu aku langsung turun dari mobil. Mataku masih fokus pada bendera putih bertuliskan lelayu yang berdiri di samping pintu pagar.

Tertatih aku mendekati bendera itu. Tuhan, tidak! Ini tidak mungkin! Tidak! Aku salah lihat, kan? Iya, kan? Tuhan, aku salah lihat, kan?

Aku seperti melayang. Kakiku serasa tak menginjak bumi. Aku tak bisa merasakan apa-apa. Bahkan saat Ibu meraih tubuhku yang sedetik lagi ambruk.

"Dona!"

Aku tak peduli saat beberapa orang memapahku untuk memasuki pekarangan rumah. Pikiranku kosong. Aku menolak untuk berpikiran buruk tentang apa yang saat ini aku lihat.

Tenda terpasang di halaman rumah. Deretan kursi di duduki orang-orang yang kini semua menatapku. Aku tak peduli. Pasti ini cuma mimpi.

Lanjutannya di KBM App dan Joylada ya say, sudah tamat yaa..
Semoga tulisan ini bisa memberi pelajaran untuk kita semua.
Terima kasih..

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SUAMIMU CANDU UNTUKKUWhere stories live. Discover now