Bagian 8: The Power of Seblak

114 16 4
                                    

Kue yang mereka bertiga buat kini sudah selesai dibuat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kue yang mereka bertiga buat kini sudah selesai dibuat. Ilham tersenyum puas saat melihat kue yang akan ia berikan ke Bundanya kini sudah jadi. Membereskan dapur pun sudah selesai dilaksanakan.

"Terima kasih bantuannya, Yah, Ran," ucap Ilham senang dengan ekspresi polos.

"Sama-sama, Kak," jawab Rani.

"Yoi, Bro, masama," jawab Wiryo membuat Rani mendelik kaget dan menoel pinggang Wiryo.

Ilham terkekeh. "Ilham izin beres-beres dan pamit mau pulang sekalian, nggih, Yah, Ran," ucapnya kemudian salim.

"Hati-hati di jalan, Ham."

Ilham mengubah posisi tangannya menjadi posisi hormat dan berkata, "Siap laksanakan!" Kemudian ia tertawa karena tingkahnya sendiri.

"Oh, iya, ayo ke depan, Kak," tanggap Rani. Ilham mengangguk dan mengekor di belakang Rani.

Hari sudah gelap saat Ilham dan Rani berada di teras yang cukup luas. Wiryo hanya ikut mengantar sebentar kemudian berlalu kembali ke dalam kamar. Sedangkan Rani menunggu Ilham yang sedang menaikkan reselting jaket. Hawa dingin malam hari menyapa halus kulit mereka diiringi suara kendaraan lewat yang seakan tergesa ingin segera sampai ke tujuan.

"Sampai jumpa di tempat bimbel, Ran! Aku besok gak ada bimbingan lagi, jadi jangan kangen aku di kampus, yaa!" ucap Ilham setelah menyalakan mesin motornya.

"Nggak akan kangen sama sekali!" ketus Rani kemudian melambaikan tangannya saat Ilham memacu motornya hampir keluar gerbang. "Hati-hati di jalan!"

###

Keesokan harinya.

Di dalam kelas, Rani mengemas barang-barangnya ke dalam tas selepas dosen mengucapkan salam penutup dan meninggalkan kelas. Para mahasiswa berhamburan keluar, tentu saja termasuk Rani. Rani langsung ngacir menuju ruang kesekretariatan UKM yang ia ikuti. Namun, di tengah jalan menuruni tangga ia teringat meninggalkan tas kotak bekal di kelas.

"Duh, pikun amat remaja yang udah tua ini," keluhnya dan segera kembali ke ruang kelas sembari merogoh tas mencari ponsel untuk mengabari Rahma—teman baiknya yang menunggu di ruang sekret—.

Saat membuka bar notifikasi di layar ponselnya, ia terbelalak melihat Alif alias crush-nya Rani mengirimkan DM padanya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Semara LokaWhere stories live. Discover now