57. Konspirasi

8.3K 821 42
                                    

**

Disebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat canggih terdapat seorang gadis yang berjalan dengan tergesah-gesah menghampiri dua orang yaitu seorang lelaki paruh baya yang menggunakan baju khas seorang ilmuwan dengan rambut yang sudah memutih dan tak lupa dengan jenggotnya yang ikut memutih. Disampingnya berdiri seorang gadis yang merupahkan anak dari ilmuwan itu yang juga memakai baju khas seorang ilmuwan yang sangat menyatu dengan rambutnya yang keriting dan kaca matanya yang tebal.

"Bagaimana bisa?." Ucap Naja dengan nada yang masih berusaha ia buat setenang mungkin agar tidak mengeluarkan suara keras yang nantinya akan menyakiti kedua orang yang sudah menjadi patnernya ini.

"Maaf, nona. Maafkan saya yang tidak becus ini. Ini semua salah saya." Ucap Fedrick, ilmuawan yang sudah menjadi patner Naja selama beberapa minggu ini. Lelaki paruh baya itu terus saja melakukan permohonan maafnya kepada Naja.

Lilies, anak dari Fedrick yang melihat ayahnya yang terus menerus memohon maaf kepada Naja langsung bersimpuh dihadapan Naja. "Tidak Nona, ini murni karena kecerobohan saya yang membiarkan tuan Axell masuk keruangan ini dengan alasan perintah dari tuan besar. Maafkan saya Nona, saya pantas dihukum." Ucap Lilies dengan bersimpuh dihadapan Naja.

Naja yang melihat itu langsung saja mundur dan mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi. Bagaimana tidak, tadi setelah berurusan dengan Galaxy tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari Mr. Jhon yang menyatakan bahwa sistem di laboratorium tempatnya melakukan eksperimen yang akan ia tandingan di pertandingan tander itu tiba-tiba saja mengalami eror. Kemudian setelah diatasi ternyata sistem mereka disabotase yang membuat semua data mereka menghilang sehingga sebuah eksperimennya yang sudah mereka pikirkan dan rancang selama seminggu ini hilang dengan begitu saja.

"Mr. Jhon!." Teriak Naja yang membuat Mr. Jhon yang awalnya berada diluar ruangan langsung bergegas masuk menghadap Naja. "Saya Nona." Ucap Mr. Jhon.

"Coba jelaskan apa yang Anda dapatkan!" Perintah Naja. "Izin Nona, berdasarkan Cctv yang sudah kami pulihkan karena tadi sempat mengalami kerusakan yang kami duga memang sengaja dirusak. Pada sekitar tiga jam yang lalu tuan Axell datang kesini bersama kedua bodyguardnya untuk mengantarkan makanan dan keperluan sehari-hari anda seperti kasur, bantal, selimut, obat-obatan, dan pakaian. Ia berkata bahwa semua itu atas perintah dari tuan besar sehingga membuat Lilies mau tidak mau mempercayainya. Namun, sayangnya saat itu terjadi tuan Fredrick tengah keluar sehingga hanya tersisah Lilies saja didalam ruangan."

"Mungkin karena Tuan Axell yang terus menerus berusaha mengalihkan perhatian Lilies sehingga membuatnya kecolongan, ada seorang bodyguard tuan Axell yang mengotak-atik device kita sehingga terjadilah hal seperti ini." Jelas Mr. Jhon. Naja yang mendengar penjelasan itu tentu saja menjadi murka. "BANGSAT KAU AXELL!". Pekik Naja.

Saat sedang tegang-tegangnya tiba-tiba saja handphone Mr. Jhon berbunyi sehingga membuat lelaki itu pamit undur diri sebentar. Kemudian setelah beberapa menit lelaki itu kembali lagi dengan wajah tegangnya. "Nona gawat!. Saya mendapatkan kabar bahwa Tander itu dimajukan menjadi satu bulan. Dan-" ucap Mr. Jhon yang napak takut-takut untuk melanjutkan ucapannya.

"Lanjutkan Mr. Jhon." Ucap Naja dengan nada yang ditekan berusaha untuk mengontrol emosinya yang sangat jarang meluap-luap seperti ini.

"Dan yang lebih gawatnya, ternyata hari ini salah satu perwakilan dari perusahaan Layti Company tengah melakukan survey diperusahan-perusahaan yang mengikuti Tander." Ucap Mr. Jhon yang masih dengan nada takut-takutnya untuk melanjutkan kata-kata terakhirnya.

"Jangan bilang kalo saat ini Tuan Axell dan Ayara tengah memamerkan hasil eksperimen milik kita kepada perusahan Layti Company!" Ucap Lilies dengan nada tidak percayanya. Namun semua itu terjawab dengan Mr. John yang menganggukan kepalanya.

"Iya, bahkan nona Ayara sekarang sudah mendapatkan nilai plus dari perusahaan Layti Company dan namanya di perusahaan mulai naik." Ucap Mr. Jhon dengan nada lesunya.

Sudah cukup!. Naja tidak tahan lagi dengan semua ini sehingga langsung saja gadis itu berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan itu dan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan miris. Naja langsung menaiki motor bebeknya lalu bergegas menuju kantor pusat.

Tidak memerlukan waktu lama akhirnya gadis itu sapai ketempat tujuan. Saat tiba tanpa memarkirkan motornya terlebih dahulu, langsung saja gadis itu menghentikan motornya tepat didepan pintu perusahaan tanpa memperdulikan tanggapan orang-orang ketika melihatnya yang datang dengan keadaan kacau dan emosi yang sangat kentara di wajahnya.

Saat sampai diruangan milik Axell tanpa menunggu lama langsung saja ditendangnya pintu itu dengan kencang sehingga menimbulkan suara yang sangat kencang oleh Naja. Saat melihat bahwa didalam ruangan itu terdapat Axell, Ayara, David, dan Givan langsung saja Naja menarik kerah baju Axell walaupun sedikit kesusahan dan kemudian memberikan sebuah bogeman. Naja tidak peduli kalau ia akan di cap sebagai anak durhaka karena menurutnya sangan tidak adil jika hanya ada sebutan anak durhaka, namun tidak ada sebutan untuk ayah durhaka.

Aksi dari Naja itu tentu saja mengagetkan semua orang yang berada disana terlebih dengan Naja yang tak henti-hentinya memukul wajah maupun tubuh dari Axell yang sudah tersungkur karena tidak siap dengan serangan tiba-tiba dari Naja.

"NAJA!."

"Ada apa ini Naja?."

" Naja berhenti!. Dia Papa, kamu!"

Teriakan dari semua orang itu tidak Naja hiraukan, sampai saat Givan yang menarik tubuh Naja dari hadapan Axell dan memeluk gadis yang sudah sangat murka itu.

"BANGSAT KAU AXELL!. Gue benci banget sama lo!." Teriakan dan berontakan Naja dalam pelukan Givan itu masih saja terjadi. Sedangkan Axell sudah dibantu untuk duduk kembali disebuah kursi oleh Ayara.

"Hey, ada apa ini sayang?. Coba atur napas dulu lalu baru cerita." Ucap Givan menenangkan Naja. Mendengar nada lembut dari Givan membuat Emosi Naja perlahan-lahan mulai terkontrol.

"Demi Tuhan Pi, aku benci banget sama dia. Kenapa sih aku harus jadi anak dari lelaki brengsek kayak dia!. Aku sungguh sial jadi anaknya, Pi. Aku malu punya Papa kayak dia!." Ucap Naja mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Tapi bagaimana pun dia Papa kandung kamu Naja, tidak seharunya kamu bertindak tidak sopan seperti itu dengan memukulinya sampai babak belur kayak gini." Ucap David yang berusaha untuk menasehati Naja, karena bagaimana pun ia tidak ingin karena dendam mebuat cucu nya itu menjadi buta dengan dosa.

"Opa gak ngerti persaan aku!. Opa tau, orang yang kata Opa itu adalah Papa aku itu dengan teganya mengambil ide anak kandungnya sendiri dengan membuat nama anak tirinya naik!." Ucap Naja dengan emosi yang kembali mulai terpancing. Bahkan ia dengan terang-terangan menunjuk wajah Axell yang meringis merasakan perih diwajahnya.

"Hanya karena itu saja?. Oh ayolah Melody Atnaja Armstrong, ide itu bisa dicari lagi dan Opa yakin semua keturunan Armstrong itu cerdas dan jenius. Kalau hanya masalah ide seperti itu saja Opa rasa itu mudah." Ucapan dari David itu langsung mendapat tatapan tidak percaya dari Naja. Bahkan Givan yang sedari tadi menenangkan Naja ikut kaget dengan jawaban dari Daddy nya itu.

"Hanya? Opa bilang Hanya?. Opa pikir ide itu bisa dalam semalam aja langsung ada?. Engga Opa!, aku bahkan sampai seminggu gak tidur karena mikirin konsepnya tapi dia dengan mudahnya mencurinya dan mengklaim itu milik anak tirinya. Sakit Opa!. Rasanya sakit banget!"

"Opa sama yang lainnya emang sama aja!. Kalian hanya melihat hasil dari usaha aku aja, tapi kalian gak melihat proses aku agar bisa mencapai hasil itu!" Lanjut Naja dengan Nada kecewanya lalu langsung melepaskan diri dari pelukan Givan dan langsung berlari meninggalkan kantor.

"Naja..." Ucap Givan yang ingin menyusul Naja tapi ditahan oleh David. "Biarkan saja dia menenangkan emosinya dulu, dan kalian berdua ikut keruangan Saya!" Ucap David dengan dingin lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

Dandelion Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora