9

81 18 3
                                    


Di dalam lubang itu, terlihat sosok Kina dan Ryan bergandengan tangan memasuki gerbang rumah Andrea. Itu benar-benar rumah Andrea seperti yang ia ingat, lengkap dengan kaca jendela yang pecah. Mereka berhenti di depan pintu masuk, kemudian saling menatap. Sekali lagi, mereka berciuman. Kina hampir muntah menyaksikannya. Apakah ia memang se-bucin itu kepada Ryan? Menjijikkan sekali.

Beberapa detik kemudian, mereka melepaskan ciuman itu dan Kina dapat bernapas sedikit lebih lega. Kina Palsu menatap wajah Ryan Palsu dalam-dalam dan tersenyum, sementara itu Ryan Palsu hanya merespons dengan sebuah anggukan.

Setelah itu, Kina Palsu masuk ke dalam rumah meninggalkan Ryan Palsu yang berdiri mematung di teras. Sesuai dugaannya, rumah itu tidak dikunci. Ia pun masuk ke ruang tengah, kemudian terdiam sejenak. Ia memperhatikan sekeliling, seolah ingatannya tentang denah rumah itu baru mulai kembali ke dalam kepalanya. Di sebelah kirinya ada sebuah televisi tiga puluh inchi, beberapa vas bunga, dan foto-foto berbingkai yang dipajang di dinding. Foto-foto itu kebanyakan memperlihatkan sosok Andrea bersama ayah dan ibunya, ada juga yang bersama adiknya, dan ada pula yang bersama Kina.

Dalam salah satu foto itu, Andrea dan Kina sedang berpose di depan sebuah panggung musik. Kina ingat foto itu. Itu adalah foto ketika mereka menghadiri sebuah acara festival di kampus. Band yang tampil bernama "Soleil", band kampus favorit mereka pada saat itu. Band indie cowok-cowok jurusan ilmu komunikasi itu diperkenalkan Kina kepada Andrea. Pada awalnya, Andrea menanggapi band itu dengan sinis. Ia tidak pernah suka band indie, apalagi band indie kampus. Namun pada akhirnya, Andrea-lah yang lebih tergila-gila kepada band itu, bahkan ia pernah mecoba medekati vokalisnya yang menurut Kina lumayan tampan.

Sampai sekarang pun Kina tak tahu, apakah ia memang seorang influencer yang luar biasa bagi Andrea, ataukah memang temannya itu yang tak pernah memberinya kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri.

Kina Palsu mengernyitkan dahi ketika menatap foto itu. Ia mengambil foto itu, kemudian tanpa mengubah ekspresi wajahnya ia membanting foto itu ke lantai hingga kaca bingkai foto itu pecah berserakan. Setelah itu, ia berjalanan ke kanan, ke arah sebuah pintu yang tidak tertutup.

Kina ingat ruangan itu adalah dapur Andrea. Namun untuk apa Kina Palsu pergi ke sana? Tentunya bukan untuk memasak semangkuk mi instan atau menyeduh kopi.

Tak lama kemudian, Kina Palsu kembali keluar dari dapur sambil menggenggam sebuah pisau yang cukup besar. Sambil membawa pisau itu, ia masuk ke ruangan di sebelah kiri. Ruangan itu adalah kamar tidur Andrea.

"Nggak! Jangan! Ja... jangan!" Kina menjerit ke arah lubang itu.

"Hah? Dia mau ngapain?" tanya Ryan sambil bangkit berdiri.

"Lo nggak liat? Dia bawa pisau ke kamar Andrea. Lo pikir dia mau ngapain lagi? Ngiris kacang panjang?"

Ryan terdiam, ia menggigit bibirnya sendiri sambil menarik napas dalam. Tangannya mengepal erat. Tampaknya ia pun tak menyangka hal semengerikan ini akan benar-benar terjadi.

"Andrea!" teriak Ryan sekuat tenaga.

Di lubang itu, tampak suasana kamar Andrea. Perempuan itu sedang tertidur lelap tanpa busana, hanya selembar selimut tipis yang menutupi tubuhnya. Langkah kaki mendekat ke arah kamar itu.

"Bangun! Bangun, Andrea!" Kina ikut berteriak bersama Ryan.

Ia berharap suara teriakan mereka dapat membangunkan Andrea. Mungkin ia hanya akan mendengar suara bisikan halus dari sesosok guling di kasurnya, tapi itu saja sudah cukup. Siapa pun akan ketakutan jika mendengar ada sesosok guling yang membisikkan namanya. Jika ia ketakutan maka ia akan menjadi lebih awas dan dapat mempersiapkan diri menghadapi ancaman yang akan segera datang.

PelukDonde viven las historias. Descúbrelo ahora