Bagian 5

6.9K 235 0
                                    

Sayup-sayup kudengar tawa Alisa. Kupercepat langkah memasuki rumah, hasrat untuk memeluknya menyesakkan dada.

"Mama!" riangnya sambil menghambur ke tubuhku.

"Emmh ... ." kucium pipi dan keningnya dengan gemas.

"Ada Uti loh Ma, Lisa dibeliin ini Ma!"

Setiap kata yang terucap dari bibir mungilnya menggambarkan kebahagiaan yang ada di hatinya. Betapa tidak? Mamanya pulang cepat, Papa dan Utinya juga di rumah. Tak tega rasanya kalau nanti harus kutinggalkan dia.

Tangan mungilnya menuntunku ke sofa, boneka bear warna pink besar di samping Ibu mertua. Ibu mertua tersenyum melihat ulah Alisa. Di sebelahnya ada Aldi dengan ponsel di tangannya.

"Sudah dari tadi, Bu?" tanyaku basa-basi.

Beberapa saat setelah ngobrol panjang lebar dengan ibu mertua, aku ke kamar.

Sebuah koper besar tergeletak di kasur king size kami. Ada beberapa bajuku tertata rapi di dalamnya.

"Aku sudah mengemasi barang kita."

Suara yang begitu akrab di telinga membuatku mengalihkan pandangan.

Setiap bepergian memang Aldi yang selalu mengemasi bawaan kami. Dia tahu aku benar-benar tak bisa diandalkan soal hal satu ini. Ingatanku benar-benar payah. Makanya kalau aku yang packing pasti ada saja barang yang ketinggalan.

Senyum menawan Aldi terkesan jahil padaku, "Hhhmmm kayaknya sesuatu ini," candaku.

"Kita berangkat sekarang ya!" ucapnya tak meladeni gurauanku.

Sepanjang perjalanan kami lebih banyak diam. Hanya sesekali aku bicara walaupun kadang tak diresponnya. Aku bingung mencari topik yang menarik, Aldi seperti tidak tertarik dengan topik-topik yang aku bahas.

Ponsel di tasku sejak tadi bergetar, rupanya Damar yang menelepon. Kulirik Aldi, tapi seperti tak memperhatikanku.

"Ya," ucapku menerima telepon Damar.

"Kamu jadi pergi?" tanyanya.

"Iya," jawabku singkat takut Aldi curiga.

"Aku ambil cuti besok, sampai ketemu Sayang."

Kata-katanya membuat nafasku tercekat dan mataku membelalak tak percaya. Benar-benar nekat manusia satu ini.

"Siapa Mbul?" tanya Aldi kemudian.

"Oh, e e temanku Mas." jawabku gugup sambil kembali memasukkan ponsel ke tas.

"Kenapa sampai kamu bengong gitu?" selidiknya.

"Eemmh itu ... Emmh apa namanya? Eemh ... ." Otakku benar-benar tak berfungsi. Aku bingung harus jawab apa.

"Kenapa?" tanyanya kemudian.

"Kecelakaan Mas," jawabku asal.

Kami kembali terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Mungkin Aldi tak percaya dengan jawabanku. Tapi ya sudahlah, aku juga bingung mau jawab apa.

.

Mobil kami memasuki sebuah hotel mewah setelah menempuh perjalanan selama dua setengah jam kurang lebih. Kugandeng lengan Aldi menuju resepsionis.

Seorang wanita cantik menyambut ramah kami. Setelah cek in kami diantar ke sebuah executive suite room. Ingin rasanya aku segera berendam di Bathtub.

Aldi segera mencuci tangan dan kakinya setiba di kamar. Aku bersiap berendam merilexkan badan sambil bercermin membungkus rambutku. Tahu-tahu Aldi menarik lenganku berbalik menghadapnya. Wajah kami sangat dekat. Bahkan aku bisa merasakan hangat nafasnya. Tanganku melingkari lehernya dan tangannya melingkari pinggangku.

SUAMIMU CANDU UNTUKKUWhere stories live. Discover now