5. Rencana

23K 2.5K 66
                                    

**
Saat ini di rumah mewah milik David Armstrong terdapat tiga orang dewasa yang sepertinya tengah membahas sesuatu yang penting.

"Mommy sangat tidak menyangka kalau Axell dan Vina akan seegois itu, bagaimana bisa mereka lebih mementingkan keegoisan mereka sendiri tanpa memikirkan nasib anak-anak mereka. Apa lagi itu si Vina, bagaimana bisa dia membawa Saga tapi meninggalkan Naja, ibu macam apa itu?"ucap Helvanda. Wanita tua itu sepertinya sangat kesal dan marah dengan kelakuan anak dan menantunya itu.

"Tapi menurut Givan ini semua berawal dari Axell, coba Mommy pikir wanita mana yang tahan kalau suaminya ternyata berselingkuh dan memiliki anak dengan wanita lain, terlebih lagi anak itu sudah seusia dengan Naja jadi bisa Mommy bayangkan sudah berapa lama si brengsek itu main api di belakang istrinya dan kita"sahut Gavin yang tak kalah menggebu-gebu. Yah, mereka memang sudah mengetahui semuanya dari Axell sendiri.

Axell tadi sempat menelpon Givan dan menjelaskan semuanya tetapi ia mengatakan bahwa ia tidak bisa untuk datang ke rumah mereka hari ini dikarenakan ada urusan mendesak, Gavin dan kedua orang tuanya yang mendengar alasan Axell itu tentu saja merasa geram, emangnya hal apa yang lebih penting dari Naja? Pikir mereka.

Helvanda yang memang tidak menyukai istilah pelakor membuatnya langsung membenci istri baru dari Axell itu walaupun ia belum pernah berhadapan secara langsung tetapi penilaiannya langsung buruk terhadap Lisa. Wanita tua yang sudah memiliki banyak cucu itu tentu saja terus melontarkan kata-kata kasarnya karena menurutnya Axell sudah sangat berani membantah perintah mereka dan itu pasti karena wanita itu.

"Sudahlah tidak usah berdebat, karena menurut Daddy ini semua karena mereka berdua yang sama-sama salah karena lebih mementingkan ego dari pada perasaan anak-anak"sahut David yang mulai jengah karena sedari tadi kedua anak dan ibu itu terus berdebat seraya mengungkapkan opini mereka.

Tidak lama setelah David selesai bicara terdengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga, mereka yang mendengar itu langsung menolehkan pandangan mereka menuju anak tangga itu yang ternyata adalah ulah dari Naja. Gadis itu tampak segar setelah mandi tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa mata gadis itu sembab dan bengkak, belum lagi dengan hidung merahnya yang terus-menerus mengeluarkan cairan. Yah tidak salah lagi gadis itu pasti habis menangis di kamar mandi sehingga membuatnya terserang flu karena terlalu lama di bawah guyuran air shower.

Menyadari itu membuat Givan dan kedua orang tuanya tersenyum miris, bagaimana bisa ada orang tua sekejam Axell dan Vina yang tega membuat hati kecil gadis cantik ini terluka begitu dalam, pikir mereka.

"Naja laper gak? Kita makan dulu yuk?"ucap Helvanda dengan lembut ketika Naja sudah duduk di sampingnya lalu menyenderkan kepalanya di bahu wanita tua itu.

"Enggak Oma, Naja capek tapi gak bisa tidur"ucap Naja dengan lirih. Helvanda yang mendengar itu pun lagi dan lagi hanya bisa tersenyum seraya mengelus rambut panjang Naja dengan sayang.

"Yaudah kalo gitu Naja tidur aja disini nanti biar Papi yang gendong Naja ke kamar"ucap Givan yang entah sejak kapan sudah berpindah duduk menjadi di samping Naja seraya ikut mengelus singkat rambut Naja yang hanya dibalas anggukan singkat oleh Naja.

Naja memang dekat dengan Givan bahkan ia ikut memanggil Givan dengan panggilan Papi sama seperti panggilan Givan dihadapan anak-anaknya sendiri karena memang sejak kecil Naja sering di titipkan oleh kedua orang tuanya di rumah Givan ketika kedua orang tua nya harus melakukan perjalanan keluar kota.

"Apa Naja kita bawa ke luar negeri aja ya? Soalnya kalo dia disini terus dia bakalan keinget terus sama kejadian hari ini, Mommy gak mau Naja sedih terus apalagi kalo sampe depresi lagian beberapa hari lagi mommy sama Daddy juga bakalan keluar negeri buat liburan jadi Naja bisa bareng aja sekalian atau kalo perlu kita tinggal aja disana"ucap Helvanda mengucapkan keluh-kesahnya, wanita tua itu sangat takut jika cucu tersayang nya itu akan mengalami depresi atau gangguan mental lain karena orang tua egoisnya.

"Givan setuju mom karena bagaimanapun kesehatan Naja itu yang paling penting"ucap Givan.

"Tapi kita juga harus meminta pendapat Naja terlebih dahulu"ucap David seraya menatap Naja yang sepertinya sudah tertidur pulas dengan kepala yang kini sudah berada di paha Givan karena gadis itu cukup tau bahwa Oma nya tidak akan kuat untuk menahan lebih lama kepalanya di bahu Oma nya itu.

"Naja mau kok ikut Oma sama Opa keluarga negeri tapi bukan untuk liburan tapi belajar mengelolanya perusahaan milik Papa yang nantinya akan diwariskan kepada Naja"ucap Naja dengan lirih yang mampu membuat mereka semua terdiam dengan pikiran yang sudah kemana-mana.

Dandelion Where stories live. Discover now