11

19 4 2
                                    

Berbanding terbalik dengan namanya, Dunia Guling adalah dunia tanpa malam hari. Setiap saat selalu siang, tapi tak pernah ada matahari yang tampak di langit, seolah langit dapat bercahaya sendiri dengan cahaya yang lembut lagi hangat. Buah-buahan tak pernah membusuk, tumbuhan tak pernah mati. Seolah tak ada entropi, kecuali kebinasaan yang dibawa Sang Guling itu sendiri.

Kina duduk termenung di dalam sungai yang jernih, membiarkan aliran air membasuh sekujur tubuhnya yang polos tanpa busana. Bahkan aliran air sungai yang menenggelamkan sebagian tubuhnya itu seolah sudah diatur agar memiliki suhu yang tepat demi kenyamanan dirinya. Pakaian tak dibutuhkan di tempat ini. Ia tak pernah kedinginan dan tak pernah kepanasan. Tak ada yang menyakiti tubuhnya dan tak ada yang perlu membuatnya merasa malu.

Entah berapa purnama telah berlalu sejak ia berhasil melarikan diri dari monster ular itu dengan cara mengorbankan Ryan. Ia sudah menjelajahi sebanyak mungkin dunia surgawi ini, tapi ia tak menemukan manusia selain dirinya.

Suatu ketika, ia penasaran dengan suara kicauan burung yang ia dengar dari pucuk-pucuk pohon di sekitarnya. Ia pun mengamati pucuk dan dahan pohon-pohon itu, tapi tak ada seekor burung pun yang ia lihat. Bahkan ia sengaja memanjat salah satu pohon yang suara kicauannya paling nyarin, tapi hingga di dahan tertinggi sekali pun, masih tak ada seekor burung sama sekali. Hanya ada suara. Tidak, bukan hanya suara. Ia seolah merasakan kehadiran burung-burung itu, tapi mereka sesungguhnya tak pernah ada.

Yang berkicau adalah dunia itu, bukan burung-burung. Ia pun tak benar-benar yakin apakah pohon-pohon dan rerumputan yang tumbuh subur di sekelilingnya benar-benar hidup sebagai organisme, ataukah mereka hanya hidup sebagai bagian dari sang guling. Ini adalah dunia tempat gejala-gejala berdiri sendiri dan hukum sebab-akibat tak berjalan dengan semestinya.

Sesekali ia juga mengunjungi tepi bukit tempat ia bisa menyaksikan lubang ke dunia luar, tapi ia sudah tak punya keinginan lagi untuk nekat melompat ke dalam lubang itu. Di sana, ia duduk dan mengamati bagaimana cuplikan kehidupan dari dirinya yang palsu. Ia melihat dirinya bersama Ryan palsu datang mengunjungi keluarganya, meminta maaf kepada ibunya dan mencoba merekatkan kembali hubungan mereka yang renggang. Mungkin tak lama lagi, kedua manusia tiruan itu akan menikah dan hidup bahagia selamanya, menjalani kehidupan yang diam-diam ia inginkan tapi tak pernah sanggup ia lakukan.

Pada suatu hari, saat ia sedang memandang ke dasar jurang dan mencari-cari jika masih ada potongan tubuh Ryan yang tersisa, ia justru melihat jasad manusia lain. Ia tidak dapat melihatnya dengan jelas dan ia tidak berniat untuk menyelidikinya, tapi dari bentuk postur tubuh dan rambutnya, ia dapat menduga bahwa itu adalah jasad Andrea. Entah kenapa jasad itu bisa ada di dunia ini. Mungkin ini cara Guling untuk menyembunyikan pembunuhannya dan menjaga agar skenario yang ia siapkan untuk dunia nyata dapat berjalan dengan semestinya.

Ia sempat putus asa ketika menyadari bahwa kehidupannya ternyata dapat berjalan lebih baik tanpa dirinya yang sebenarnya. Sesekali, ia akan mencoba mencabut nyawanya sendiri dengan menenggelamkan diri ke sungai.

Awalnya, sesuai dengan hipotesis yang ia bentuk sendiri dalam pikirannya, ia pikir ia tak akan bisa bunuh diri. Bukankah di dunia ini tak ada luka dan rasa sakit? Mungkin saja, ketika ia hampir mati kehabisan napas atau tenggelam, suatu keajaiban akan terjadi, misalnya ia tiba-tiba saja akan punya kemampuan bernapas dalam air, atau tubuhnya akan tertolak dengan sendirinya keluar dari sungai.

Namun nyatanya tidak. Ketika ia melompat ke bagian sungai yang paling dalam, ia dapat merasakan air sungai yang masuk deras ke dalam hidung, tenggorokan, dan seluruh jalur napasnya, membuat ia sesak dan benar-benar nyaris mati. Menyadari bahwa tekad bunuh dirinya tak benar-benar bulat, ia pun melompat keluar dan membanting tubuhnya sendiri ke tepi sungai.

Tampaknya, memang di dunia ini semua luka dan rasa sakit bisa sembuh dengan sangat cepat, kecuali luka dan rasa sakit yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri. Ia ingat kata-kata Ryan: Di tempat ini, semua luka pasti sembuh, asalkan kita tidak menyerah.

PelukWhere stories live. Discover now