Bagian 10 : Menggarami Luka

56 11 0
                                    

Setelah menghabiskan semangkok seblak, Rani melihat Ilham hendak berdiri untuk membayar.

"Aku bayar dulu," ucapnya yang Rani angguki.

"Eh, aku sekalian titip dong, Kak."

Ilham mengernyit, "Titip apa? Jangan bilang kamu mau seblak lagi? Ya ampyunnn, itu perut elastis banget macem trampolin."

Rani memasang ekspresi malas. "Licin banget itu mulutnya. Padahal niatnya mau titip air putih."

"Oh, hehe, jadi titip air putih?"

"Nggak, titip salam aja buat yang maha kuasa," ucap Rani ala kadarnya.

"Heh, mulutmu!" seru Ilham kaget.

"Apa sih kok kaget?"

"Kamu doain aku biar cepet meninggoy?!"

"Emangnya harus meninggoy dulu? Kan bisa lewat doa!"

"Oh, salamin lewat itu? Kode nih? Jadi kamu mau aku perjuanganin di doaku? Hehe," ucap Ilham kemudian terkekeh aneh. "Udah siap melupakan Alif nih berarti? Aku maju, ya~" lanjutnya menggoda amarah Rani dengan nada genit.

"Dih malah diungkit-ungkit, kan baru aja aku patah hati, Kak Ilham lupa?"

"Enggak sih, sengaja aja pengen menggarami luka."

Mendengar ucapan Ilham, Rani pun memilih diam.

Aku yang salah karena menginginkan percakapan normal dengan Kak Ilham.

"Kok diem?" tanyanya.

"Udah sih cepetan kalau mau bayar!" geram Rani pelan.

"Santai aja dong jangan ngegas, mentang-mentang kisah cintanya baru aja 'direm' sama yang bersangkutan."

"Garemin aja teroooossss."

"Hehe, ampun, deh. Dikutuk jadi batu aku ntar."

Rani berdecih. "Kukutuk kau jadi gurita."

Ilham terkekeh mendengar cercaan Rani. "Jadi pengen takoyaki isi gurita."

"Perut Kak Ilham, tuh, yang macam trampolin."

Ilham tertawa dan tiba-tiba bicara dengan nada serius, "Seru tahu bikin kamu geram gini. Jangan sedih-sedih lagi, ya," ucapnya kemudian berlalu. Meninggalkan Rani sendiri dengan hati yang terperangah salah tingkah karena perubahan drastis nada bicaranya.

***
Dikit dulu isinya. Mau cek masih ada yang nungguin cerita ini apa nggak. 🥲
Kasih komen atau vote, ya. Kalau ada tanda-tanda 'kehidupan' next aku upload lagi.

Semara LokaWhere stories live. Discover now