2

92 26 3
                                    


Suasana Kafe Entropi malam itu cukup sepi. Hanya tiga orang pengunjung yang duduk di meja terpisah sambil menatap layar laptop masing-masing. Kursi-kursi dipenuhi tanda silang dan botol cairan pencuci tangan dipasang di setiap sudut. Hanya Kina dan Andrea yang duduk berhadapan secara diagonal sambil berbincang-bincang.

"Jadi, lo lagi jatuh cinta?" tanya Kina di antara alunan musik jazz instrumental.

"Ya, gue rasa gitu. Setelah sekian lama, akhirnya gue ngerasain hal kayak gini lagi," kata Andrea.

Kina menatap mata Andrea dalam-dalam. Gerakan kelopak matanya memang tidak biasa. Ia seperti malu-malu mengalihkan pandangannya, mencoba menghindari mata Kina yang mencoba membacanya. Kina sekarang percaya, Andrea tidak main-main. Ia memang sedang jatuh cinta.

"Setelah sekian lama, ya?" gumam Kina. Ia ingat bahwa sahabatnya ini bukanlah orang yang mudah jatuh cinta, terutama setelah perceraiannya tiga tahun lalu. Pernikahannya adalah sebuah keputusan yang dibuat dengan terburu-buru dan harus diakhiri dengan terburu-buru pula. Kina adalah orang pertama yang mendukung perceraian mereka, terutama setelah melihat beberapa luka memar di tubuh sahabatnya itu.

Mungkin trauma, mungkin apatis. Setelah perceraian itu, Andrea memutuskan untuk selalu menjaga jarak dengan lelaki mana pun, termasuk teman-teman kerjanya. Kina berpikir, mungkin sewajarnya ia ikut merasa bahagia karena Andrea mulai bisa menyembuhkan luka itu.

"Gue nggak bilang kalau gue mau punya relationship lagi atau semacamnya. Gue cuma ngerasa ... mungkin gue perlu merayakan perasaan ini. It's definitely a progress for me," ujar Andrea.

"It's okay to fall in love again," jawab Kina sambil menahan tawa.

Tak lama kemudian, malah tawa Andrea yang pecah. "Anjir! Kenapa gue norak gini? Jadi geli sendiri!"

"Jadi ... cowok itu siapa?" tanya Kina, memotong tawa Andrea.

Andrea menyebutkan sebuah nama: Ryan. Salah satu teman masa kuliah mereka yang setahun lalu muncul lagi saat acara reuni angkatan.

Kina ingat, pria itu menjadi pusat perhatian dalam sesi menyanyi karaoke. Suaranya yang fals dan lirik yang salah membuat semua orang mengira kalau ia sedang mabuk. Setelah berusaha keras mengingat dan membolak-balik buku angkatan, akhirnya mereka mengetahui siapa pria aneh itu. Ryan, pria kutu buku pemalu tampaknya telah berubah seratus delapan puluh derajat.

Ada banyak spekulasi di kalangan para alumni mengapa Ryan dapat berubah sedrastis itu. Salah satunya mengatakan, bahwa pada suatu waktu, Ryan pernah diculik UFO.

Kina menggigit chicken nugget-nya. Daging ayam itu terasa lebih pedas dari yang biasanya ia makan. Sambil menghabiskan makanannya, ia mendengar cerita Andrea tentang bagaimana ia terlibat kerja sama bisnis dengan Ryan setelah acara reuni selesai. Dari situ, hubungan mereka semakin akrab dan Andrea baru menyadari bahwa pria itu ternyata adalah sosok yang menyenangkan, bahkan mampu membuatnya merasa nyaman. Kina hanya mengangguk-angguk mendengar pengakuan itu.

Tak terasa, malam semakin larut. Para pengunjung kafe mulai pergi satu per satu. Protokol kesehatan mengharuskan kafe untuk tutup lebih awal dari biasanya. Menyadari hal itu, Andrea segera mengakhiri curhatnya.

"Thanks udah mau dengerin cerita absurd gue," katanya.

"No problem. Kalau kalian jadian, kabar-kabarin, ya?" pinta Kina.

Andrea hanya terkekeh mendengar permintaan itu. Mereka pun berpisah. Kina mengendarai sepeda motornya dengan agak cepat karena jalanan kota sudah lengang.

Ketika Kina tiba di gerbang rumah kos, jam tangannya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ini lebih larut dari yang ia rencanakan. Sejak dalam perjalanan pulang, pikiran Kina memang sudah tertuju pada deadline pekerjaannya. Bila matahari sudah terbit nanti, ia berjanji akan mengirimkan tulisannya melalui email kepada sang klien. Namun ketika hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift, suatu dorongan yang aneh menahan langkahnya.

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang